Sabtu, 23 Januari 2010

MAKALAH

MAKALAH
Tentang


INTELEGENSI



Makalah ini disusun
Untuk memenuhi tugas
Mata kuliah “Psikologi”
Semester II (Dua)
Bimbingan Bapak Mukaffan M.Pd

Di susun oleh:
Qurratul Aini
Sunardi



Fakultas Agama Islam (FAI)
Universitas Islam Madura (UIM)
Tahun Akademik 2008/2009


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja serta puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan petunjuk melalui Rasul-NYA. Sholawat dan salam semoga abadi tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Pemilik uswah paripurna, Berkat beliau kami bisa mengenal dunia yang begitu menakjubkan, berkat beliau kami bisa terangkat dari Alam Marjinalisasi menuju Alam Pengangkat Derajat Manusia.

Ucapan Syukran Jazil kami lantunkan kepada guru tercinta, berkat bimbingan beliau kami bisa menyelesaikan makalah ini meski masih jauh dari kesempurnaan.

Terima kasih kami ucapkan pada teman-temanku yang telah ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini sehingga makalah ini yang berjudul “Intelegensi” bisa terselesaikan dengan baik dan menyenangkan

Hati selalu berharap, pikiran telah menggarap, mulut selalu berucap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Amin…!








Pamkasan 01.07.2009



Penulis





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
Kata Penganar 1
Daftar Isi 2
BAB I 3
Pendahuluan 3
BAB II 4
Pembahasan 4
A. Pengertian intelegensi 4
B. Tingkat kecerdasan 4
C. Tingkat kecerdasan Ala Howard Bardner 9
BAB III 12
A. Kesimpulan 12
B. Kritik dan saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13






BAB I
PENDAHULUAN

Secara tradisional, kecerdasan dimaknai sebagai kemampuan untuk menjawab berbagai jenis test kecerdasan, sehingga secara tradisional, seorang siswa atau pelajar dianggap cerdas jika dia mampu menjawab soal-soal ujian dan mendapatkan rangking pertama diantara teman-teman sekelasnya. Kata cerdas teraplikasikan pada individu yang patuh, bertingkah laku yang baik, pendiam, mudah beradaptasi dan dilengkapi oleh beberapa kekuatan ajaib (308). Padahal, kecerdasan juga menyangkut kemampuan manusia untuk menyelesaikan masalah atau produk mode yang menjadi konsekuensi dalam budaya masyarakat tertentu.

Vine dan White mencatat bahwa dalam masyarakat tradisional, kemampuan mempertahankan ikatan sosial masyarakat dalam hubungannya dengan kerja sama untuk memenuhi kebutuhan dasar dipandang sebagai kecerdasan, termasuk mengikuti norma moral masyarakat dalam mempertahankan hubungan sosial dalam kerangka keamanan jangka panjang


BAB II
PEMBHASAN

INTELEGENSI

A. Pengertian Intelegensi
Intelek (pikiran) dengan intelek orang dapat menimbang, menguraikan, menghubung-hubungkan pengertian satu dengan yang lain dan menarik kesimpulan.
Intelegensi (kecerdasan pikiran) dengan intelegensi fungsi dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi/untuk memecahkan suatu masalah. Dengan perkataan lain, intelegensi adalah situasi kecerdasan berfikir, sifat-sifat perbuatan cerdas (intelegen).

B. Tingkat Kecerdasan
Kemampuan menyesesuaikan diri dengan keadaan yang baru tidak sama bagi setiap makhluk. Tiap-tiap orang mempunyai cara-cara sendiri. Maka dapat dikatakan bahwa kecerdasan bertingkat-tingkat. Yaitu:
1. Kecerdasan binatang
Pada mulanya banyak orang keberatan digunakan istilah intelegensi pada binatang, karena mereka hanya mau menggunakan istilah itu pada manusia saja. Menurut hasil penyelidikan para ahli, ternyata bahwa kecerdasan itu bertingkat-tingkat.
Contoh kecerdasan binatang
W. Kohler (ahli ilmu jiwa, jerman) dengan percobaannya, seekor kera dikurung di sebuah kandang, diluar kandang diletakkan sebuah pisang yang jauh jaraknya, dalam kandang diletakkan sebuah tongkat, ternyata setelah kera tersebut tidak dapat meraih pisang maka diambillah tongkat didalam kandang tersebut untuk meraih pisang untuk dimakannya.
Dari percobaan diatas ternyata kera berusaha menyesesuaikan diri dengan keadaan, padanya timbul yang baru, ialah perbuatan yang tidak terkandung didalam bentuk naluri. Kera dapat menolong dirinya dalam situasi yang asing baginya. Maka kelakuannya tersebut adalah kelakuan intelegensi, dan kesanggupannya yang demikian tersebut disebut intelegensi.
Catatan:
Kecerdasan pada binatang sangat terbatas, yakni terikat pada suatu yang konkrit, sebab kalau tongkat tersebut tidak tampak olehnya, maka tidak mungkin dapat mencari tongkat sendiri untuk meraih pisang. Demikian pula kecerdasan yang dimiliki oleh kera tidak dapat berkembang, karena tidak berkembangnya bahasa pada hewan.

2. Kecerdasan anak
Yang dimaksudkan anak disini adalah anak-anak kecil lebih kurang umur 1 (satu) tahun dan belum dapat berbahasa. Kecerdasan anak-anak dipelajari terutama berdasarkan percobaan yang dipraktekkan dalam menyelidiki kecerdasan binatang.
Usaha-usaha memperbandingkan perbuatan kera dengan anak-anak kecil membantu para ahli dalam mengadakan penyelidikan tentang kecerdasan anak. Bahkan jauh sebelum Kohler menyelidiki kecerdasan kera, Bouton telah mmpelajari dan membandingkan perbuatan cerdas kera dengan anak-anak kecil.
Hasil penyelidikan Bouton dapat memberi kesimpulan sebagai berikut:
a. Anak-anak kecil yang berumur + 1 tahun (belum dapat bicara) tingkat kecerdasannya hampir sama dengan kera. Sebagian soal-soal yang dihadapkan pada kera dapat diselesaikan oleh anak-anak, oleh karena itu, umur anak pada kira-kira satu tahun sering disebut “Umur Simpansen”
b. Kemampuan mempergunakan bahasa (berbicara) merupakan garis pemisah antara hewan dengan manusia. Manurut Bouton anak-anak yang sudah dapat berbicara majulah ia dan makin lama makin jauh melebihi tingkat kecerdasan kera.

Anak yang sudah dapat bicara cepat memperoleh penyelesaian tentang masalah yang dihadapi. Fungsi bahasa dapat menumbuhkan pengertian permulaan tentang perhubungan dengan unsur dalam situasi, yang hal itu memungkinkan anak dapat melihat hubungan yang teratur tentang apa yang dihadapi.
3. Kecerdasan manusia
Setelah anak dapat berbahasa, kecerdasan anak lebih tinggi dari pada kera. Tingkat kecerdasan manusia (bukan anak-anak) tidak sama dengan kera dan anak-anak. Beberapa hal yang merupakan ciri kecerdasan manusia antara lain:
a. Penggunaan bahasa
Kemampuan berbahasa mempunyai faedah yang besar terhadap perkembangan pribadi:
1) Dengan bahasa, manusia dapat mengatakan isi jiwanya (fantasi, pendapat dan sebagainya)
2) Dengan bahasa, manusia dapat berhubungan dengan sesama, tingkat hubungannya selalu maju dan masalahnya selalu meningkat.
b. Penggunaan perkakas
Perkakas adalah sifat, tetapi semua alat merupakan perkakas. Alat merupkan perantara antara makhluk yang berbuat dan objek yang diperbuat. Perkakas mempunyai fungsi yang sama, tetapi mempunyai pengertian yang lebih luas, perkakas adalah objek yang telah dibuat/dibulatkan dan diubah sedemikian rupa sehingga dengan mudah dan dengan cara yang tepat dapat dipakai untuk kesulitan atau mencapai suatu maksud.
c. Macam-macam intelegensi
1) Intelegensi terikat dan bebas
Intelegensi terikat adalah intelegensi suatu makhluk yang bekerja dalam situasi-situasi pda lapangan pengamatan yang brhubungan langsung dengan kebutuhan vital yang harus secara dipuaskan.
Intelegensi bebas terdapat pada manusia yang berbudaya dan berbahasa. Dengan intelegensinya orang selalu ingin mengadakan perubahan-perubahan untuk mencapai suatu tujuan, kalau tujuan telah dapat dicapai, manusia ingin mencapai tujuan lain yang lebih tinggi dan lebih maju. Untuk hal-hal tersebut manusia menggunakan intelegensi bebas.


2) Intelegensi menciptakan (kreatif) meniru (eksutif)
Intelegensi meniru adalah kemampuan menggunakan dan mengikuti pikiran atau hasil penemuan orang lain, baik yang dibuat, yang diucapkan maupun yang ditulis.
Intelegensi mencipta yaitu kesanggupan menciptakan tujuan-tujuan baru dan mencari alat-alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu. Intelegensi kreatif menghasilkan pendapat-pendapat baru, seperti: kereta api, radio, listrik, kapal terbang dan sebagainya.

d. Faktor-faktor yang menentukan intelegensi manusia
1) Pembawaan
Intelegensi bekerja dalam suatu situasi yang berlain-lainan tingkat kesukarannya. Sulit tidaknya mengatasi persoalan ditentukan pula oleh pembawaan.
2) Kematangan
Kecerdasan tidak tetap statis tetapi dapat tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembang intlegensi sedikit banyak sejalan dengan berkembangnya jasmani, umur dan kemampuan-kemampuan lain yang telah dicapai (kematangan).
e. Macam-macam test intelegensi
1) Test Binet-Simon
Binet dan simon kedua-duanya bangsa perancis, menyelidiki intelegensi anak-anak berumur antara 3-15 tahun. Untuk tiap-tiap tahun diajukan 5 buah pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan pengetahuan sekolah, isinya antara lain menirukan kalimat-kalimat, menyebut deretan angka-angka, membuat kalimat dengan tiga perkataan dan sebagainya.

Dengan test ini kita dapatkan perbandingan kecerdasan, ditingkat P.R atau intelegensi Bouton ditingkat IQ. IQ tersebut kita dapatkan secara membagi umur kecerdasan (M.A = Mental Age) ialah jumlah nilai jawaban-jawaban yang betul bagi umur kalender (C.A = Chronological Age) ialah umur anak diselidiki kemudian dikalikan 100
Jalannya percobaan:
Mula-mula kita ajukan 5 buah pertanyaan yang sesuai dengan umur anak, misalnya angka berumur 6 tahun, kalau pertanyaan-pertanyaan tersebut terjawab semua, lalu diajukan pertanyaan-pertanyaan diatasnya (7 tahun, 8 tahun, 9 tahun dan selanjutnya) sampai sama sekali tidak ada pertanyaan yang terjawab.
Tetapi kalau pertanyaan-pertanyaan yang pertama (6 tahun) ada sebuah atau lebih yang terjawab salah, maka diajukan pertanyaan-pertanyaan dibawah (5 tahun, 4 tahun, 3 tahun) sampai terjawab semua. Kemudian kita hitung dulu unsur kecerdasan, caranya sebagai berikut: pertanyaan-pertanyaan yang terjawab semua (5 pertanyaan), dinilai sama dengan umur pertanyaan, sedangkan jawaban-jawaban yang betul lainnya masing-masing dinilai seperlima, kemudian kesemuanya dijumlah. Jumlah tersebut kita bagi dengan umur anak, kemudian dikalikan 100, maka kita dapatkan IQ.

Contoh:
+ = Betul
- = Salah
Abdullah berumur 6 tahun
No Umur pertanyaan Jawaban Nilai
1 4 tahun + + + + + = 4 tahun
2 5 tahun + - + + + + ¬= 4/5 tahun
3 6 tahun - + + - + = 3/5 tahun
4 7 tahun + + - - + = 3/5 tahun
5 8 tahun - - - - - = 0 tahun
6 Umur Kecerdasan = 6 tahun

Jadi IQ Abdullah : ¬ X 100 = 100.

2) Test tentara (army mental tes) di Amerika
Pada tahun 1917 Amerika Serikat terpaksa ikut dalam perang dunia I melawan jerman, karena itu Amerika terpaksa membentuk tentara secara besar-besaran dalam waktu singkat. Maka diadakan test tentara sebanyak 1.700.000 orang calon anggota tentara dan dikerjakan oleh lebih 1000 orang pemeriksa dalam 35 asrama. Dalam test tersebut dipergunakan psikoteknik, ialah ilmu jiwa yang mempelajari kesanggupan seseorang untuk memegang suatu jabatan yang sesuai dengan kecerdasan masing-masing. Karena test tersebut meliputi se-negara, test ini kemudian disebut: National Intelegenci Test.
3) Mental test
Jenis test ini tidak hanya menyelidiki kecerdasan saja tetapi untuk menyelidiki keadaan jiwa dan kesanggupan jiwa. Jadi dengan mental test diselidiki meliputi pengamatan, ingatan, fantasi, fikiran, perasaan, perhatian dan kemauan.
4) Scholestick test
Test ini tidak hanya menyelidiki kecerdasan anak, tetapi untuk menyelidiki sampai dimana kemampuan dan kemajuan anak/kelas dalam mata pelajaran di sekolah. Test ini disusun sebagai ajian mengenai mata pelajaran. Misalnya: bahasa, berhitung, sejarah, ilmu bumi, ilmu alam dan sebagainya, kalau test ini dilaksanakan dengan tertib dan teratur dapatlah menggantikan sistem ujian-ujian yang lazim dilaksanakan sekarang.

C. Tingkat Kecerdasan Ala Howard Gardner
Ada 7 macam dalam buku barunya ia menambah 3 lagi sehingga menjadi 10. yaitu:
1. Kecerdasan linguistik (word smart)
Adalah kecerdasan yang terfokus pada sifat bunyi bahasa (speaking, listenning, reading and writing), termasuk puisi siswa yang menguasai kecrdasan ini relatif berhasil dalam pembelajaran dengan metodologi tradisional dalam kelas klasikal. Daerah Broca pada otak kiri yang bertanggung jawab menghasilkan kalimat yang benar secara gramatikal.

2. Kecerdasan logika matematika (logical smart)
Dengan kecerdasan ini siswa memiliki kemampuan menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan angka/bilangan dan sebab akibat (otak kiri).

3. Kecerdasan ruang (visual/spatial smart)
Kecerdasan ini digunakan dalam pengamatan secara visual, seperti dalam navigasi, sistem pencatatan peta dan visualisasi benda dari sudut yang berbeda (shooting film) dan permainan catur.

4. Kecerdasan musik (musical smart)
Kecerdasan yang terfokus pada reaksi yang kuat dalam mengukur tinggi-rendahnya nada dan kemajuan yang tepat dalam memainkan instrumen, ini berperan penting dalam menyatukan masyarakat di zaman batu.

5. Kecerdasan gerakan badan (kinestetik/body smart)
Terdiri dari kemampuan menggunaka badan untuk beraktifitas dan menyatakan emosi (dansa), melakukan permainan (olah raga) dan menciptakan produk baru (menemukan penemuan).

6. Kecerdasan antar pribadi (interpersonal smart/people smart)
Dibangun atas kemampuan untuk mengenali perbedaan, khususnya suasana hati, temperamen, motivasi dan kehendak sehingga mudah bergaul dengan banyak orang. Bukti biologis dari kecerdasan ini ada pada faktor, yakni : a) penjagaan masa anak-anak dari primata (hubungan dengan ibu), dan b) faktor interaksi sosial.

7. Kecerdasan intra pribadi (intra personal smart/self smart)
Kecerdasan yang membuat seseorang dapat berdialog dengan dirinya sendiri, termasuk nilai-nilai, perasaan dan gagasannya sendiri. Pengetahuan aspek internal individu dengan mempunyai model hidup yang efektif bagi dirinya sendiri.



8. Kecerdasan eksistensial
Kecerdasan untuk dapat belajar melalui konteks/hubungan yang terfokus pada kedudukan manusia dalam Big Picture keberadaanya di Alam semesta. Jenis kecerdasan ini tanpak dalam aliran filsafat.

9. Kecerdasn natural
Kecerdasan yang berkaitan dengn kesenangan pada out door, binatang dan fieldtrip, termasuk kesenangan menginterpretasikan waktu secara berbeda dengan orang lain pada umunya.

10. Kecerdasan spiritual
Kecerdasan yang berkaitan dengan hal-hal transinden atau mengatasi waktu serta melampaui kekinian dan pengalaman manusia.



BAB III

A. Kesimpulan
Dalam pembahasan Inelegensi memang harus benar-benar dipahami secara teliti biar kita semua bisa tau apa Intelegensi itu sendiri. Yang lebih penting lagi yang harus dipahami secara detail dalam pembagian kecerdasan/tingkat kecerdasan, dengan memahami tingkat kecerdasan itu kita bisa tahu bahwa dalam diri kita ini ada kecerdasan yang tidak pernah kita sadari meski dalam sekolah-sekolah kita tidak pernah mendapatkan rangking, orang selalu menganggap bahwa orang yang cerdas adalah orang yang dapat rangking kelas dan yang bisa jawab soal ujian, namun orang yang mampu dalam menghias, main musik tidak dianggap kecerdasan. Dari itu, sangat perlulah kita memahami intelegensi dan tingkat intelegensi biar tidak ada kesalah pahaman dalam mengartikan intelegensi itu sendiri.


B. Kritik Dan Saran
الانسان محلّل الخطّاْ والنسيان
“manusia adalah tempatnya salah dan lupa”
Kami hanyalah manusia biasa yang berlumur dosa yang selalu terjerumus kedalam hal yang sia-sia. Dalam makalah ini pasti ada salah, meski tanpa faktor sengaja. Kami selalu berusaha untuk sempurna namun, hasilnya masih tetap biasa. Dari itu, mengharuskan kami untuk membuka Qolbu kami untuk selalu menerima Saran dan Kritik Konstruktif dari teman-teman dan dosen pembimbing khususnya demi kesempurnaan makalah ini dan supaya kami tidak terjerumus ke lubang pendusta dalam pembuatan makalah yang ditugaskan dosen pada kami.



DAFTAR PUSTAKA

A. Gardner Howard, Intligence Reframed, mutiple inlegences for the 21 centory,( New York, Basic Books, 1999)
B. Ahmad, Abu & Umar, Psikologi Umum, (PT. Bima Ilmu, 1992)


MAKALAH
Tentang



syirkah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Fiqih Mu’amalah”

Dosen Pembina:
Haidar Dadiri M.Pdi.









Di susun oleh:
Qurratul Aini
Moh. Erfan
Moh. Ali


Fakultas agama islam
UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM II)
Polagan Pamekasan
2009/2010

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hanya kami pasrahkan kepada Allah SWT. Atas rahmat, taufik, hidayah serta ma’unahnya, kami bisa mengenyam fiqih Muamalah dan bisa menyelesaikan makalah ini.

Sholawat dan salam, semoga Allah limpahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Sebagai pembawa akhlak yang mulia sehingga kami bisa membedakan antara yang hak dan yang bathil. Dan yang telah membawa kita dari alam demonis menuju alam yang humanis.

Afwan kami lantunkan pada guru tercinta apabila ada kata yang tidak sesuai telah kami lalui dengan sebuah tinta karena kami hanyalah manusia dan tak lupa kami ucapkan terima kasih pada teman-teman kami yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini, lebih-lebih pada dosen tercinta yang telah ikhlas membimbing kami.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami semua lebih-lebih bagi kawan-kawan mahasiswa khususnya dan bagi masyarakat umumnya. Amin…!






Pamekasan, 04 Desember 2009


Penulis







DAFTAR ISI


Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I 3
PNDAHULUAN 3
BAB II 4
PEMBAHASAN 4
SYIRKAH 4
A. Pengertian Syirkah 4
B. Macam-Macam Syirkah 6
BAB III 9
PENUTUP 9
DAFTAR PUSTAKA 10



















BAB I
PENDAHULUAN

Berbicara tentang Syirkah (pengungsian, kerja sama) tentunya sesuatu yang sudah tidak asing lagi di telinga kita, jangankan di kalangan mahasiswa di kalangan umumpun kata ini sudah bisa terdengar karena syirkah merupakan sesuatu yang sudah kita lakukan pada keseharian kita. Namun, alangkah bingungnya ketika ada seseorang melakukan syirkah tapi ia tidak tahu dari pengertian syirkah itu.

Syirkah adalah campur atau percampuran. Yang dimaksud dengan percampuran disini ialah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan. Untuk lebih jelasnya masalah syirkah maka lihatlah pada pengertian syirkah, karena kami akan mengulas apa syirkah itu secara luas dan mendetail.




















BAB II
PEMBAHASAN

SYIRKAH

C. Pengertian Syirkah
Secara etimologi, syirkah atau pengungsian brarti :
الاحتلاط أي خلط أحد المالين باالأخر بحيث لايمتزان عن بعضها .
Artinya:
“Percampuran, yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya, tanpa dapat dibedakan antara keduanya”.

Secara terminologi, ulama’ fiqih berbeda pendapat dalam mendefinisikan, diantaranya :
1. Menurut Malikiyah
هى اذ ن فى التصرّف لهما معا انفسهما اي أن يأذ ن كلّ واحد من الشريكين لصاحبه فى أن يتصرّف فى مال لهما مع اعقاء حقّ التصرّف لكلّ منهما .
Artinya:
“Perkongsian adalah izin untuk mendayagunakan (tasharruf) harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya saling mengizinkan kepada salah-satunya untuk mendayagunakan harta milik keduanya, namun masing-masing memiliki hak untuk bertasharruf”.

2. Menurut Syafi’iyah
ثبوت الحقّ فى شيء لاثنين فاكثر على جهة الشيوع .
Artinya:
“Ketetapan hak pada sesuatu yang dimiliki dua orang atau lebih dengan cara yang masyhur (diketahui)”.




3. Menurut Hanafiyah
عبارة عن عقد بين المتشاركين فى رأس المال والرّبح .
Artinya:
“Ungkapan tentang adanya transaksi (akad) antara dua orang yang bersekutu pada pokok harta dan keuntungan”.

4. Menurut Syihab Al-Din Al-Qalyubi Wa Umaira
ثبوت الحقّ لاثنين فاكثر .
Artinya:
“Penetapan hak pada suatu bagi dua oran atau lebih”.

5. Menurut Hasbi Ash-Shiddieqie
عقد بين شخصين فاكثر على التعا ون فى عمل اكتسابى واقتسام ارباحه .
Artinya:
“Akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk ta’awun dalam bekerja”.

Setelah diketahui definisi-definisi syirkah menurut para ulama, kiranya dapat dipahami bahwa yang di maksud dengan syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama.
Adapun yang dijadikan dasar hukum syirkah oleh para ulama adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abi Hurairah dari Nabi SAW. Bersabda;
انا ثالث الشريكين مالم يخن احدهما صاحبه فاذا خانه خرجت من بينهما .
Artinya:
“Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu tidak khianat kepada yang lainnya, apbila yang satu berkhianat kepada pihak yang lain, maka keluarlah aku darinya”.


D. Macam-Macam Syirkah
Menurut hanafiyah, secara garis besar syirkah dibagi dua bagian :
1. Syirkah Milk
Yang dimaksud syirkah milk adalah
عبارة عن أن يتملّك شخصان فاكثر من غير عقد الشركة .
Artinya :
“Ibarat dua orang atau lebih memilikkan suatu benda kepada yang lain tanpa ada akad syirkah.”

Syirkah Milk dibagi dua:
a. Syirkah milk jabar
Syirkah milk jabar adalah
ان يجتمعا شخصان فى ملك عين قهرا .
Artinya :
“Berkumpulnya dua orang atau lebih dalam pemilikan suatu benda secara paksa”.
b. Syirkah Milk al-ikhtiyar
Syirkah al-ikhtiyar adalah
ان يجتمع فى ملك عين باختيارهما .
Artinya :
“Berkumpul dua orang atau lebih dalam pemilikan benda dengan ikhtiyar keduanya”.

2. Syirkah ‘Uqud
Syirkah ‘Uqud adalah
عبارة عن العقد الواقع بين اثنين فأكثر للاشتراك فى مال وربحه .
Artinya :
“Ibarat akad yang terjadi antara dua orang atau lebih untuk berserikat dalam harta dan keuntungan”

Syirkah ‘Uqud dibagi menjadi tiga (3) :
a. Syirkah ‘uqud al-mal
Syirkah ‘uqud al-mal adalah
عبارة عن أن يتّفق اثنان فأكثر على ان يدفع كلّ واحد منهما مبلعا من المال لاستشماره بالعمل فيه ولكلّ واحد من الشركاء جزء معيّن من الربح
Artinya :
“Ibarat kesepakatan dua orang atau lebih untuk menyerahkan harta mereka masing-masing supaya memperoleh hasil dengan cara mengelola harta itu, bagi setiap yang berserikat memperoleh bagian yang di tentukan dari keuntungan”.

b. Syirkah ‘uqud bi Al-abdan
c. Syrikah ‘uqud bi Al-wujub
Adalah;
أن يشترك اثنان ليس لهما مال ويكن لهما وجامة .
Artinya :
“Dua orang berserikat atau pihak yang tidak ada harta di dalamnya tetapi keduanya sama-sama berusaha”.

Menurut Fuqaha’ Mesis, yang kebanyakan bermazhab Syafi’i dan Maliki berpendapat bahwa pengungsian terbagi atas 4 macam:
1. Pengungsian ‘Inan
Pengungsian ‘Inan adalah persekutuan antara dau orang dalam harta milik untuk berdagang secara bersama-sama, dan membagi laba atau kerugian bersama-sama.

2. Pengungsian Mufwadihah
Pengungsian mufwadihah adalah transaksi dua orang atau lebih untuk berserikat dengan syarat memiliki kesamaan dalam jumlah modal, penentuan keuntungan pengolahan, serta agama yang dianut.


3. Pengungsian Abdan
Pengungsian abdan adalah persekutuan dua orang untuk menerima suatu pekerjaan yang akan dikerjakan secara bersama-sama.

4. Pengungsian Wujuh
Pengungsian Wujuh adalah bersekutunya dua pemimpin dalam pandangan masyarakat tanpa modal, untuk memberi modal secara tidak kontan dan akan menjual secara kontan, kemudian keuntungan yang diperoleh dibagi diantara mereka dengan syarat tertentu.

























BAB III
KESIMPULAN

Syirkah adalah sesuatu yang sudah terjadi pada kita setiap hari. Jadi membuat kita harus memahami tentang syirkah tersebut biar tidak ada demonis dalam pemahaman syirkah. Kadang seseorag menyepelekan tentang syirkah tersebut karena sulit dipelajari dalam kalangan-kalangan rendah.

Meski tiap hari kita melakukan syirkah kadang kita tidak bisa tahu tentang macam-macam syirkah. Jadi, biar tidak ada kontradiksi jangan hanya memahami dalam pengertian saja tapi juga memahami macam-macamnya biar tahu kita itu termasuk melakukan pengungsian yang nomer berapa.






















DAFTAR PUSTAKA

o Syafi’i, Rahmat, Fiqih Mu’amalah, Pustaka Setia, Bandung, 2001

o Suhendi, Hendi, Fiqih Mu’amalah, Rajawali Pers, Jakarta, 2002





M A K A L A H


Tentang

BELAJAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah “Psikologi Belajar”
bimbingan Bapak Mukaffan M.Pd














Di Susun Oleh:
Qurratul Aini



Fakultas Agama Islam (FAI)
UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
Polagan Pamekasan
2009/2010
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja serta puji syukur kehadirat ilahi robbi atas segala limpahan taufik, hidayat, serta inayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini meski masih jauh dari kesempurnaan. Shalawat dan salam semoga abadi tercurah kepada pemilik uswah paripurna yakni Nabi Muhammad SAW berkat beliaulah kami bisa merasakan manisnya dunia ini.

Ucapan terima kasih kami panjatkan kepada Dosen, selaku Pembina dan tak lupa pada teman-teman kami yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini kami susun sesuai dengan silabus yang diberikan oleh Bapak Dosen. Apabila ada kekurangan kami selalu mengharap kritik konstruktf, namun kami selalu berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat kepada teman-teman mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya.










Pamekasan, 03 desember 2009


Penulis


DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
BAB II 4
A. Pengertian Belajar 4
B. Hakekat Belajar 5
C. Ciri-Ciri Belajar 6
BAB III 8
KESIMPULAN 8
DAFTAR PUSTAKA 9

















BAB I
PENDAHULUAN

Belajar adalah Key Term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidiakan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikkan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset eksperimen psikologi belajarpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan prilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.
















BAB II
PEMBAHSAN

BALAJAR

A. Pangertian Belajar
Belajar adalah sebuah kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita baik dikalangan pelajar maupun mahasiswa. Namun, tidak setiap orang mengetahui apa itu belajar. Seandainya dipertanyakan apa yang sedang dilakukan? Tentu saja jawabannya “belajar” itu saja. Sebanarnya dari kata itu banyak pengertian yang terkandung didalamnya. Padahal pengertian belajar itu kita harus pahami dan dihayati biar tidak ada simpang siur dalam pengertian belajar tersebut.

Di bawah ini saya akan mengulas tentang pengertian belajar menurut para ahli psikologi dalam pendidikan:

1 James O.Whittaker, merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui latihan dan pengalaman
2 Cron Bech, berpendapat bahwa learning by change in behavior as a result of experience. Belalar sebagai suatu aktivitas yang di tunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
3 Howard I. Kingskey, mengatakan bahwa learning is the proces by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice of training. belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan
4 Drs. Slameto, mengatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan
5 Galloway, dalam teori Soekamto mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya
6 Gegne, mengatakan belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya akibat suatu pengalaman
7 Morgan mendefinisikan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga cirri-ciri sebagai berikut:
a. Belajar adalah perubahan tingkah laku
b. Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman bukan karena pertumbuhan
c. Perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap untuk waktu yang cukup lama
8 Barlow, mengatakan belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.

Dari beberapa pendapat ahli tentang pengetahuan belajar yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsure, yaitu, Jiwa dan Raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajr merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dlam interaksi dengan lingkungannya yang kognitif, afektif dan psikomotor.

B. Hakikat Belajar
Dari sejumlah pegertian belajar yang telah diuraikan, ada kata yang sangat penting untuk dibahas pada bagian ini, yakni kata “perubahan” atau change. Apapun formasi kata dan kalimat yang dirangkai oleh para ahli untuk memberikan pengertian belajar, maka intinya tidak lain adalah perubahan. Perubahan yang dimaksudkan tentu saja perubahan yang sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh pengertian belajar, yang cirri-cirinya akan diuraikan dibawah nanti setelah hakikat belajar.
Oleh karena itu, seseorang yang melkukn aktivitas belajar dan diakhiri dari aktivitasya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memiliki pengalaman baru, maka individu itu dikatakan belajar. Tapi perlu diingatkan bahwa perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Sedangkan perubahan tingkah laku akibat mabuk karena minum-minuman keras, akibat gila, akibat tabrakan dan sebagainya, bukanlah katagori belajar yang dimaksud.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.

C. Ciri-Ciri Belajar
1 Perubahan yang terjadi secara sadar dan disengaja (internasional)
Perubahan prilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Ini berarti individu yang belajar akan manyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2 Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Perubahan yang terjadi terus-menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
3 Perubahan dalam belajar bersifat positif
Perubahan prilaku yang terjadi bersifat normatif dan menunjukkan kearah kemajuan. Misalnya: seorang mahasiswa sebelum belajar tentang psikologi pendidikan menganggap bahwa dalam proses belajar mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan prilaku pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran psikologi pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip-prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.

4 Perubahan bersifat aktif
Untuk memperoleh prilaku baru individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukn perubahan. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.
5 Perubahan yang bersifat permanen
Perubahan prilaku yang diperoleh dari proses belajar cendrung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoprasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoprasikan computer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
6 Perubahan yang bertujuan dan terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
7 Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.













BAB III
KESIMPULAN

Dalam pembahasan didepan kita harus benar-benar memahami supaya tidak terjadi simpangsiur dalam pemahaman “belajar”. Berbicara belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada siswa, dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin di capai proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang di diharapkan.
















DAFTAR PUSTAKA

o Bahri Syaiful, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002
o Syah Muhibbin, Psikologi Belajar, Logos, Jakarta, 2001
o Internet





M A K A L A H


PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN
PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH AGAMA


Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bimbingan Dan Penyuluhan






















Di Susun Oleh:

Ach Saedi Tamin
Taufiqur Rahman
Samsul Arifin
Safi’i
Rahmatul Qomar



UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN
2009
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, sholawat serta salamnya semoga tetap tercurahkan kepada revolusioner islam Muhammad saw. Karena dengan rahmat, berkah dan karuniahnya sehingga makalah ini yang berjudul “pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan pendidikan agama di sekolah agama” dapat terselaikan dengan baik.

Dengan erselesainya makalah ini di harapkan pada teman-teman mahasiswa khususnya di FAI untuk mengkaji dan memahami secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan pembahasan dalam makalah ini, untuk selanjutnya di implementaskan menuju rekonstruksi pendidikan khususnya pendidikan agama islam.

Selanjutnya kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka di harapkan pula pada teman-teman mahasiswa khususnya ibu dosen untuk memberikan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan nakalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan masyarakat pada umumya.

















DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan pendidikan agama di sekolah agama
A. Permasalahan
B. Sasaran
C. Arah Kebijakan
D. Program
BAB III
KESIMPULAN














BAB I
PENDAHULUAN

Seperti yang di katakana oleh ilmuan klasik bahwa peradaban dan moral bangsa saat ini jauh lebih buruk dari pada masa sepuluh tahun yang silam, dan sepuluh tahun mendatang juga lebih buruk dari pada saat sekarang. Detik demi detik, hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun peradaban dan moralitas bangsa selalu mengalami reduksi – dekadensi yang sampai saat ini belum di temukan solusi solutifnya.

Sehubungan dengan UUD No 20 tahun 2003 Bab 1. bahwa pendidikan adalah uasaha sadar atau terencana untuk meningaktkan suasana belajar mengajar secara aktif mengmbangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengndalian diri, akhlaq mulia, dan kecerdasan kehidupan bangsa.

Atas dasar inilah kita mempunyai keharusan dan kewajiban untuk mengkaji dan memhami masalah pendidikan agama islam ditengah-tengah reduksitas sekolah islam.
















BAB II
PEMBAHASAN

Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan pendidikan agama di sekolah agama


A. Permasalahan

Permasalahan pembangunan beragama sebagai berikut :
1. pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama di masyarakat kurang memadai
2. kehidupan beragama pada sebagian masyarakat baru mencapai tataran symbol simbol keagamaan dan belum sepenuhnya bersifat substansial ;
3. berbagai perilaku masyarakat yang bertentangan dengan moralitas dan etika keagamaan;
4. pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama di kalangan peserta didik juga belum memuaskan
5. rendahnya kualitas dan kuantitas serta sarana dan prasarana pendidikan agama
6. pelayanan kehidupan beragama belum memadai
7. sarana dan prasarana ibadah belum optimal pemanfaatannya dan belum efektif pengelolaan dana sosial keagamaan.

B. Sasaran

Sasaran peningkatan kualitas kehidupan beragama adalah:
1. Meningkatnya kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan beragama;
2. Meningkatnya kualitas pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga kualitas masyarakat dari sisi rohani semakin baik. Upaya ini juga ditujukan pada anak peserta didik di semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan, sehingga pemahaman dan pengamalan ajaran agama dapat ditanamkan sejak dini pada anak-anak
3. Meningkatnya kepedulian dan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban membayar zakat, wakaf, infak, shodaqoh, dalam rangka mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat;
4. Meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan beragama bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga mereka dapat memperoleh hak-hak dasar dalam memeluk agamanya masing-masing dan beribadat sesuai agama dan kepercayaannya
5. Peningkatan kerukunan antar umat beragama.

C. Arah Kebijakan

Arah kebijakan peningkatan kualitas kehidupan beragama sebagai berikut
1. Peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan beragama
a. Peningkatan kualitas pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama;
b. Peningkatan kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan;
c. Peningkatan kualitas tenaga kependidikan agama dan keagamaan;
d. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar zakat, wakaf, infak, shodaqoh,
e. Peningkatan kualitas tenaga penyuluh agama dan pelayanan keagamaan lainnya;
f. Peningkatan kualitas penataan dan pengelolaan serta pengembangan fasilitas pada pelaksanaan ibadah, dengan memperhatikan kepentingan seluruh lapisan umat beragama dengan akses yang sama bagi setiap pemeluk agama;
g. Pembinaan keluarga harmonis untuk menempatkan keluarga sebagai pilar utama pembentukan moral dan etika;
h. Peningkatan kualitas dan kapasitas lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan;


2. Peningkatan Kerukunan Intern dan Antar umat Beragama
a) Peningkatan upaya menjaga keserasian sosial di dalam kelompok-kelompok keagamaan dengan memanfaatkan kearifan lokal dalam rangka memperkuat hubungan sosial masyarakat
b) Pencegahan kemungkinan berkembangnya potensi konflik di dalam masyarakat yang mengandung sentimen keagamaan;
c) Peningkatan kerjasama intern dan antarumat beragama di bidang sosial ekonomi.

D. Program

Peningkatan kualitas kehidupan beragama dijabarkan ke dalam program pembangunan sebagai berikut.
1. Program Peningkatan Pemahaman, Penghayatan, Pengamalan, dan Pengembangan Nilai-Nilai Keagamaan
a. Penyuluhan dan bimbingan keagamaan bagi masyarakat dan aparatur negara;
b. Menyediakan sarana dan prasarana penerangan dan bimbingan keagamaan;
c. Pelatihan bagi penyuluh, pembimbing, mubaligh/dai/juru penerang dan orientasi bagi pemuka agama;
d. Mengembangkan materi dan manajemen penyuluhan dan bimbingan keagamaan; serta pemberian bantuan paket dakwah untuk daerah tertinggal dan terpencil;
e. Pemberian bantuan penyelenggaraan aktifitas keagamaan
f. Pembentukan jaringan dan kerjasama lintas sektor serta masyarakat untuk memberantas pornografi, pornoaksi, praktek KKN, penyalahgunaan narkoba, perjudian, prostitusi, dan berbagai jenis praktek asusila;
g. Pelaksanaan siar agama, hari-hari besar agama, MTQ, dan lain-lain.

2. Program Peningkatan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan
a) membina pendidik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia;
b) mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami ilmu agama dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama.
c) Penyusunan Perda tentang muatan lokal mengenai Aqidah, Akhlak dan Ibadah disetiap Sekolah.

3. Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama
a) Pemberian bantuan untuk: rehabilitasi tempat ibadah dan pengembangan perpustakaan tempat peribadatan
b) Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sakinah dan bahagia, peningkatan pelayanan nikah melalui peningkatan kemampuan dan jangkauan petugas pencatat nikah serta pembangunan dan rehabilitasi balai nikah dan penasehatan perkawinan (KUA);
c) Peningkatan fungsi dan peran tempat ibadah sebagai pusat pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat;
d) Peningkatan pelayanan dan pengelolaan zakat, wakaf, infak, shodaqoh, serta dipusatkan di desa dan kecamatan.

4. Program Pengembangan Lembaga-Lembaga Sosial Keagamaan dan Lembaga Pendidikan Keagamaan
a) Pemberdayaan lembaga-lembaga sosial keagamaan, seperti kelompok jemaah, organisasi keagamaan, pengelola dana sosial keagamaan;
b) Pemberian bantuan untuk penyelenggaraan berbagai kegiatan sosial keagamaan dan pendidikan keagamaan; bantuan pembangunan dan rehabilitasi sarana prasarana kepada lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; dan block-grant pengembangan lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan;
c) Pembangunan jaringan kerja sama dan sistem informasi lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan
d) Pengkajian, penelitian, dan pengembangan mutu pembinaan lembaga-lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan.

5. Program Penelitian dan Pengembangan Agama
a. Pengkajian dan pengembangan mutu pembinaan dan partisipasi masyarakat untuk mendukung kualitas kehidupan beragama dan melakukan tinjauan bagi antisipasi dampak negatif modernisasi, globalisasi, dan perubahan sosial yang semakin cepat dan kompleks;
b. Identifikasi dan merumuskan indikator kinerja pembangunan bidang agama;
c. Peningkatan kreativitas masyarakat untuk menghasilkan karya ilmiah dan karya tulis di bidang keagamaan;
d. Kajian terhadap peraturan-perauran tentang kehidupan umat beragama;
e. Penelitian, kajian dan pemetaan konflik sosial keagamaan
f. Pengembangan hasil-hasil penelitian dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama.
























BAB III
KESIMPULAN

Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan pendidikan agama di sekolah agama
E. Permasalahan
Permasalahan pembangunan beragama sebagai berikut :
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama di masyarakat kurang memadai dan kehidupan beragama pada sebagian masyarakat baru mencapai tataran symbol simbol keagamaan dan belum sepenuhnya bersifat substansial
F. Sasaran
Sasaran peningkatan kualitas kehidupan beragama adalah:
Meningkatnya kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan beragama dan Meningkatnya kualitas pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga kualitas masyarakat dari sisi rohani semakin baik. Upaya ini juga ditujukan pada anak peserta didik di semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan, sehingga pemahaman dan pengamalan ajaran agama dapat ditanamkan sejak dini pada anak-anak
G. Arah Kebijakan
Arah kebijakan peningkatan kualitas kehidupan beragama sebagai berikut
 Peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan beragama
 Peningkatan Kerukunan Intern dan Antar umat Beragama
H. Program
Peningkatan kualitas kehidupan beragama dijabarkan ke dalam program pembangunan sebagai berikut.
1. Program Peningkatan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan
2. Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama
3. Program Pengembangan Lembaga-Lembaga Sosial Keagamaan dan Lembaga Pendidikan Keagamaan
4. Program Penelitian dan Pengembangan Agama









MAKALAH TENTANG

RUANG LINGKUP
AL-QURAN DAN TAFSIR

Diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah agama islam
Bimbingan agus salim M.Pd.i










Disusun oleh:
LUMMAH


UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTEET PAMEKASAN MADURA
2009-2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas linpahan rahmat serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai respon dalam memenuhi tugas mata kuliah “pengembangan kurikulum” disamping itu shalawat dan salam kami haturkan kepada sang refolusioner dan legendaris islam yang sangat berjasa mengangkat harkat dan martabat umat manusia melalai wahyu yang di sampikannya, beliau adalah baginda Nabi Muhammad Ibnu Abdillah.
Seterusnya kami tidak lupa mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada rekan-rekan yang telah ikut serta dalam proses penyelesaian makalah ini, terutama kepada Bapaak Kholishul Mukhlis yang senantiasa memberikan motivasi serta bimbingan kepada kami dalam memperluas wawasan dan mempertajam pengetauan. Atas segala konstribusi yang mereka berikan, kami hanya bisa berdo’a semoga bernilai pahala disisi Allah yang maha kuasa. Dan kami berdo’a semoga makalah ini bermanfaat kepada para pembaca khususnya bagi penulis dalam rangka membentuk jati diri menjadi seseorang yang profesional dalam dunia pendidikan.








Pamekasan 01-11-2009


Penulis




DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
Ruang Lingkup Pengajaran Al-Quran Dan Tafsir 5
A. Ruang Lingkup pengajaran Al-Quran 5
B. Ruang Lingkup Pengajaran Tafsir 6
BAB III 8
KESIMPULAN 8
DAFTAR PUSTAKA 9























BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam system pendidikan, sebab dalam MPDP Al-Qur’an dan Tafsir bukan hanya di rumuskan tujuan yang harus di capai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tetang pengalaman belajar yang harus di miliki setiap siswa.

pengalaman dan pengajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Al-Qur’an berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan serta isi yang harus di pelajari, sedangkan pengajaran adalah proses yang terjadi dalam interaksi belajar dan mengajar antara guru dan siswa. Dengan demikian tampa kurikulum sebagai sebuah rencana maka pembelajaran atau pengajaran tidak akan efektif, demikian pula tampa pembelajaran atau pengajaran sebagai implementasi sebuah rencana maka MPDP Al-Qur’an tidak akan memiliki arti apapun.

Dengan asumsi sederhana di atas, maka jelas sudah bahwa eksistensi A-Qur’an begitu urgen dalam dunia pedidikan. Namun sebelum lebih jauh melangkah, terlebih dahulu kita harus memahami tentang konsep-konsep itu sendiri, dengan kata lain kita di tuntut mengetahui esensi serta peranan dari sebuah metode, karena dengan pemahaman tentang persoalan ini, nantinya akan memudahkan kita dalam membuat sebuah metode sebagai pedoman dalam pembelajaran. Oleh karenanya dalam persoalan ini penulis paparkan sedemikian rupa dengan tujuan agar makalah ini bisa dijadikan referensi dasar sebelum melangkah lebih jauh belajar tentang MPDP Al-Qur’an dan tafsir.



B. Rumusan masalah
Makalah ini membahas tentang Al-Quran dan Tafsir. Terutama yang berkaitan dengan pengajaran dan urgensitas Al-Quran dan Tafsir.

C. Tujuan
Untuk menanamkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang Al-Quran dan Tafsir dan mencetak insan yang handal dan professional khususnya tentang Al-Quran dan Tafsir.























BAB II
PEMBAHASAN

RUANG LINGKUP AL-QURAN DAN TAFSIR

A. Ruang Lingkup pengajaran Al-Quran
AL-Quran merupakan salah satu pedoman atau paradigma utama yang sangat sakral dalam kehidupan manusia terutama dalam dunia pendidikan terkait dengan metode pendidikan dan pengajaran (MPDP) Al-Quran dan Tafsir sebagai acuan utama dalam proses pengembangan dan pematangan pengetahuan dan kepribadian peserta didik. Dibawah ini adalah klasifikasi tentang ruang lingkup pengajaran Al-Qurandan Tafsir, diantaranya adalah:

1. Ikhbar (kabar/informasi)
Al-Quran diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Melalui malaikat Jibril dalam bahasa arab dengan segala macam kekayaan bahasanya sebagai kabar/informasi kepada seluruh ummat manusia untuk mengetahui, dipahami yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, di dalamnya terdapat penjelasan mengenai dasar-dasar aqidah, kaidah-kaidah syariat, asas-asas perilaku dan menuntun manusia ke jalan yang lurus dalam berfikir dan beramal. Begitu banyak ayat-ayat dalam Al-Quran yang menerangkan bahwa AlQuran sebagai kabar, diantara firmannya dalam surat An-Nahl :89 yang artinya “Kami turunkan kepadamu alkitab (al-quran) untuk menmjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.

2. Qisshah (sejarah/history)
Dalam Al-Quran banyak yang menceritakan tentang sejarah zaman dahulu (sebelum nabi Muhammad), baik sejarah para nabi, rasul dan kejadian-kejadian vital yang penuh hikmah untuk dijadikan sebuah rujukan pada seluruh ummat manusia. Firman Allah SWT dalam surat As-saba’ 28. yang artinya ”dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan ummat manusia tiada mengetahui”.
Jadi ayat tersebut cukup jelas menunjukkan bahwa Al-Quran juga berisikan kisah-kisah atau sejarah-sejarah kehidupan pada masa dahulu.

3. Tahkim (hukum/ketentuan)
Segala sesuatu yang diperintahkan Allah dalam Al-Quran harus dikerjakan karena itu semua merupakan perintahNYA dan semua sesuatu yang dilarang Allah dalam Al-Quran juga harus dijauhi karena demikian itu merupakan laranganNYA. Kita manusia sebagai hamba allah mempunyai keharusan/kewajiban untuk mengimplimentasikan segala sesuatu yang ada dalam Al-Quran, karena Al-Quran (isi kandungannya) merupakan hukum atau ketentuan allah yang harus kita aplikasikan.

B. Ruang Lingkup Tafsir
Tafsir berasal dari al-fusru yang mempunyai arti al-ibanah wa al-kasyf (menjelaskan dan menyingkap sesuatu). Dalam arti termenologi ialah ilmu untuk memahami kitab Allah SWT. Yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-hukumnya.

4. Esensitas (kebenaran) Al-Quran
Al-Quran diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Melalui malaikat Jibril dalam bahasa arab dengan segala macam kekayaan bahasanya sebagai kabar/informasi kepada seluruh ummat manusia untuk mengetahui, dipahami yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, di dalamnya terdapat penjelasan mengenai dasar-dasar aqidah, kaidah-kaidah syariat, asas-asas perilaku dan menuntun manusia ke jalan yang lurus dalam berfikir dan beramal.
Namun Allah SWT tidak memberi perincian-perincian dalam masalah-masalah itu sehingga banyak lafald al-quran yang membutuhkan interpretasi penafsiarn-penafsiran, apalagi sering menggunakan kalimat yang singkat namun luas pengertiannya. Dalam lafald yang sedikit saja dapat terhimpun sekian banyak makna. Untuk itulah, diperlukan interpretasi al-quran yang benar.

5. Mengetahui Asbabun Nuzul dari Al-Quran
Ayat Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur menurut kejadian pada saat itu untuk memberikan wacana dalam penentuan sebuah hukum. Sejarah ini diawalai pada masa Rasulullah SAW ketika masih hidup. Sering kali timbul beberapa perbedaan pemahaman tentang makna sebuah ayat. Untuk itu, mereka dapat langsung menanyakannya kepada Rasulullah SAW karena Al-Quran diturunkan langsung dari Allah pada nabi melalui malaikat jibril.





















BAB III
KESIMPULAN

RUANG LINGKUP AL-QURAN DAN TAFSIR

C. Ruang Lingkup pengajaran Al-Quran
6. Ikhbar (kabar/informasi)
7. Qissah (sejarah/history)
8. Tahkim (hukum/ketentuan)

D. Ruang Lingkup Pengajaran Tafsir
9. Esensitas (kebenaran) Al-Quran
10. Mengetahui Asbabun Nuzul dari Al-Quran


















DAFTAR PUSTAKA
• Al-Qur’an dan Terjemahan.
• AT-UHFATUL MARDHIYYAH, Syekh Abdul majid, AL-Adawi.
• RIYADHUS SHAALIHIN, Imam Yahya bin Syaraf An-Nawi.
• AL-JAAMI’US SHAGHIR, Imam Jalaluddin As-suyuth












MAKALAH
ANALISIS TUGAS
Makalah ini di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perencanaan Sistem pengajaran PAI

Dosen Pembina:
Lailatur Rahmah M.Pd












Di susun oleh:
Ach. Rosyadi
Syafi’ie
Nawawi



UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN MADURA
2009/2010
KATA PENGANTAR

Alhamdulilla segala puji bagi allah, tuhan semesta alam penguasa semua makhluk, Shalawat dan salamnya semoga mengalir deras kepada revolusioner islam Muhammad SAW. karena dengan rahmat dan ma’unahnya makalah ini yang berjudul MENGANALISIS TUGAS dapat diselesaikan dengan baik.

Dengan terselesainya makalah ini diharapkan pada teman-teman mahasiswa di PAI khususnya dapat mengetahui, mengenal, dan menghayati hal-hal yang berkaitan dengan tema yang diangkat dalam makalah ini dan kemudian diimplementasikan dalam dunia pendidikan dan aktifitas sehari-hari dengan sebenar-benarnya untuk mencetak generasi professional dan handal dalam bidangnya masing-masing.

Selanjutnya, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, dan diharapkan pula pada teman-teman dan dosen pembimbing khususnya utuk memberikan kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen Pembina dan teman-teman yang telah berpartisipasi menyelesaikan makalah ini. Hati selalu berharap, fikiran telah menggarap dan mulut selalu berucap Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Amin…!!!





Pamekasan, 09 November, 2009


Penulis





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Pembahasan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
MENGANALISIS TUGAS 4
A. Dokumentasi 4
B. Observasi 5
C. Wawancara 5
D. Analisis Awal 5
E. Fokus Analisis Tugas 6
F. Evaluasi 6
BAB III 7
KESIMPULAN 7
DAFTAR PUSTAKA 8














BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Menganalisis tugas merupakan suatu hal yang harus kita katahui dan kita pelajari, karena kita merupakan mahluk yang kreatif dan tak lepas dari aktifitas, yang mana dalam mengerjakan sesuatu haruslah dibarengi dengan persiapan yang matang oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk selalu mempelajari sekaligus memahami hal-hal yang berkaitan dengan tugas/pekerjaan utamanya dalam bidang analisis yang meliputi persiapan dan kinerjanyan.

B. Rumusan Masalah
Dari paparan diatas kami dapat simpulkan sebagai sumber pembahasan dalam maklah ini, bahwa dalam setiap melakukan pekerjaan atau tugas diperlukan analisi untuk menyiapkan alat-alat apa yang digunakan dan dibutuhkan, apa dan bagaimana sebuah tugas atau pekerjaan itu dilaksanakan.

C. Tujuan Pembahasan
Makalah ini disusun bertujuan agar kita mengetahui, memahami dan mengerti tentang hal-hal yang berhubungan dengan aktifitas manusia sehari-sahari dan agar lebih mudah dan gampang dalam pelaksanaannya.




BABII
PEMBAHASAN

ANALISIS TUGAS

Proses menganalisis dan menggambarkan bagaimana manusia melaksanakan tugas/pekerjaannya, apa saja yang dilakukan peralatan apa yang digunakan dan hal-hal apa saja yang perlu diketahui. Memeriksa tugas-tugas untuk mengetahui dengan baik apa yang dibutuhkan dari dan bagaimana mereka akan menggunakannya.

Analisis tugas memiliki ruang lingkup yang luas. Selain meliputi tugas-tugas yang melibatkan penggunaan computer atau alat-alat lain yang berkaitan dengan tugas tersebut, analisis tugas juga memodelkan aspek-aspek dunia nyata baik yang menjadi bagian maupun tidak. Misalnya, jika dilakukan analisis tugas terhadap pekerjaan untuk melakukan makalah, maka, mengambil kertas, bullpen, mencari referensi dibuku atau internet dan mengetiknya di komputer akan menjadi bagian dari hal-hal yang tercakup didalamnya.

Analisis tugas memungkinkan kita membuat suatu struktur data mengenai tugas dan hasilnya akan baik jika didukung oleh sumber data yang baik pula. Proses analisis data tidak semata-mata mengumpulkan, menganalisis, mengorganisasikan data dan mempresentasikan hasil, namun kadangkala kita harus kembali melihat sumber data tersebut dengan pertanyaan dan pandangan baru. Pada prakteknya, keterbatasan waktu dan biaya menyebabkan seorang analis berusaha mengumpulkan data yang relevan secepat dan seekonomis mungkin. Bahkan jika dimungkinkan, seorang analis harus dapat memaksimumkan penggunaan sumber informasi murah yang sudah ada sebelum melakukan pengumpulan data yang memakan biaya. Berikut ini adalah beberapa sumber informasi yang dapat dipergunakan untuk membuat analisis tugas:

A. Dokumentasi
Sumber data yang mudah didapat adalah dokumentasi yang telah ada di organisasi/instansi seperti buku manual, buku instruksi, materi training dan lain sebagainya. Dokumen-dokumen ini umumnya berfokus pada item tertentu dalam suatu peralatan atau software komputer. Dokumen manual peralatan tertentu misalnya, mungkin hanya memberikan informasi mengenai fungsi dari peralatan tersebut tidak bagaimana peralatan tersebut digunakan dalam pengerjaan suatu tugas. Selain itu juga mungkin terdapat dokumen peraturan perusahaan dan deskripsi tugas yang memberikan informasi mengenai tugas tertentu dalam konteks yang lebih luas. Namun perlu diperhatikan, dokumentasi jenis ini hanya memberitahukan bagaimana seharusnya suatu pekerjaan dilakukan bukan bagaimana sebenarnya seseorang melakukan pekerjaan tersebut.

B. Observasi
Observasi langsung baik secara formal maupun informal perlu dilakukan jika seorang analis ingin mengetahui kondisi dari pengerjaan tugas. Hasil observasi dan dokumentasi yang ada dapat digunakan untuk analisis sebelum memutuskan untuk melakukan pengumpulan data dengan tehnik lain yang memakan biaya. Observasi dapat dilakukan di lapangan atau dalam sebuah laboratorium. Jika observasi dilakukan di lapangan analis dapat mengetahui kondisi yang sebenarnya dari proses pengerjaan tugas. Sebaliknya, pada observasi yang dilakukan di laboratorium, analis dapat lebih mengendalikan lingkungan dan umumnya tersedia fasilitas yang lebih baik. Observasi juga dapat dilakukan secara aktif dengan memberikan pertanyaan atau secara pasif dengan hanya memperhatikan obyek ketika sedang bekerja.

C. Wawancara
Bertanya pada seorang yang ahli pada bidang tugas yang akan dianalisis, seringnya merupakan cara langsung yang cepat untuk mendapatkan informasi mengenai suatu tugas. Ahli tersebut bisa saja si manager, supervisor, atau staf yang memang mengerjakan tugas tersebut. Wawancara kepada ahli sebaiknya dilakukan setelah observasi. Hasil observasi dapat direfleksikan dengan wawancara untuk mengetahui perilaku atau kondisi yang diinginkan dan tidak diinginkan

D. Analisis Awal
Setelah data diperoleh dari beberapa sumber seperti buku manual, observasi maupun wawancara, maka detail analisis dengan berbagai metode yang ada dapat mulai dilakukan. Untuk tahap awal, dapat dilakukan dengan mendaftar obyek dan aksi dasar. Cara mudah yang dapat ditempuh adalah dengan menelusuri dokumen-dokumen yang ada dan mencari kata benda yang akan menjadi obyek, serta kata kerja yang akan menjadi aksi.

Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahapan-tahapan tersebut, tidak ada artinya bila tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti cara-cara, bagaimana dan alat apa yang akan digunakan oleh analis.
Dalam pengolahan data, langkah yang dapat di tempuh antara lain:
a) Identifikasi masalah
b) Membandingkan antar masalah
c) Membandingkan dengan hasil observasi, wawancara dan dukumen
d) Menarik kesimpulan.
Namun hal ini tidaklah selamanya cukup. Tidak mudah mengenali posisi obyek dan aksi tersebut dalam dokumen terutama untuk obyek atau aksi yang dijelaskan secara implisit.

E. Fokus Analisis Tugas
Fokus pada lingkungan yang kelihatan / tampak Apa kebiasaan, metode, langkah-langkah, objek, ….. yang digunakan. Mangamati, apa yang mereka kerjakan, kemudian bagaimana mereka mengerjakannya. Bukan pada state kognitif internal pekerjaan. Jangan hanya melihat pada sistem pekerjaan dan interaksinya saja. Mempelajari proses yang berhubungan dan objek pada lingkungan dimana manusia akan menggunakannya dan membutuhkannya. Contoh: lingkungan kantor – kertas, papan tulis, dll

F. Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah langkah-langkah atau tahapan-tahapan diatas memperoleh hasil yang optimal dan baik sesuai dengan yang diharapkan atau bahkan tidak sama sekali, apabila kurang baik, maka perlu diadakan pengecekan kembali ke belakang faktor-faktor apa yang menyebabkan langkah-langkah tersebut tidak optimal.

BAB III
KESIMPULAN

ANALISIS TUGAS

Proses menganalisis dan menggambarkan bagaimana manusia melaksanakan tugas/pekerjaannya, apa saja yang dilakukan, peralatan apa saja yang dibutuhkan dan digunakan dan hal-hal apa saja yang perlu diketahui. Memeriksa tugas-tugas untuk mengetahui dengan baik apa yang dibutuhkan dari dan bagaimana mereka akan menggunakannya.

Kemudian, kita jangan hanya melihat pada sistem pekerjaan dan interaksinya saja. Mempelajari proses yang berhubungan dan objek pada lingkungan dimana manusia akan menggunakannya dan membutuhkannya juga sangat penting.
Ada banyak langkah-langkah untuk menganalisis (mengetahui bagaimana, apa dan alat apa) sebuah tugas atau pekerjaan dilaksanakan. Diantaranya adalah:
A. Dokumentasi
B. Observasi
C. Wawancara
D. Analisis Awal
E. Fokus Analisis Tugas
F. Evaluasi

Dengan berbagai langkah-langkah tersebut seorang analis akan mudah menentukan bagaimana, apa dan alat apa saja yang diperlukan dan dignakan dalam realitas pelaksanaan tugas dan akan mendapatkan titik kulminasi keberhasilan dalam menentukan tugas.







DAFTAR PUSTAKA


 Syah Muhibbin, Psikologi Belajar, (Jakarta, 2003)
 http://www.mahardhikazifana.com





M A K A L A H



MANHAJUD DAKWAH HIDAYATULLAH


Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Metodologi Dakwah

dosen pembina Afiful Hair M.Pd.i








Di Susun Oleh:
Ach Saidi tamin





UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN
2009
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja serta puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan petunjuk melalui Rasul-NYA. Sholawat dan salam semoga abadi tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Pemilik uswah paripurna, Berkat beliau kami bisa mengenal dunia yang begitu menakjubkan, berkat beliau kami bisa terangkat dari Alam Marjinalisasi menuju Alam Pengangkat Derajat Manusia.

Ucapan Syukran Jazil kami lantunkan kepada guru tercinta, berkat bimbingan beliau kami bisa menyelesaikan makalah ini meski masih jauh dari kesempurnaan.

Terima kasih kami ucapkan pada teman-temanku yang telah ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini sehingga makalah ini yang berjudul “manhajud dakwah Hidayatullah” bisa terselesaikan dengan baik dan menyenangkan

Hati selalu berharap, pikiran telah menggarap, mulut selalu berucap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Amin…!








Pamkasan 01.01.2010



Penulis







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PEMBAHASAN 3
MANHAJUD DAWAH HIDAYATULLAH 3
A. Historika Berdirinya Hidayatullah 3
B. Eksistensi Hidayatullah Terhadap Masyarakat 4
BAB II 5
PENUTUP 5
DAFTAR PUSTAKA 6






















BAB I
PEMBAHASAN

MANHAJ DAKWAH HIDAYATULLAH

Hidayatullah dikenal sebagai organisasi massa Islam berbasis kader dan menyatakan diri sebagai gerakan perjuangan Islam atau Al-Harakah Al-Jihadiyah al-Islamiyah dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utama.

A. Historika Pendirian Hidayatullah
Hidayatullah didirikan 7 Januari 1973 / 2 Dzulhijjah 1392 H. di Balikpapan dalam bentuk pesantren oleh almarhum Ustad Abdullah Said. Kemudian berkembang dengan berbagai amal usaha di bidang sosial, dakwah, pendidikan dan ekonomi serta menyebar ke berbagai daerah di seluruh provinsi di Indonesia. Organisasi ini muncul disaat umat Islam menantikan datangnya abad 15 Hijriah yang diyakini sebagai Abad Kebangkitan Islam. Setelah lebih kurang 17 tahun didirikan, melalui Musyawarah Nasional (Munas) I Hidayatullah pada 9-13 Juli 2000 di Balikpapan, organisasi ini berubah bentuk menjadi organisasi kemasyarakatan dan secara tegas menyatakan diri sebagai gerakan perjuangan Islam.

Sebagai ormas dan gerakan perjuangan Islam, Hidayatullah memiliki tema atau slogan pergerakan, yakni “Back to Qur’an and Sunnah”. Organisasi ini kemudian mencoba menerjemahkan slogan itu lebih konkrit dengan tujuan dan harapan Al-Qur’an dan Sunnah menjadi “Blue Print” pengembangan peradaban Islami dimasa akan datang dan dapat menjadi pegangan hidup umat Islam.

Hidayatullah berpandangan kembali ke Al-Qur’an dan Sunnah merupakan hal penting. Apalagi Hidayatullah memandang kemunduran umat Islam lebih disebabkan karena pandangan yang parsial dalam memahami keholistikan ajaran Islam.



B. Eksistensi Hidayatullah Terhadap Kehidupan Masyarakat
Hidayatullah yang dikenal sebagai Organisasi Massa Islam yang berbasis kader dan menyatakan dirinya sebagai Gerakan Perjuangan Islam berperan penting dan besar pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat, dengan dakwah dan pendidikan sebagai misi program utamanya. Banyak berbagai metode/langkah Hidayatullah dalam merealisasikan misinya dalam berdakwah. Diantaranya adalah:

1. Pesantren
Pesantren-Pesantren Hidayatullah berfungsi sebagai tempat untuk mendalami ilmu. Pesantren ini dihuni santri yang tinggal di asrama, guru, pengasuh, pengelola dan jamaah Hidayatullah.
Pola pengajaran di Pesantren Hidayatullah adalah sistem pesantren modern, yaitu penggabungan mata ajaran umum dan mata ajaran khusus atau keislaman. Mata ajaran umum sama seperti mata ajaran pada sekolah-sekolah umum lainnya, seperti matematika, fisika, kimia dll. Mata ajaran khusus yaitu mata ajaran yang berkaitan dengan keislaman, contohnya aqidah, fiqih, bahasa arab, dan hafalan/tahfidz Al Qur'an, serta masih banyak lagi mata ajaran yang lain, sesuai dengan jenjang pendidikan dan letak kampus

2. Baitul Maal Hidayatullah
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) adalah lembaga di bawah Hidayatullah yang berfungsi mengelola dana zakat, infaq, shadaqah dan wakaf ummat. Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mendapat pengukuhan sebagai lembaga amil zakat nasional melalui Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 538 tahun 2001.
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mengelola dana milik ummat yang dipercayakan kepada Hidayatullah untuk disalurkan bagi pemberdayaan ummat, memajukan lembaga-lembaga pendidikan maupun sosial, memajukan dakwah Islam, mengentaskan kaum dhuafa (lemah) maupun mustadh’afin (tertindas). Kini Baitul Maal Hidayatullah telah memiliki 30 kantor perwakilan dan 144 jaringan pos peduli (mitra).
3. Majalah Suara Hidayatullah
Majalah Suara Hidayatullah, atau biasa disingkat Majalah Hidayatullah merupakan salah satu dari badan usaha di lingkungan Hidayatullah yang menggarap bidang pers. Majalah ini dikelola oleh PT Lentera Jaya Abadi, sebuah badan usaha milik ormas Hidayatullah.
Awalnya, majalah ini hanya berupa buletin hasil karya beberapa santri di Pesantren Hidayatullah Balikpapan. Mengingat betapa strategisnya dakwah bil qalam melalui media massa, buletin tersebut terus dikembangkan sampai akhirnya berbentuk majalah seperti sekarang.
Majalah Suara Hidayatullah berisi tentang problematika dan dinamika dakwah, baik di Indonesia maupun dunia. Di dalamnya ada rubrik wawancara dengan tokoh ternama, kajian al-Qur`an dan Hadits, kisah kepahlawanan perjuangan da’i di berbagai pelosok tanah air, hingga masalah keluarga.
Tiras majalah yang terbit sebulan sekali ini sekarang mencapai 50.000-55.000 eksemplar, tersebar di seluruh pelosok tanah air, mulai dari Banda Aceh sampai Merauke. Majalah Suara Hidayatullah berkantor pusat di Surabaya, Jawa Timur.

4. Muslimah Hidayatullah (Mushida)
Di bidang pendidikan, Mushida mengemban amanah untuk mengembangkan lembaga pendidikan Hidayatullah pada tingkatan Taman Kanak-Kanak, Taman bermain, Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA). Untuk meningkatkan kualitas guru dilakukan pelatihan rutin, pembinaan manajemen, penerbitan bulletin hingga penyediaan tenaga guru.
Mushida merupakan organisasi otonom Hidayatullah, yang telah memiliki 15 Pengurus Wilayah (PW) di seluruh Indonesia. Mushida bergerak dalam bidang da’wah, pendidikan, dan sosial, dengan fokus garapan adalah pemberdayaan wanita, keluarga dan anak.
Visi Muslhida adalah “Membangun keluarga Qur’ani sebagai tonggak utama terwujudnya masyarakat bertauhid”. Untuk menggapai visi tersebut maka setiap program Mushida mengarah kepada pembentuk pribadi muslimah dalam menunjang perannya sebagai pribadi, istri, ibu dan sebagai anggota masyarakat.
Program pembinaan anggota berupa kegiatan majelis ta’lim yang dilaksanakan secara rutin. Pembinaan yang lebih intensif dilaksanakan melalui Halaqah Tarbiyah, kelompok belajar yang beranggotakan maksimal 10 orang dan dengan kurikulum yang telah ditentukan. Korps Da’iyah Mushida (KDM) adalah divisi dari Mushida yang bertugas mempersipakan da’iyah yang akan diterjunkan langsung ke tengah-tengah masyarakat, dan senantiasa meningkatkan kuantitas dan kualitas da’iyah melalui berbagai kegiatan pengkaderan dan pelatihan rutin.




























BAB II
PENUTUP

Hidayatullah dikenal sebagai organisasi massa Islam berbasis kader dan menyatakan diri sebagai gerakan perjuangan Islam atau Al-Harakah Al-Jihadiyah al-Islamiyah dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utama.

Hidayatullah yang dikenal sebagai Organisasi Massa Islam yang berbasis kader dan menyatakan dirinya sebagai Gerakan Perjuangan Islam berperan penting dan besar pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat, dengan dakwah dan pendidikan sebagai misi program utamanya. Banyak berbagai metode/langkah Hidayatullah dalam merealisasikan misinya dalam berdakwah.






















DAFTAR PUSTAKA

• (id) Arsip email yahoo groups
• (id)Timika Pos
• (id) email dari yahoo groups
• (id) Kompas



M A K A L A H


MENILAI KEBUTUHAN PESERTA DIDIK


Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah “System Pengajaran PAI”









Di Susun Oleh:
Farid
Lukmanul hakim
Mali Habiby


UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN
2009
KATA PNGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas linpahan rahmat serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai respon dalam memenuhi tugas mata kuliah “system pengajaran PAI” disamping itu shalawat dan salam kami haturkan kepada sang revolusioner dan lagendaris islam yang sangat berjasa mengangkat harkat dan martabat umat manusia melalai wahyu yang di sampikannya, beliau adalah baginda Nabi Muhammad Ibnu Abdillah.

Seterusnya kami tidak lupa mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada rekan-rekan yang telah ikut serta dalam proses penyelesaian makalah ini, terutama kepada Ibu Lailatur Rahmah M.Pd yang senantiasa memberikan motivasi serta bimbingan kepada kami dalam memperluas wawasan dan mempertajam pengetauan. Atas segala konstribusi yang mereka berikan, kami hanya bisa berdo’a semoga makalah ini bernilai pahala disisi Allah yang maha kuasa. Dan kami berdo’a semoga makalah ini bermanfaat kepada para pembaca khususnya bagi penulis dalam rangka membentuk jati diri menjadi seseorang yang profesional dalam dunia pendidikan.









Pamekasan 13-11-2009


Penulis

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
BAB II 4
PEMBAHASAN 4
Menilai Kebutuhan Peserta Didik 4
A. Analisa Kebutuhan Peserta Didik dalam Menejemen 5
B. Kebutuhan Kreativitas 6
BAB III 8
PENUTUP 8
DAFTAR PUSTAKA 9
















BAB I
PENDAHULUAN

Berkenbangnya sebuah pembangunan tergantung sepenuhnya pada seberapa besar kualitas output dan outcome yang dihasilkan oleh pembelajaran dalam pendidikan, karena aktivitas kehidupan sehari-hari tidak lepas dari proses pendidikan. Banyak bias-bias dan dispersepsi publik terhadap pendidikan sehingga tidak sedikit masyarakat salah kaprah dalam menanggapi dan memenuhi kebutuhan peserta didik dalam dunia pendidikan yang seolah dibatasi oleh jarak dan waktu dan hanya berkerucut pada kepentingan kognisi dan kepentingan pribadi semata. Yang sebenarnya lebih dari itu. Seperti yang telah disinggung dalam dalam UU depdiknas no.20 bahwa peserta didik berhak mendapatkan pelajaran yang sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing”. Jadi undang-undang tersebut cukup jelas bahwa pengembangan kreativitas dan kebutuhan peserta didik harus di penuhi dan tidak terbatasi oleh ruang dan waktu.

Di makalah ini penulis menyinggung sedikit-banyak tentang kebutuhan peserta didik yang kaitannya erat dengan proses pendidikan. Dimana pendidikan adalah sebuah wadah untuk mangasah otak dan menggali pengetahuan serta pematangan kepribadian.













BAB II
PEMBAHASAN

MENILAI KEBUTUAN PESERTA DIDIK

Pendidikan agama Islam diyakini menjadi pil mujarab untuk menghadapi ‎tantangan kehidupan era global generasi bangsa agar berenergi untuk kencang bersaing ‎sehat dalam kehidupan global dan menjaga immunitas dari serangan dampak negative era ‎globaliasi. Sebagaimana Azra mengutip Murata dan Chittik dalam The Vision of Islam, ‎‎1994, bahwa obat utnuk mengatasi berbagai problem masyarakat, seperti kelaparan, ‎penyakit, penindasan, polusi dan berbagai penyakit social lainnya adalah to return to God ‎through religion.
Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
Namun seperti yang diungkapkan dimuka bahwa pendidikan agama Islam di ‎negara kita mengalami kegagalan, yang disebabkan karena beberapa factor di atas, untuk ‎itu perlu diadakan analisa kebutuhan guna mengetahui kesenjangan yang perlu dibenahi ‎dan merumuskan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam. ‎ Sebetulnya ada tiga pendekatan yang berbeda dalam mengidentifikasi ‎masalah-masalah pendidikan kaitannya dengan tuntutan zaman di antaranya adalah; ‎analisa kebutuhan, analisa tujuan dan analisa proses/ hasil/ pelaksanaan ‎. Namun disini ‎hanya akan menekankan pada analisa kebutuhan anak didik dalam segi kretivitas dan kurikulum.
A. Analisa Kebutuhan Peserta Didik dalam Menejemen
Untuk menuju teori analisa kebutuhan khususnya dan teori analisa ‎kebutuhan pendidikan agama Islam pada umumnya perlu kiranya diawali dengan teori ‎kebutuhan manusia secara dasar. Maslow (1954) membagi kebutuhan manusia menjadi ‎dua kelompok utama, yaitu kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. ‎
Kebutuhan dasar sebagaimana namanya berada di bawah posisi ‎kebutuhan tumbuh. Kebutuhan dasar ini berturut-turut dari bawah ke atas adalah:
1. Kebutuhan fisiologis, seperti makan, pakaian, tempat tinggal, dll
2. Kebutuhan akan ‎rasa aman
3. Kebutuhan untuk dicintai
4. Kebutuhan untuk dihargai. Sedangkan ‎kebutuhan tumbuh, hirarkinya berada di sebelah atas posisi kebutuhan dasar, berturut-‎turut dari bawah ke atas
5. Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami (belajar)
6. ‎Kebutuhan keindahan
7. Kebutuhan aktualisasi diri.

Kebutuhan yang berada di hierarki lebih tinggi baru akan dirasakan bila ‎kebutuhan yang ada di hierarki lebih bawah telah terpenuhi. Bila tidak terjadi ‎pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sesuai hirarki yang tergambar maka akan muncul ‎kesenjangan ‎Kesenjangan adalah sebuah permasalahan yang harus dipecahkan. Demikian ‎juga kesenjangan dalam pembelajaran, kesenjangan itu dijadikan suatu kebutuhan ‎dalam dunia pendidikan, sehingga pendidikan yang dilaksanakan merupakan solusi ‎terbaik. Bila kesenjangan tersebut ditemukan dan menimbulkan efek yang besar, maka ‎perlu diprioritaskan dalam pengatasan masalah.‎

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan manajemen pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya pendidikan. Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya. Fakta-fakta dilapangan ditemukan sistem pengelolaan anak didik masih menggunakan cara-cara konvensional dan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Padahal Kreativitas disamping bermanfaat untuk pengembangan diri anak didik juga merupakan kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia. Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan, menilai dan meguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubahnya dan mengujinya lagi sampai pada akhirnya menyampaikan hasilnya. Dengan adanya kreativitas yang diimplementasiakan dalam sistem pembelajaran, peserta didik nantinya diharapkan dapat menemukan ide-ide yang berbeda dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga ide-ide kaya yang progresif dan divergen pada nantinya dapat bersaing dalam kompetisi global yang selalu berubah.

B. Kebutuhan Kreativitas
Kebutuhan akan kreativitas tampak dan dirasakan pada semua kegiatan manusia. Perkembangan akhir dari kreativitas akan terkait dengan empat aspek, yaitu:
1. Aspek pribadi
2. Pendorong
3. Proses
4. Produk
Kreativitas akan muncul dari interaksi yang unik dengan lingkungannya. Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan mengujinya. Proses kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan (motivasi intristik) maupun dorongan eksternal. Motivasi intrinstik ini adalah intelegensi, memang secara historis kretivitas dan keberbakatan diartikan sebagai mempunyai intelegensi yang tinggi, dan tes intellejensi tradisional merupakan ciri utama untuk mengidentifikasikan anak berbakat intelektual tetapi pada akhirnya hal inipun menjadi masalah karena apabila kreativitas dan keberbakatan dilihat dari perspektif intelejensi berbagai talenta khusus yang ada pada peserta didik kurang diperhatikan yang akhirnya melestarikan dan mengembang biakkan Pendidikan tradisional konvensional yang berorientasi dan sangat menghargai kecerdasan linguistik dan logika matematik. Padahal, Teori psikologi pendidikan terbaru yang menghasilkan revolusi paradigma pemikiran tentang konsep kecerdasan diajukan oleh Prof. Gardner yang mengidentifikasikan bahwa dalam diri setiap anak apabila dirinya terlahir dengan otak yang normal dalam arti tidak ada kerusakan pada susunan syarafnya, maka setidaknya terdapat delapan macam kecerdasan yang dimiliki oleh mereka.
Salah satu cara dalam memecahkan masalah ini adalah pengelolaan pelayanan khusus bagi anak-anak yang punya bakat dan kreativitas yang tinggi, hal ini memang telah diamanatkan pemerintah dalam undang-undang No.20 tentang sistem pendidikan nasional 2003, perundangan itu berbunyi " warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus".




















BAB III
KESIMPULAN

MENILAI KEBUTUHAN PESERTA DIDIK
Ada dua pendekatan dalam menilai kebutuhan peserta didik, yaitu:
A. Analisa Kebutuhan Peserta Didik dalam Menejemen
Untuk menuju teori analisa kebutuhan khususnya dan teori analisa ‎kebutuhan pendidikan agama Islam pada umumnya perlu kiranya diawali dengan teori ‎kebutuhan manusia secara dasar.
Kebutuhan dasar ini berturut-turut dari bawah ke atas adalah:
1. Kebutuhan fisiologis, seperti makan, pakaian, tempat tinggal, dll
2. Kebutuhan akan ‎rasa aman
3. Kebutuhan untuk dicintai
4. Kebutuhan untuk dihargai. Sedangkan ‎kebutuhan tumbuh, hirarkinya berada di sebelah atas posisi kebutuhan dasar, berturut-‎turut dari bawah ke atas
5. Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami (belajar)
6. ‎Kebutuhan keindahan
7. Kebutuhan aktualisasi diri.

B. Kebutuhan Kreativitas
Kebutuhan akan kreativitas tampak dan dirasakan pada semua kegiatan manusia. Perkembangan akhir dari kreativitas akan terkait dengan empat aspek, yaitu:
1. Aspek pribadi
2. Pendorong
3. Proses
4. Produk





DAFTAR PUSTAKA

Depdikanas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas, 2003.

Tilaar, Manajemen Pendidikan nasional ; Kajian Pendidikan Masa Depan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992.

Munandar, Utami, Kreativitas dan Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta : PT. Gramedia Pusataka Utama, 1999.

Husen dan Torsten, The Learning Society : Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 1995.

Syah,Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Terbaru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1999.





Makalah
MOTIVASI BELAJAR



untuk memenuhi tugas psikhologi belajar
smester III fakultas agama islam (FAI)










Disusun oleh:
Ach saeidi tammin
Ach rosiyadi




Universitas islam madura (UIM)
bettet pamekasan madura
KATA PENGANTAR
Sungguh sangat berartinya hidup ini sehingga manusia rela berbuat apa saja di dunia ini hanya demi setitik nilai dalam audisi kesidupan sehari-hari, bahkan kebanyakan manusia sering kali salah arti terhadap kehidupan alami, kadang kita menganggap berwarna biru padahal sesuatu itu berwarna hitam seperti halnya warna langit,kadang kita menganggap kecil padahal sesuatun itu sangat besar sebagai mana bintang,kadang kita menganggap datar padahal suatu itu bulat seperti halnya bumi dan kadang kita menganggap suatu hal diam padahal suatu itu bergerak selalu seperti halnya bayangan.

Nah untuk menutupi salah prediksi dan pemahaman ini butuh proses yang tidak lepas dari pendidikan dan pembelajaran. Sudahkah kita berproses?, bagaimanakah ita berproses? Kita akan tau jawabannya setelah kita menggeluti dunia prisesitas yang akan di bahas dalam makalah ini.

Semoga makalah ini dapat membantu kita dalam menghadapi kenyataan hidup yang penuh dengan proses.







Penulis







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
Latar belakang
Permasalahan
BAB II
Pembahasan
Motivasi belajar
1. pengertian motivasi belajar
2. macam-macam motivasi belajar
3. hal-hal yang mendukung terhadap motivasi belajar
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA













BAB I
PENDAHULUAN
Penulis bersyukur kepada hadirat ilahi rabbi yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah yang berjudul MOTIVASI BELAJAR ini dapat terselsaikan. Serta sholawat dan salamnya semoga tetap tercurahkankeharibaan revolusioner islam nabi Muhammad saw. Karma tuidak lepas dari perjuangan beliaulah kita dapat berfikir positif dan kreatif dalam menghadapi tantangan zaman yang serba berubah ini.
Penulis sadari bahwa selesainya maalah ini tidak lepas dari kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maa di harapkan kepada teman teman mahasiswa dan bapak dosen khususnya untuk memberikan saran dan kritik konstruktif demi kebaikan makalah ini.
Tiada lain motif makalah ini, supaya teman teman dapat memahami hal hal yang berkaitan dengan materi yang akan di bahas dalam makalah iniagar bias memberikan dan menciptakan situasi dan kondisi belajar yang menguntungkan bagiu kehidupan seseorang.baik sebagai anggota masyarakat sekolah maupun bagi anggota masyarakat pada umumnya. Sebagai pribadi, masing masing dari kita dapat mengambil manfaat dari bahasan makalah ini untuk mengembangkan pribadi yang dinamis dan kreatif yang mampu mengubah diri dan alam sekitar untk mencapai kemampuan dan keberhasilan dalam kehidupan yang nyata.
Akhirnya kami berharap, semoga maalah ini dapat dapat memberikan sedikit kontribusi bagi sekelompok institusi dan ummat manusia dalam memanivestasikan kehidpan bangsa yang lebih maju dan sejahtera.

LATAR BELAKANG
Seiring bergulirnya waktu dan berkembangnya iptek yang semakin pesat, bergeserlah pula imtaq ummat manusia yang seharusnya lebih kokoh dan mengakar tapi bahkan semakin merosot dan hilang. Secara factual nilai ghirah ummat manusia terhadap belajar dan pendidikan mengalami deglarsi dan dekadensi yang sangat memprihatinkan, maka seharusnya dan sepantasnya kita reaktualisasikan dan luruskan kembali nilai nilai ghirah yang selama ini ironis bahkan tenggelam oleh waktu . jadi relevan sekali bila saat ini kita singgung sedikit tentang MOTIVASI BELAJAR.

PERMASALAN
Setelah sekian banyak kita mengenyam pendidikan dan beribu ribu bahkan berju ta juta kata yang sudah kita baca,baik dari buku buku,media media bahkan kenyataan sekalipun,bisakah kita memahami dan menyadari serta menyikapi secara dewasa? Sudahkah kita berproses untuk lebih progress? Dan bisdakah kita memberikan respek positif? . kita akan tau jawabannya setelah kita mengkaji kemudian menganalisa dan mamahami materi yang di bahas dalam makalah ini.
























BAB II
PERMASALAHAN

MOTIVASI BELAJAR

1. pengertian
perkataan “moyivasi”berasal dari bahasa ingris “motivation”yang asalnya adalah “motive” yang juga di pinjam oleh bahasa melayu kepada “motiv” yang berarti tujuan. Di dalam surat kabar, kerap pemberita menulis ayat “motiv pembunuhan”, perkataan motiv disini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu pembunuhan itu di lakukan.

Belajar adalah key term “istilah kunci” yang paling vital di setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Sebagai suatu proses ,belajar selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan.karena demikian pentingnya substansi belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksprimen eksperimen psikologi belajar di arahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses manusia.

Setelah di singgung di atas mengnai motivasi dan belajar maa penulai mendifinisikan motivasi belajar adalah sebuah stimulus pemprosesan belajar dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendidikan agar lebih intensif dan akurat. Ini berarti bahwa, berhasil dan gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung sepenuhnya pada proses belajar, baik di sekolah maupun si luar lingkungan sekolah. Secara ringkas dapat di katakana bahwa, kualitas hasil proses perkembangan manusia itu banyak kembali pada apa dan bagaimana ia belajar , selanjutnya,tinggi dan rendahnya kualitas perkembanan manusia akan menentukan masa depan peradaban manusia itu sendiri. EL TRHONDIKE seorang pakar teori R.S bond meramalkan, jika kemampuan belajar ummat manusia di kurangi setengah saja maka peradaban yang ada pada saat ini tidak akan berguna bagi generasi mendatang, bakan mungkin perdaban itu sendiri akan lenyap di telan zaman.

2. Macam- Macam Motivasi Belajar
Ketika kita berbicara tentang motivasi belajar maka tidak lepas dari mekanisme,proses proses dan metode belajar itu sendiri.dalam proses belajar di kenal adannya bermacam-macam kegiatan yanga di miliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi, metode maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang di harapkan keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam kosmos pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga beraneka ragam.
a. Abstrak
belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak.tujuannya adalah untuk memperolah pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak memerlukan peranan akal yang kuat, dan penguasaan terhadap prinsip,konsep dan generalisasi.
b. .keterampilan.
bekajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik.tujuannya adalah memperoleh dan mengusai keterampilan jasmaniyah tertentu.dalam pembelajaran ini di perlukan latihan-latihan yang intensif dan teratur.

3. Hal-Hal Yang mempermudah belajar
Secara global, factor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar dapat kita klasifikasikan menjadi tiga macam yaitu:

A. Faktor internal
Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang meliputi dua aspek,yakni :1)aspek fisiologi.2)aspek psikologi.
1. aspek fisiologi
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot )yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas dalam belajar.kondisi organ tubuh yang lemah apabila di sertai pusing kepala,dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitis)sehingga materi yang di pelajari kurang atau tidak berbegas
2. aspek psikologi
Banyak factor yang termasuk aspek psikologi yang dapat mempengaruhi kuantitas perolehan belajar. Namun factor-faktor rohaniah seseorang yang pada umumnnya di pandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a. Inteligensi
adalah kemampuan pisiko fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuiakan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
b. Sikap
adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecendrungan untuk merespon dengan cara yang relative tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif
c. bakat
adalah kemampuan potensial yang di miliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
d. minat
adalah kecendrungan dn keghirahan yang tinggi atau keinginan yang besar tehadap sesuatu. Menurut riber, minat tidak termasuk istilah popular dalam dalam psikolgi karma ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingin tahuan, motivasi dan kebutuhan
.
B. faktor eksternal
seperti faktor internal, faktor eksternal juga terdiri atas dua macam, yaitu: faktor lingkungan sosial dan lingkungan non social.
1. lingkungan social
lingkungan social seperti, masyarakat,tetangga, teman-teman menjadi peran penting dan daya dorong bagi kegiatan belajar. Kondisi masyarakat di lingkngan kumuh yang serba kekurangan, dan anak-anak pengangguran, akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar. Paling tidak mereka merasa kesulitan krtika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belJr tertentu yang kebetulan tidak di milikinya.
Lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi aktifitas belajar adalah orang tua dan kelurga sendiri. Sifat-sifat orang semuanya dapat memberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di capainya.


2. lingkungan non social
faktor-faktor yang termasuk lingkungan non social ialah seperti gedung sekolah dan tempatnya, rumah tempat tinggal dan letaknya,alat-alat belajar keadaan cuaca dan waktu yang di gunakan untuk belajar.















BAB III
KESIMPULAN

MOTIVASI BELAJAR
1. pengertian
adalah sebuah stimulasi pemprosesan belajar dalam menyelenggerakan setiap jenis dan jenjang pendidikan agar lebih intensif dan akurat.
2. macam-macam motivasi belajar
a. abstrak
b. keterampilan
c. social
d. rasional
e. kebiasaan
f. apresiasi
g. pengetahuan

3. faktor-faktor menstimulasi motivasi belajar
a. faktor internal
• aspek fisiologi
• aspek psikologi
b. faktor eksternal
• lingkungan social
• lingkungan non social







DAFTAR PUSTAKA

o Pendidikan wira swasta, Drs wasti sumanto.M.pd. PT bumi aksara Jakarta

o Psikologi belajar, muhibbin syah, M.ed. Jakarta 2003

o Psikologi komonikasi, Drs jalaluddin rahmat M.sc

o Prinsip hidup dan berfikir positif. Dr. Norman Vincent peak. 2004






M A K A L A H



MUHAMMADIYAH


Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Metodologi Dakwah














Di Susun Oleh:
Kholifur Rahman
. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .




UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN
2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas linpahan rahmat serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai respon dalam memenuhi tugas mata kuliah “Metodologi Dakwah” disamping itu shalawat dan salam kami haturkan kepada sang refolusioner dan lagendaris islam yang sangat berjasa mengangkat harkat dan martabat umat manusia melalai wahyu yang di sampikannya, beliau adalah baginda Nabi Muhammad Ibnu Abdillah.

Seterusnya kami tidak lupa mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada rekan-rekan yang telah ikut serta dalam proses penyelesaian makalah ini, terutama kepada Bapaak dosen Pembina yang senantiasa memberikan motivasi serta bimbingan kepada kami dalam memperluas wawasan dan mempertajam pengetauan. Atas segala konstribusi yang mereka berikan, kami hanya bisa berdo’a semoga bernilai pahala disisi Allah yang maha kuasa. Dan kami berdo’a semoga makalah ini bermanfaat kepada para pembaca khususnya bagi penulis dalam rangka membentuk jati diri menjadi seseorang yang profesional dalam dunia pendidikan.








Pamekasan 01-11-2009


Penulis


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
BAB II 4
PEMBAHASAN 4
MUHAMMADIYAH 4
A. Metode Dakwah KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah 5
B. Slogan Muhammadiyah 5
C. Peran dan Eksistensi Muhammadiyah 6
BAB III 8
KESIMPULAN 8
DAFTAR PUSTAKA 9















BAB I
PENDAHULUAN

Muhammadiyah lahir di tengah-tengah kebudayaan sinkretik Jawa yang kental pada permulaan dekade kedua abad ini. Mungkin karena wataknya yang non-politis, baik Belanda maupun kesultanan Yogyakarta, tampaknya tidak terlalu curiga terhadap gerakan Islam puritan ini. Dengan kata lain, Muhammadiyah bukanlah gerakan “Islam Fanatik” yang telah diracuni oleh Pan-Islam yang ditakuti itu. Musuh Belanda seperti yang dirumuskan oleh C. Snouk Hurgronje bukanlah Islam sebagai Agama, tetapi Islam sebagai doktrin politik.

Di makalah ini penulis menyinggung sedikit tentang Muhammadiyah yang terkait dengan histori, slogan dan peran atau eksistensi Muhammadiyah dalam konteks sosial.

Dengan terselesainya makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya diharapkan kepada teman-teman mahasiswa dan dosen Pembina khususnya untuk memberikan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.













BAB II
PEMBAHASAN
MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah adalah organisasi modernis Islam tertua di Indonesia. Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912 di Yogyakarta. Organisasi ini lahir sebagai perwujudan keprihatinan karena melihat kenyataan umat Islam di Indonesia dalam cara menjalankan perintah-perintah agama Islam banyak yang tidak bersumber dari ajaran Al Quran dan tuntunan Rasulullah SAW. Dalam pada itu KH Ahmad Dahlan menghendaki agar dengan Muhammadiyah, orang-orang Islam mengamalkan dan menggerakkan Islam dengan berorganisasi.
Prof. Dr. Hamka mencatat tiga faktor yang mendorong lahirnya Muhammadiyah. Pertama, keterbelakangan dan kebodohan umat Islam Indonesia dalam hampir semua bidang kehidupan. Kedua, kemiskinan yang parah yang diderita umat Islam dalam suatu negeri kaya seperti Indonesia. Ketiga, kondisi pendidikan Islam yang sudah sangat kuno seperti yang terlihat pada pesantren masa itu. Ucapan KH Ahmad Dahlan yang amat berkesan, “Tidak mungkin Islam lenyap dari seluruh dunia, tapi tidak mustahil Islam terhapus dari bumi Indonesia. Siapakah yang bertanggung jawab?”
Pada awal perkembangannya Muhammadiyah mendapat tantangan yang hebat sekali karena umat telah dibelenggu oleh taklid dan kesalah-pahaman terhadap tajdid (pembaharuan) yang merupakan soko-guru gerakan Muhammadiyah. Tajdid dalam perspektif Muhammadiyah mempunyai makna kembali pada ajaran pokok yang asli dan esensialitas Islam. Muhammadiyah tidak bersikap anti secara mutlak terhadap budaya dan tradisi, tetapi tidak dapat menerima budaya dan tradisi yang merusak kejernihan agama terutama menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan. KH Ahmad Dahlan wafat tahun 1923 dan dianugerahi penghargaan Pahlawan Nasional. Ia tidak segan-segan mengeluarkan sebagian besar hartanya untuk mencukupi keperluan dana bagi gerakan Muhammadiyah. Ia berpesan kepada warga Muhammadiyah, “Janganlah mencari penghidupan dalam persyarikatan Muhammadiyah, tetapi hidup-hidupkanlah Muhammadiyah”. Di bawah ini adalah beberapa ulasan tentang muhammadiyah:
A. Metode Dakwah KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah
James L Peacock, antropolog Amerika dari Harvard University yang menulis mengenai pembaharu dan pembaharuan agama, mencatat peran Muhammadiyah sebagai organisasi kesejahteraan dan pendidikan swasta dan non-Kristen yang paling menonjol di Indonesia.
Metode dakwah KH Ahmad Dahlan sangat sederhana, tetapi mengena. Ia memberi pengajian Subuh di masjid berulang-ulang mengupas surat Al Ma’un saja. Dimintanya perhatian hadirin bagaimana melaksanakan ayat-ayat itu. Meski semua telah hafal, namun belum tentu mengamalkannya. Lalu ia menjelaskan maksud mendirikan Muhammadiyah yaitu hendak menyusun tenaga kaum muslimin untuk melaksanakan perintah agama.
Dalam rangka mengamalkan surat Al-Ma’un, KH Ahmad Dahlan mengajak untuk mencari orang miskin di sekitar tempat tinggal masing-masing. Jika menemukan orang miskin dan anak yatim agar dibawa pulang ke rumah masing-masing, dimandikan dengan sabun dan diberi sikat gigi yang baik, diberi pakaian seperti yang biasa mereka pakai, diberi makan dan minum serta tempat tidur yang layak. Dari situlah embrio pengelolaan zakat mal dan zakat fitrah untuk dibagikan kepada fakir miskin. Lalu atas prakarsa KH Ahmad Dahlan didirikan penampungan fakir miskin, panti asuhan yatim piatu, dan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah di Yogyakarta. Langkah Muhammadiyah mendirikan Rumah Sakit Islam dan membangun panti asuhan anak yatim piatu merupakan terobosan luar biasa dan yang pertama dilakukan oleh pergerakan Islam di Indonesia.

B. Slogan Muhammadiyah
James L Peacock, antropolog Amerika dari Harvard University yang menulis mengenai pembaharu dan pembaharuan agama, mencatat peran Muhammadiyah sebagai organisasi kesejahteraan dan pendidikan swasta dan non-Kristen yang paling menonjol di Indonesia.
Penilaian tersebut didukung oleh fakta bahwa selama ini Muhammadiyah bukan saja gerakan dakwah dan tajdid (pembaharuan), tetapi juga sebagai gerakan sosial, pendidikan, ekonomi, serta juga gerakan kebangsaan. Para pemimpin Muhammadiyah dari dulu memiliki motto “sedikit bicara banyak bekerja”. Tapi andaikata ketika berdirinya menyatakan diri sebagai gerakan politik atau partai politik, mungkin Muhammadiyah tidak akan berusia panjang.
Menurut Prof. Dr. H.A. Mukti Ali, aktivitas Muhammadiyah meliputi empat hal. Pertama,Kedua, reformulasi doktrin-doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern. Ketiga, reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Keempat, mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan dari luar. membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan bukan Islam.
Sejak bangsa Indonesia dalam belenggu penjajahan, Muhammadiyah telah menanamkan rasa kebangsaan dan rasa bertanah air, di samping mempertebal rasa keislaman. Pada 1918 Muhammadiyah mendirikan gerakan kepanduan Hizbul Wathan yang artinya Pembela Tanah Air. Salah satu alumni Hizbul Wathan yaitu Bapak TNI, Panglima Besar Sudirman. Dalam milstone sejarah NKRI, pemimpin Muhammadiyah yaitu Abdul Kahar Muzakkir dan Ki Bagus Hadikusumo mempunyai peranan yang besar pada waktu merumuskan Undang-Undang Dasar 1945 dan menerima dasar negara Pancasila.

C. Peran dan Eksistensi Muhammadiyah
Watak puritan Muhammadiyah, menurut Prof. Dr. Faisal Ismail tercermin dalam sikap Muhammadiyah yang tidak mengapresiasi praktik-praktik semacam tarekat, tahlil, danMuhammadiyah tidak terikat dengan satu mazhab tertentu dalam pengambilan hukum agama, makanya sering disebut Muhammadiyah tidak bermazhab. Muhammadiyah tidak mentolerir taklid yang menjadi pangkal kebekuan umat dalam menjalankan agama, tapi justru menganjurkan ittiba’ dan ijtihad sebagai tulang punggung gerakan dakwahnya.
Muhammadiyah mencita-citakan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam arsip Anggaran Dasar dapat dibaca, “Menggembirakan dan memajukan pelajaran dan pengajaran Islam serta memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam”. Hal itu ingin dicapai dengan kembali pada Al Quran dan Sunnah serta membersihkan Islam dari bid’ah, khurafat dan tahayul yang terdapat di kalangan umatnya.
Sebagaimana diketahui amal usaha Muhammadiyah mencakup bidang agama dalam arti yang luas. Karena itu pengembangan ekonomi, kewanitaan dan kepemudaan juga mendapat tempat yang penting dalam lingkungan Muhammadiyah. Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah sekarang ini memiliki ribuan sekolah dan ratusan Perguruan Tinggi, seperti Akademi dan Universitas, di seluruh Indonesia, dan beberapa di antaranya masuk dalam peringkat perguruan tinggi swasta terkemuka di Indonesia. Sekolah-sekolah Muhammadiyah pertama kali didirikan oleh KH Ahmad Dahlan. Di samping itu ia juga berupaya memasukkan pelajaran agama di sekolah umum yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Muhammadiyah dewasa ini diakui sebagai gerakan Islam yang kokoh, dengan cabang dan ranting organisasi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, bahkan di luar negari. Di bawah ini adalah sinopsis tentang Muhammadiyah, diantaranya yaitu:



















BAB III
KESIMPULAN

MUHAMMADIYAH

Kalau strategi dakwah Muhammadiyah bertujuan hendak menggarami kehidupan budaya bangsa dengan nilai-nilai Islam yang handal dan berkualitas tinggi, maka saatnya sudah teramat tinggi bagi kita sekarang untuk melakukan kaji ulang terhadap keberadaan, kiprah dan cara pandang dari gerakan yang didirikan oleh KH.A Dahlan ini. Posisi sebagai wong cilik tidak pernah efektif menentukan nasib masa depan suatu bangsa. Bagaimana mengubah posisi demikian itu agar menjadi posisi yang berwibawa dalam sejarah merupakan kerja dakwah dalam makna yang benar dan komprehensif.

A. Metode Dakwah KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah
B. Slogan Muhammadiyah
C. Peran dan Eksistensi Muhammadiyah















DAFTAR PUSTAKA

 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1995)

 Alwi Shihab, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung: Mizan, 1997)

 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, cet. ke-6, 1986)

 Abdul Halim (ed), Teologi Islam Rasional, (Ciputat Press, 2005)














MAKALAH
TENTANG RUANG LINGKUP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM






Makalah ini disusun
Untuk memenuhi tugas
Mata kuliah “Perencanaan Sistem Pembelajaran”
Semester V (Lima)
Bimbingan Lailatur Rahmah M.Pd

Di susun oleh:
Moh zuhdi
Rusdi



Fakultas Agama Islam (FAI)
Universitas Islam Madura (UIM)
Tahun Akademik 2009/2010


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja serta puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan petunjuk melalui Rasul-NYA. Sholawat dan salam semoga abadi tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Pemilik uswah paripurna, Berkat beliau kami bisa mengenal dunia yang begitu menakjubkan, berkat beliau kami bisa terangkat dari Alam Marjinalisasi menuju Alam Pengangkat Derajat Manusia.

Ucapan Syukran Jazil kami lantunkan kepada guru tercinta, berkat bimbingan beliau kami bisa menyelesaikan makalah ini meski masih jauh dari kesempurnaan.

Terima kasih kami ucapkan pada teman-temanku yang telah ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini sehingga makalah ini yang berjudul “Ruang Lingkp Pendidikan Agama Islam” bisa terselesaikan dengan baik dan menyenangkan

Hati selalu berharap, pikiran telah menggarap, mulut selalu berucap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Amin…!








Pamkasan 31.10.2009



Penulis




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
Kata Penganar 1
Daftar Isi 2
BAB I 3
Pendahuluan 3
BAB II 4
Pembahasan 4
Ruang lingkup pendidikan agama islam 4
1. Pendidikan keimanan 4
2. pendidikan akhlak 5
3. Pendidikan intelektual 6
4. Pendidikan fisik 7
5. Pendidikan Psikis 7
BAB III 8
A. Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA 9













BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban manusia. Tanpa pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau, yang dibandingkan dengan manusia sekarang, telah sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proses-proses pemberdayaannya. Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan, bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat, suatu bangsa akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut.



















BAB II
PEMBAHASAN

RUANG LINGKUP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Pendidikan Keimanan
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya:”hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesengguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang nyata.” (Q.S 31:13)
Bagaimana cara mengenalkan Allah SWT dalam kehidupan anak?
a. Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis (bukan memanjakan)
Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata lembut, bertingkah laku positif.
Hadits Rasulullah : “cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka…:” (H.R Bukhari)
“Barang siapa mempunyai anak kecil, hendaklah ia turut berlaku kekanak-kanakkan kepadanya.” (H.R Ibnu Babawaih dan Ibnu Asakir)
b. Menghadirkan sosok Allah melalui aktivitas rutin
Seperti ketika kita bersin katakan alhamdulillah. Ketika kita memberikan uang jajan katakan bahwa uang itu titipan Allah jadi harus dibelanjakan dengan baik seperti beli roti.
c. Memanfaatkan momen religious
Seperti Sholat bersama, tarawih bersama di bulan ramadhan, tadarus, buka shaum bareng.
d. Memberi kesan positif tentang Allah dan kenalkan sifat-sifat baik Allah
Jangan mengatakan “ nanti Allah marah kalau kamu berbohong” tapi katakanlah “ anak yang jujur disayang Allah”.
e. Beri teladan
Anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak menjadikan orang tua model atau contoh bagi kehidupannya.
“hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”.(Q.S 61:2-3)
f. Kreatif dan terus belajar
Sejalan dengan perkembangan anak. Anak akan terus banyak memberikan pertanyaan. Sebagai orang tua tidak boleh merasa bosan dengan pertanyaan anak malah kita harus dengan bijaksana menjawab segala pertanyaannya dengan mengikuti perkembangan anak.
2. Pendidikan Akhlak
Hadits dari Ibnu Abas Rasulullah bersabda:
“… Akrabilah anak-anakmu dan didiklah akhlak mereka.”
Rasulullah saw bersabda:
”Suruhlah anak-anak kamu melakukan shalat ketika mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka kalau meninggalkan ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud)
Bagaimana cara megenalkan akhlak kepada anak :
a. Penuhilah kebutuhan emosinya
Dengan mengungkapkan emosi lewat cara yang baik. Hindari mengekspresikan emosi dengan cara kasar, tidak santun dan tidak bijak. Berikan kasih saying sepenuhnya, agar anak merasakan bahwa ia mendapatkan dukungan.
Hadits Rasulullah : “ Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka …:” (H.R Bukhari)
b. Memberikan pendidikan mengenai yang haq dan bathil
“Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui .”(Q.S 2:42)
Seperti bahwa berbohong itu tidak baik, memberikan sedekah kepada fakir miskin itu baik.
c. Memenuhi janji
Hadits Rasulullah :”…. Jika engkau menjanjikan sesuatu kepada mereka, penuhilah janji itu. Karena mereka itu hanya dapat melihat, bahwa dirimulah yang memberi rizki kepada mereka.” (H.R Bukhari)
d. Meminta maaf jika melakukan kesalahan
e. Meminta tolong/ mengatakan tolong jika kita memerlukan bantuan.
f. Mengajak anak mengunjungi kerabat
3. Pendidikan intelektual
Menurut kamus Psikologi istilah intelektual berasal dari kata intelek yaitu proses kognitif/berpikir, atau kemampuan menilai dan mempertimbangkan.


4. Pendidikan fisik
Dengan memenuhi kebutuhan makanan yang seimbang, memberi waktu tidur dan aktivitas yang cukup agar pertumbuhan fisiknya baik dan mampu melakukan aktivitas seperti yang disunahkan Rasulullah
“ Ajarilah anak-anakmu memanah, berenang dan menunggang kuda.” (HR. Thabrani)
5. Pendidikan Psikis
“Dan janganlah kamu bersifat lemah dan jangan pula berduka cita, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. 3:139)
Ada tiga metode untuk mendidik jiwa anak, yaitu:
a. Memberikan kebutuhan emosi, dengan cara memberikan kasih saying, pengertian, berperilaku santun dan bijak.
b. Menumbuhkan rasa percaya diri
c. Memberikan semangat tidak melemahkan







BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam pada intinya adalah :
“Terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah”.
Wallahu A’lam Bish-shawab












DAFTAR PUSTAKA
 Ahmad Tafsir., Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., PT. Remaja Rosdakarya., Bandung, 2001
 Nur Uhbiyati., Ilmu Pendidikan Islam., CV. Pustaka Setia., Bandung, 1998
 Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
 Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000








MAKALAH
TENTANG PENDIDIKAN ISLAM PEREODE BANI ABBASIAH



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji ke hadirat allah swt. Yang telah memberikan taufik dan inayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pendidikan islam pada masa bani umayyah” walauoun hanya sesederhana mungkin.

Shalawat dan salamnya semoga tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad saw. Sebagai penerang dunia yang telah mampu menciptKn revolusi total dalam sejarahperadan dunia pada saat ini. Dankami banyak ucapkan banak terima kasih kepada semua teman-teman yang telah ikut berpartisipasi dalam menyelsaikan makalah ini. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat pada teman-teman, pembaca dan utamanya pada penulis.












Penulis







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
Latar belakang
BAB II PEMBAHASAN
PENDIDIKAN ISLAM PEREODE BANI ABBASIYAH
1. pendidikan dan pengajaran pada masa abbasiyah
2. sekolah-sekaolah rendah(kuttab)
3. sekolah-sekolah menengah
4. tingkat perguruan tinggi
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUTAKA










BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejak lahirnya islam, lahirlah pendidikan dan pengajaran islam,. Pendidikan islam islam terus tumbuh dan berkembang pada masa nabi, kholafaurrasyidin, dan pada masa bani umayyah.
Pada masa nabi, beliau menyiarkan islam dengan cara berpidato dan bertablig di tempat yang ramai di kunjungi orang, seperti di pecan ukudz terutama di musim haji, karna pada saa musim haji banyak orang orang-orang dari suku-suku bangsa arab berkunjung ke mekkah, nabi juga menyiarkan islam dengan membacakan ayat-ayat suci al-quran yang berisikan petunjuk dan pengajaran pada umum.
Pada masa khulafaurrasyidin dan bani umayyah sudah ada tingkatan-tingkatan pelajaran dan ilmu yang di ajarkan.
 Tingkatan perama, kuttab (tingkat dasar), tempat anak-anak belajar menlis dan membaca atau menghafal al-quran
 Tingkat menengah, lanjutan dari kuttab dan
 Tingkat tinggi

B. RUMUSAN MASALAH
Pendidikan dan pengajaran islam pereode bani abbasiyah









BAB II
PEMBAHASAN

PENDIDIKAN ISLAM PEREODE BANI ABBASIYAH

1. pendidikan dan pengajaran pada masa abbasiyah
pada permulaan masa abbasiyah pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat pesatnya, sehingga lahirlah sekolah-sekolah yang tidak terhitung jumlahnya, tersebar dari kota-kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda-pemuda berlomba-lomba menunut ilmu pengetahuan, meninggalkan kampong halamnnnyapergi ke pusat-pusat pendidikan demi cinta akan ilmu pengetahuan.

2. tingkat-tingkat pengajaran
pada nasa abbasiyah , sekolah-sekolah terdiri dari beberapa tingkat:
a) tingkat sekolah rendah, namanya kuttab, untuk tempat belajar anak-anak, selain kuttab anak-anak juga ada yang belajar di rumah, istana, took-toko dan di pinggir-pinggir pasar.
b) Tingkat sekolah menengah, yaitu di masjid dan majlis sastra dan ilmu pengetahuan sebagai sumbangan dari dari kuttab.
c) Tingkat perguruan tinggi,seperti baitul hikmah di bagdad dan darul ilmi di mesir (cairo), di masjid-masjid dan lain-lain.

3. sekolah-sekolah rendah (kuttab)
pada permulaan masa abbasiyah abad ke-2 dan abad setelahnya, kuttab-kuttab semakin berttambah banyak dan guru-guru yang mengajar anak-anak. Pada tiap-tiap desa ada satu kuttab, bahkan lebih. Kuttab biasanya di adakan di luar masjid sesuai dengan perkataannya imam malik, menurut belliau bahwa kuttab lebih baik ada di luar masjid , karna kalau di dalam masjid anak-anak kadang membawa kotoran (najis) ke masjid. Akan tetapi kadang di adakan di dalam masjid karna kekurangan tempat di luar masjid.
Di ambil kesimpulan bahwa kuttab berada di luar masjid seperti kuttab abul qashim. Tapi juga ada guru-guru yang mengajar anak-anak di penjuru-penjuru masjid dan bilik-bilik yang berhubungan deangan masjid.

1. Rencana pengajaran kuttab
1. membaca al-quran dan menghafalnya
2. pokok-pokok ajaran islam, seperti shalat, puasa, dan lain sebagainya
3. menlis
4. riwayat (kisah) orang-orang besar islam
5. membaca dan menghafal syair-syair
6. berhitumg
7. pokok-pokok nahwu dan sharraf ala kadarnya
2. waktu-waktu belajar kuttab
pembagian waktu belajar kuttab setiap harinya, ialah:
1. pelajaran al-quran, mulai dari pagi hari sampai waktu dluha
2. pelajaran menulis, mulai dari setelah dluha sampai waktu dluhur. Kemudian semua murid lang untuk makan siang
3. pelajaran ilmu yang lain (sharraf, nahwu, dan lain-lain) mulai sesudah sluhur sampai akhir petang
3. cara mengajar
karna pada masa itu masih belum berkelas-kelas dan kurikulum yang di tetapkan seperti sekarang,maka pelajan di berikan pada murid secara:
- ¬¬¬ seorang demi seorang
- di dekti oleh guru kemudian menulisnya
- di bacakan oleh guru dengan berulang-ulang sampai muridnya hafal
- menyalin karangan gurunya dengan tangan

4. sekolah-sekolah menengah
setelah murid-murid selesai di sekolah kuttab maka melanjutkan ke sekolah tingkat menengah .sedangkan rencana pelajaran di tingkat menengah juga tidak sama di seluruh Negara islam, karna Negara islam pada masa itu sudah bercerai-berai satu dengan yang lain. Tapi rencana pengajaran tersebut sebagai berikut:
1) al-quran
2) bahasa arab dan kesusastraannya
3) fiqih
4) tafsir
5) hadist
6) nahwu/sarraf/balagah
7) manteq
8) falaq
9) sejarah
10) ilmu-iolmu alam
11) kedokteran dan
12) musik

5. tingkat perguruan tinggi
setelah murid-murid selesai dari pendidikan menengah ,aka melanjutkan pada tingkat perguruan tinggi, seperti baitul hikmah di bagdad dan darul ilmi di mesir. Di masjid-nasjid dan lain-lain.
 Rencana pelajaran pada tingkat timggi
Rencana pelajaran pada tingkat tinggi,tidak sama di seluruh Negara islam bahakan berlainan pula dengan berubahnya masa dan keadaan.
Pada umumnya perguruan tinggi itu terdiri dari dua jurusan:
a. Jurusan ilmu-ilmu agama, ibnu khaldun menamakannya ilmu-ilmu nakliah
b. Jursan ilmu-ilmu hikmah(filsafat), ibnu khaldun menamakannya ilmu-ilmu aqliah
 Ilmu-ilmu Yang di ajarkan di jurusan naqliah sebagai berikut:
1) Tafsir dan al-quran
2) Hadist
3) Giqih dan ushul fiqh
4) Nahwu dan sharraf
5) Balagah
6) Bahasa arab dan kesusastraannya
 Ilmu-ilmu yang di ajarkan di jurusan aqliah adalah sebagai berikut:
1) Limu manteq
2) Ilmu ilmu alam dan kimia
3) Musik
4) Ilmu-ilmu pasti
5) Ilmu ukur
6) Falak
7) Ilmu ilhiyah
8) Ilmu hewan
9) Ilmu tumbuh-tumbuhan dan
10) Ilmu kedokteran

 Cara mengajar pasa tingkat perguruan tinggi
Cara mengajar p[ad tingkat perguruan tinhggi adalah dengan berkelompok-kelompok dan berhalaqah. Guru duduk di atas tikar dan di hadapannya duduk pula pelajar-pelajar berhalaqah lalu guru memberikan pelajaran pada semua pelajar-pelajar yang hadir. Kalau guru menghafal pelajaran atau di tuliskannya sebagai diktas, maka di bacakannya pelajaran itu dengan berlahan-lahan sampai murid-muridnya hafal, lalu oleh gurunya di jelaskan bagian-bagian yang belum di pahami hingga benar-benar faham dan mengarti.









BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pendidikan dan pengajaran sangat berkembang sangat pesat pada masa abbasiyahsehingga para pemua dan anak-anak berlomba-lomba untuk mencari ilmu pengatahuan , bahkan keluar dari kampong halamannya hanya untuk menuntut ilmu. Pada masa itu pendidikan sekolah-sekolah seperti kuttab (sekolah-sekolah rendah) pada abad ke 2 H dan abad setelahnya kuttab semakin pesat, di kota bahkan di oelosok desapun di bangun kuttab, saking pesatnya orang-orang yang mencari ilmu di ndirikanlah lagi sekolah menengah, di sekolah ini bermacam-macam kejuruan seperti jadi jur tulis, di kantor, surat menyurat, pidato dan lain sebagainya. Terus didirikan lagi sekolah perguruan tingkat tinggi, di sekolah ini ada 2 macam jurusan, 1. jurusan ilmu agama dan bahasa arab. 2. ilmu hikam (filsafat).

















DAFTAR PUSTAKA

_ prof. DR. MAHMUD YUNUS,H. sejarah pendidikan islam, PT hida karya agung jakarta















MAKALAH
SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KODIFIKASI


Untuk memenuhi tugas SPI
Smester I FAI

Di susun oleh:
Ach saedi tammin



Universitas islam madura (UIM)
Bettet pamekasan madura
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi allah tuhan penguasa jagat raya. Sholawat serta salamnya semoga tetap di limpahkan kepada revolusioner islam nabi Muhammad saw. Penulis bersyukur kepada ilahi rabbi yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga makalah ini yang berjudul SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KODIFIKASI dapat terselesaikan.
Dengan terselesainya makalah ini di harapkan kepada teman-teman mahasisiwa dapat memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan di kaji dalam makalah ini. Antara lain agar kita dapat memahami arti sejarah yang sebenarnya, di samping memiliki ilmu pengetahuan yang memadai, sehingga kita di harapkan dapat memahami masalah-masalah relegiusitas secara interdisipliner serta mampu mengembangkan wawasan dan kepekaan terhadap kehidupan yang serba baru ini.
Penuis menyadari, bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekhilafan, oleh karna itu, kepada teman-teman dan bapak dosen khususnya, penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi kita mahasiswa dan masyarakat umumnya. Amin…!!!





Mengetahui



Penulis




DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Permasalahan

BAB II
Sejarah perkembangan hadist prakodifikasi
1. Difinisi hadiat
2. Mekanisme perkembangan hadist ppada masa rasul
3. Larangan menulis hadist
4. Keutamaan menulis hadist di masa nabi
5. Pembatalan larangan menulis nabi

BAB III
Kesimpulan














BAB I
PENDAHULUAN

Di sadari atau tidak kita semua di lahirkan dari sejarah, tanpa adanya sejarah tidak akan ada kehidupan masa kini semuanya akan menjadi gelap gulita. Tanpa sejarah seniman bingung, sastrawan bisu, puitis lingling dan peradabanpun menjadi berantakan. Oleh kernanya, saatnyalah sekarang kita membangun kembali dan mereaktualisasikan sejarah dalam kehidupan masa kini yang lebih nyata serta mendeklrasasikannya dengan kebenaran yang valid
Mengusung dan meluruskan kembali sejarah mnerupakan keharusan kita ummat muslim khususnya, sebagai manifestasi ghirah kita terhadap islam, karna dalam sejarah terdapat banyak paradikma yang patut dan seharusnya kita tiru untuk mengaksentuasi kehidupan kondisi manusia pada yang lebih baik dan berarti.
Maka dari itu di harapkan kepada semua mahasiswa di FAI khususnya perlu di bekali pengetahuan yang dapat mengembangkan kepribadiannya dan memiliki sikap hidup yang lebih halus dan terbuka.

1. latar belakang
sebeum kita mempelajari hadist, terlebih dahulu kita harus mempelajari prolognya yang meliputi pertumbuhan dan perkembangannya, sejarah ilmu-ilmunya, dan pokok-pokok dasar yang menjadi pedoman dalam menghadapinya.
Sungguh gelap jalan orang-orang yang mempelajari hadist tanpa mengetahuisejarah pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkrmbangannya, di samping sebagai penerang jalan kita, juga dapat mengetahui betapa besar kesungguhan perjuangan-perjuangan para ahli untuk pertumbuhan dan perkembangannya agar sampaai pada tujuan terakhir.

2. pemasalahan
ada beberapa pertanyaan sederhana, mungkin tidak terlalu penting di jawab akan tetapi penting sekali untuk di hayati.
Makalah ini membahas tentang sejarah perkembangan hadist pra kodifikasi. Yang menjadi pertanyaan, kenapa mesti sejarah?, ada apa dengan sejarah?. Ini pertanyaan sederhana, tapi untuk menjawabnya tidak semudah melontarkan pertanyaan itu.






























BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KODIFIKASI

1. difinisi hadist
secara etemologi berdasarkan ayat-ayat al-quran


“dan siapa yang paling benar perkataannya dari pada allah”


“hendaklah mereka datangkan perkataan yang sama dengan al-quran jika mereka orang-orang yang benar”.

Maka hadist di artikan sebagai perkataan atau pernyataan dari nabi Muhammad saw. Perkatan dan pernyataan di namakan hadist, untuk membedakan antara perkataan atau firman allah dan perkataan dari nabi mahammad saw. Hadist di katakana baru karna perkataan nabi juga di katakan baru.yang baru ada setelah nabi Muhammad menjadi rasul, beda dengan firman allah yang sifatnya qadim, sudah ada sejak dahulu bahkan sebelum terciptanya alam semestapun sudah ada.
Secara terminolgi, hadist adalah segala sesuatu yang di sandarkan pada nabi, baik dari segi perkataan, perbuatan dan ketetapannya.


“Segala sesuatu yang di nukil nabi, baik yang berupa perkataan, perbuatan dan ketetapannya”.

2. mekanisme perkembangan hadist di masa rasul
nabi Muhammad saw. Menyiarkan ajaran islam kepada ummat manusia kurnag lebih 23 tahun, masa itu merupakan masa turunnya wahyu allah, dan lahirnya hadist rasul saw.sebagai penjelasan dari wahyu allah tersebut, baik berupa perbuatan, perkataan atau ketetapan rasul saw.

Al-quran dan hadist-hadist rasul saw. Semua itu merupakan tuntunan dan juga ajaran yang di pedomani dalam kehidupan sehari-hari dan keduanya juga merupakan sumber ajaran agama islam. Untuk menjaga kemurnian serta menghindari kemungkinan intervensi antara keduanya, maka rasulullah menggunakan cara yang berbeda dalam penyampaian kepada para sahabat.
Terhadap al-quran, beliau secara resmi memerintahkan kepada sahabat untuk menulis serta menghafalkannya, sedangkan terhadap hadist, beliau menyuruh menghafal tapi tidak menyuruh menulisnya secara resmi, seperti sabdanya


Artinya:
“Janganlah kamu menulis sesuatu dariku selain al-quran, barang siapa yang menulis sesuatu dariku selain al-quran hendaklah dia menghapusnya”.(HR. muslim dan ahmad dari abi said al-hudri)

Oleh karna hadist-hadist itu harus di hafal oleh para sahabat, maka beliau dalam menyampaikannya menemouh beberapa cara, antara lain:
a. sedikit demi sedikit, agar dapat meresap dalam hati
b. pembicaraan rasul saw. Sering dalam bentuk yang sederhana, dengan tidak panjang lebar, agar mudah di fahami.
c. Rasulullah sering mengulangi pembicaraannya, agar di hayati lebih mantap.

Dari beberapa mekanisme tersebut, rasulullah dalam menyampaikan hadist pada para sahabatnyamelalui beberapa kesempatan, antara lain:
1) Melalui jamaah dalam majlis taklim
2) Melalui ceramah di tempat terbuka
3) Melalui sahabat-sahabat tertentu

3. larangan menulis hadist
sebagaimana sabda rasul di atas, sudah jelas bahwa di masa itudi larang keras untuk menulis hadist-hadist dari nabi. Memang ada sebagian sahabat yang menulisnya mendapat respon tidak serius dari beliau, melalui sabdanya:



“barang siapa yang berdusta dariku, hendaklah dia menempatkan tempatnya di neraka”.

Hal ini tidak menghalangi adanya para sahabat yang menulis hadist dengan cara tidak resmi. Memang ada beberapa astar sahih yang menegaskan adanya para sahabat menulis hadist di masa nabi.

Indikator di larangannya menulis hadist-hadist secara resmi di masa iti di sebabkan antara lain:
a. mentadwinkan ucapan-ucapannya, amalan-amalannya, muamalah-muamalahnya adalah salah satu keadaan yang sukarkarna memerlukan adanya golongan sahabat yang terus menerus harus menyertai nabi untuk menulis segala sesuatu di atas, padahal orng-orang yang dapat mebulis pada masa itu msih dapat di hitung.
b. Karna orng arab tidak pandai menulis dan membaca tulisan, kuat berpegang pada kekuatan penghafalan dalam segala apa yang mereka ingin menghafalnya.
c. Karna di hawatirkan adanya intervensi antara hadist dan al-quran meskipun tidak di sengaja.

4. kometmen menulis hadist di masa nabi
riwayat-riwayat yang benar ada yang menceritakan bahwa sebagian sahabat ada yang mempunyai lembaran-lembaran yang tertulis hadist, mereka bukukan sebagian hadist yang mereka dengar dari nabi saw. Seperti sahifah Abdullah ibnu amr ibnu ash yang di namai ASSHODIQAH
diriwayatkan oleh ahmad dan al-baihaki dari abi hurairah:



“tidak ada dari sahabat nabi yang lebih banyak(mengeahui) hadist rasul dari padaku selain Abdullah bin amr ibn ash. Dia menuliskan apa yang dia dengar, sedangkan aku tidak menulisnya”.

Ada pula riwayat yang menerangkan bahwa ali mempunyai sebuah sahifah, di tulis sda dalmnya tentang hokum-hukum diyat yang di ibaratkan kepada keluarga dan lainnya
Menurut keterangan lain bahwa sahabat anas juga mempunyai seuah buku catatan tentang hadist-hadist nabi.
Sebagian shabat ada yang keberatan pada Abdullah, kamu selalu menulis apa yang di katakana oleh nabi, padahal kadang-kadang beliau marahdan menutur sesuatu yang tidak di jadikan syariat umum.
Mendengar itu Abdullah pergi mengadu dan bertanya pada rasulullah, bolehkah dia menulis susuatu yang di katakana oleh beliau, nabi menjawab:


“Tulislh pa yang kamu dengar dariku, demi tuhan dan jiwaku ada padanya, tidak keluar dari mulutku kecuali kebenaran”.

5. pembatalan menulis hadist
kebanyakan ulama’ berpendapat bahwa larangan menulis hadist yang di naskah oleh abu said, yang di mansukhkan dengan izin sesudahnya.
Sbagian ulama’ yang lain berpendapt bahwa larangan menulis hadst, tertentu terhadap mereka yang di hawatirka mengintervensi haist dengan al-quran, izin hanya di brikan kepada mereka yang tidak di khawatirkan mencampur adukkan hadist dengan al-quran itu.
Tegasnya, mereka berpendapay bahwatidak pertentangan antara larangan dan keizinan, apabila kita fahami bahwa yang di larang adalah pembukuan resmi(kodifikasi) seperti halnya al-quran, dan keizinan itu di perbolahkan kepada merekayang hanya menulis hadist untuk diri sendiri.
Memang kita boleh menetapkan baha larangan itu sifatnya umum, sedangkan keizinan untuk orang-orang tertentu, riwayat Abdullah bin amr.
Dan di perkuat pula kebolehan menulis hadist secara tidak resmioleh riwayat al-bukhari yang meriwayatkan bahwa ketika nabi sakit berat mereka meminta untuk di tuliskan pesannya untuk menjadi pegangan ummat. Akan teapi, karena di kala itu nabi nabi dalam keadaan berat sakitnya, umar menghalanginya karna takut bertambah parah.
Dan dapat pula di fahami bahwa setelah al-quran di bukukan, di tulis dengan sempurnadengan lengkap puala turunya, barulah boleh di keluarkan izin menulis sunnah.
BAB III
KESIMPULAN

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST PRA KODIFIKASI

1. definisi hadist
secara etemologi, adalah perkataan atau pernyataan dari nabi nabi Muhammad saw.
Secara terminology adalah segala sesuatu yang di nukil nabi Muhammad saw. Baik berupa perkatan, perbuatan dan ketetapannya.

2. mekanisme perkembangan hadist di masa rasul
beliau dalam menyampaikan hadist memakai beberapa cara antara lain:
a. Menyampaikan sedikit dem sedikit
b. Pembicaraan rasul dalam bentuk fleksibel
c. Selalu di ulang-ulang agar di hayati lebih mantap
3. larangan menulis hadist sabda rasul
janganlah kamu menulis sesuatu dari selain al-quran, barang siapa yamg menulis sesuatu dariku selain al-quran hendaklah ia menghapusnya ( HR. muslim dan ahmat dariabu said al0khudri)
4. kometmen menulis hadist di masa nabi
ada riwaya-riwayat yang menceritakan bahwa sebagian sahabat mempunyai catatan ang tertulis, mereka bukukan di dalmnya sebagian hadist yang mereka dengar dari rasul saw. Di antaranya seoerti sahifah Abdullah ibnu amr ibnu ash, sahifah ali dan dan sahabat anas.
5. pembatalan larangan menulis hadist
mayoritas ulama’ berpendapat bahwa tudak ada pertentangan antara larangan dan keizinan, apabila kita fahami bahwa yang di larang adalah pembukuan resmi seperti al-quran sedangkan keizinan itu di perbolehkan kepada mereka yang menulis hadisthanya untuk dirinyan sendiri.









MAKALAH
Kebangkitan pendidikan di Negara-negara muslim






Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pembina:
HALIMATUS SAKDIYAH S.Pd.i













Di susun oleh:
ABDUR RAHMAN




UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN MADURA
2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat allah swt. Yang telah memberikan nikmat, hidayah serta inayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun makalah yang sederhana ini, penyelesaian makalah ini terdapat dari bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih terutama kepada dosen pembimbing yang dalam hal ini ibu HALIMATUS SAKDIYAH S.Pd.i yang telah memberikan bantuan moral maupun material. Dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf, apbila dalam penulisan makalah ini ada kekurangan. Dan kepada instansi terkait berkenan memberikan saran dan kritik untuk membangun kesempurnaan makalah ini

Mudah-mudahan penulisan makalah ini bisa di jadikan referensi bagi instansi terkait sebagai panduan untuk meniti jalan menuju allah swt

Semoga makalah ini bermanfaat bagi manusia pada umumnya. Dan semoga allah menerima semua jerih payah penulis dan membalasnya dengan setimpal. Amin ya rabbal alamin……!!!








Pamekasan 13 januari 2009

Penyusun












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Kebangkitan Pendidikan Di Negara-Negara Muslim
1. Mesir
2. Turki
3. India
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA






















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban islam adalah terjemahan dari kata arab al-hadha-rah-al-islamiyah. Kata arab ini juga sering di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan islam “kebudayaan” dalam bahasa arab adalah al-tsagafah. Di Indonesia, sebagaiman di arab dan di barat, masih banyak yang mensinonimkan dua kata “kebudayaan” (arab al-tsagafah: ingris, culture) dan “peradaban” (arab al-hadarah, ingris, civilization). Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah itu di bedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi kemajuan mekanis dan tekhnologi lebih berkaitan denga peradaban.


B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini sebagai berikaut:
1. Bagaimana kebangkitan islam di mesir, turki, dan India.
2. Bagaimana proses kebangkitan pendidikan di mesir, turki dan India

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui kebangkitan islam
2. Untuk Mengetahui latar belakang dari negara mesir, turki dan India.


















BAB II
PEMBAHASAN

KEBANGKITAN PENDIDIKAN DI NEGARA-NEGARA MUSLIM

1. Kairo(Mesir)
Kota kairo di bangun pada tanggal 27 sya’ban 253 H/969 M oleh panglima perang dinasti fatimiah ysng beraliran syi’ah, jawhar al-siqili, atas perintah khalifah fatimiah, al-mu’izz lidinillah (953-975 M), sebagai kerajaan dinasti tersebut. Bentuk kota ini hampir merupakan segi empat. Di sekililingnya di bangun pagar tembok besar dan tinggi, yang sampai sekarang masih di temui peninggalannya. Pagar tembok ini memanjang mulai dari masjid ibnu thulun sampai ke thal’at al-jabal, memanjang dari jabal al-muqattam sampai ke tepi sungai nil. Daerah-daerah yang di lalui oleh dinding ini sampai sekarang di sebut al-husainiyah, bab al-luk, syibra, dan ahya bulaq.

Wilayah kekuasaan dinasti fatimiah meliputi afrika utara, sicilia, dan syiria. Berdirinya kota kairo sebagai ibu kota kerajaan dinasti ini membuat bagdad medapat saingan. Setelah penbangunan kota kairo rampung lengkap dengan istananya, al-siqili mendirikan masjid al-azhar, 17 ramadlan 359 H (970 M). masjid ini berkembang menjadi sebuah universitasbesar yangsampai sekarang masih berdiri megah. Nama al-azhar di ambil dari al-zahra’, julukan fathinah putri nabi Muhammad saw. Dan istri ali bin abi thalib, imam pertama syi’ah.

Kota yang terletak di pinggir sungai nil ini mengalami tiga kali kejayaan, yaitu pada masa dinasti fatimiah, di masa shalah sl-din al-ayyubi dan di bawah baybars dan al-nasir pada dinasti mamalik. Pereode fathimiah di mulai dengan al-mu’izz dan puncaknya terjadi pada masa pemerintahan anaknya, al-aziz. Al-mu’izz dan aziz (975-996 M) di mesir dapat di sejajarkan dengan harun al-rasyid dan al-ma’mun di Baghdad. Selama pemerintahan al-mu’izz dan tiga orang pengganti pertamanya, seni dan ilmu mengalami kemajuan besar.

Al-mu’izz melaksanakan iga kebijaksanaan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama (juga aliran). Dalam bidang administrasi, ia mengangkat seorang wazir (mentri) untuk melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, ia memberi gaji khusus kepada tentara, personalia istana, dan pejabat pemerintahan lainnya. Dalam bidang agama, di mesir di adakan empat lembaga peradilan, dua untuk mazhab syi’ah dan dua lainnya untukmazhab sunni. Al-‘aziz kemudian mengadakan program baru dengan mendirikan masjid-masjid, istan, jembatan,dank anal-kanal baru. Pada masa aziz billah dan hakim biamrillah, terdapat seorang maha guru bernama ibn yunus yang menemukan pendulum dan ukuran waktu dengan ayunannya.

Karyanya zij al-akbar al0hakimi di terjemahkan kedalam beberapa bahasa. Dia meninggal pada tahun1009 M dan temuan-temuannya di teruskan oleh ibn al-nabdi (1040) dan hasan ibn haitham, seorang astronom dan ahli optika. Yang di sebut terakhir menemukan sinar cahaya datang dari objek ke mata dan bukan keluar darimata lalu mengenai benda luar.


Pada masa pemerintahan al-hakim (996-1021 M), di dirikan bait al-hikmah, terinspirasi dari lembaga yang sama yang di dirikan oleh al-ma’mun di Baghdad. Di lembaga ini banyak sekali koleksi buku-buku. Lembaga ini juga merupakan pusat pengkajian astronomi, keokteran, dan ajaran-ajaran islam terutama syi’ah.


2. Istambul (Turki)
Istambul adalah ibu kota kerajaan turki usmani. Kota ini sebelumnya merupakan ibu kota kerajaan romawi timur, yang bernama konstantinopel. Konstantinopel sendiri sebelumnnya sebuah kota bernama Byzantium terletak di selat Bosporus, yang oleh konstantin, kaisar romawi di maksudkan untuk menjadi ibu kota kerajaan yang baru, kerajaan romawi. Maksud itu memang tidak jadi di laksanakan. Akn tetapi, ketika kerajaan romawi pecah menjadi dua, romawi barat dan romawi timur, tahun 395, konstantinopel menjadi ibu kota romawi timur.kalau ibu kota romawi barat, roma, jatuh ke tangan bangsa goth tahun 476. maka, konstantinopel bertahan seribu tahun kemudian sampai sultan turki usmani berhasil menaklukannya tahun 1453 dan menjadikannya sebagai ibu kota kerjaan yang baru. Pada masa jayanya, kerajaan romawi timur dapat di katakana sebagai sebuah Negara adi daya yang hanya dapat di saingi oleh kerajaan Persia.

Sebenarnya, jauh sebelum turki usmanidi bawah Muhammad al-fatih berhasil menaklukkan konstantinopel, para pemimpin islam memang sejak khalifah al-rasyidah. Kemudian kholfah bani umayyah dan khalifah bani abbas berusaha kea rah itu. Namun, baru pada kerajaan turki usmani usaha itu berhasil.

Setelah Muhammad al-fatih menjadikan istambul sebagai ibu kota kerajaan turki usmani, ia melakkan penataan hal-ihwal orang-orang Kristen yunani. Dalam penataan tersebut ia tetap memberikan kebebasan kepada pihak gereja, seperti yang di lakukan para pendahulunya dan mengakui agama lain sesuai dengan ajaran islam yang menghormati keyakinan suatu agama. Setiap agama mempunyai komunitasnya sendiri yang di sebut millet. Sultan memberikan kebebasan kepada penganut agama kresten misalnya, untuk memilih dan menentukan patriach.

Kekuasaan tertinggi memang berada di tangan sultan, tetapi roda pemerintahan di jalankan oleh shard al-azham (perdana mentri) yang berkedudkan di ibu kota. Jabatan-jabatan penting, termasuk perdana mentri, sering kali justru di serahkan kepadaorang-orang asal eropa, dengan syarat menyatakan diri secara formal masuk islam.


3. Delhi (India)
Delhi adalah ibu kota dari kerajaan-kerajaan islam di India sejak tahun 608 H/1211 M sampai kerajaan bughal runtuh oleh ingris tahun 1858. sebagai ibu kota kerajaan-kerajaan islam, delhi juga menjadi pusat kebuayaan dan peradaban islam di anak benua India.

Kota ini terletak di pinggir sungai jamna. Sebelum islam masuk kesana, delhi berada di bawah kekuasaan keturunan johan rajput. Tahun 589 H/1193 M, kota ini di taklukan oleh qutb al-din aybak dan tahun 602 H/ 1204 M ini di jadikan ibu kota tersendiri olehnya. Dinasti namluk ni berkuasa sampai tahun 689 H/ 1290 M, kemudian dig anti oleh dinasti khalji 1296-1316 M, setelah itu dinasti thuhlug 1320-1413 M. babur, raja bughal pertama, merebut delhi dari tangan dinasti lodi. Setiap dinasti islam memperluas wilayah kota itu dengan mendirikan kota-kota baru di delhi semula, yait, kota yang berada di dalam benteng lalkot. Delhi sekarang mencakup semua kota-kota baru itu. Semuanya di kenal sebagai “tujuh kota delhi”.

Dinasti namluk mendirikan sebuah menara yang tingginya 257 kaki, di kenal dengan nama menara”qutb mannar”, bukan saja sebagai tempat azan tapi juga, sebagi tugu kemenangandan sebuah masjid dengan nama masjid “qutb al-islam”. Namluk juga memperluas tembok kota hindu itu dengan apa yang di kenal dengan kota kil’a ray pithora. Inilah kota pertama dari tujuh kota delhi tersebut.

Dinasti khalji menambah bangunan masjid dengan atap yang indah dan beberapa menara lagi. Ke sebelah barat, dinasti ini memperluasbenteng lalkot yang lama dengan maksud mempertahankan kota dari seranan mongol. Dengan demikian, ia memindah ibu kota ke siri, sekitar 2 km dari yang pertama. Inilah kota yang ke dua. Di dalam kota, dinasti ini mendirikan sebuah istana megah tersendiri.

Sementara itu, raja pertama dinasti thuhligh mendirikan tughlughabad, sekitar 8 km di sebelah timur kil’a ray pithora, yang kemudian di jadikannya pusat pemrintahan tahun 720 H/ 1320 M. di tengah tughlughabad di dirikan istana, masjid, perumahan, perkantoran, dan jalan-jalan yang di kelilingi benteng yang kuat. Dinasti ini juga membangun jalan-jalan yang di tinggikan, membentuk pita di sebeah tenggara, untuk memelihara air danau. Muhammad ibn tuhlugh juga melaksanakan sebuah proyek raksasa, yaitu mendirikan adilabad yang kemudian di kenal dengan kota jahanpanah. Hal yang juga di lakukan oleh fairus tughlugh dengan mendirikan kota fairuzabad, sekitar 3 km di sebelah barat laut kota yang kemudian di kenal dengan syahjahanabad.
BAB III
PENUTUP

Dari penjelasan terdahulu, dapat di tarik kesimpulan bahwa:
Pertama: Kebangkitan pendidikan di Negara-negara islam ialah tidak lepas dari ikt andilnya para tokoh-tokoh pemerintahan sehingga dengan adanya persatuan maka agama dan juga pemerintahan menjadi kokoh dan kuat.

Kedua: Bahwasanya proses bangkitnya Negara-negara islam itu karna adanya pelopor dari para khalifah sehingga kebangkitan islam menjadi luas.

DAFTAR PUSTAKA

o Abdullah, Taufik Dan Sharen Siddique (ed). Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta 1989 Cetakan Pertama
o Ali. A. Mukti dkk. (ed) Ensiklopedi Islam di INDONESIA, Jakarta, Departemen Agama RI, 1988




M A K A L A H



TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME


Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah MPDP Al-Qur’an dan Tafsir












Di Susun Oleh:
Rosiyadi
Ronal
Syamsul Arifin





UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN
2009
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak bisa dikerjakan, mendadak dikejutkan oleh orang lain yang bisa mengerjakan hal tersebut. Agar kita tidak tertinggal dan tidak ditinggalkan oleh era yang berubah cepat, maka kita sadar bahwa pendidikan itu sangat penting.
Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.
Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .READ MORE
Realness bukan hanya harus dimiliki oleh anak, tetapi juga orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar yang bebas dan didasari oleh realness dari semua pihak yang telibat dalam proses pembelajaran akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar.
Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang belajar adalah : Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku? Atau dengan kata lain, bagaimana bisa apa yang kita ketahui tentang belajar diterapkan dalam instruksi? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar.
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu yang lainnya. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.











KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi allah tuhan penguasa jagat raya. Sholawat serta salamnya semoga tetap di limpahkan kepada revolusioner islam nabi Muhammad saw. Penulis bersyukur kepada ilahi rabbi yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga makalah ini yang berjudul TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME dapat terselesaikan.

Dengan terselesainya makalah ini di harapkan kepada teman-teman mahasisiwa dapat memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan di kaji dalam makalah ini. Antara lain agar kita dapat memahami yang sebenarnya dan mengaplikasikan atau menghubungkan mata kuliah kita,di samping memiliki ilmu pengetahuan yang memadai, sehingga kita di harapkan dapat memahami masalah-masalah relegiusitas secara interdisipliner serta mampu mengembangkan wawasan dan kepekaan terhadap kehidupan yang serba baru ini.

Penulis menyadari, bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekhilafan, oleh karna itu, kepada teman-teman dan bapak dosen khususnya, penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi kita mahasiswa dan masyarakat umumnya. Amin…!!!

Mengetahui



Penulis


DAFTAR ISI

BAB I 1
PENDAHULUAN 1
Kata pengantar 3
Daftar isi 4
BAB II 5
Pemabahasan 5
Teori Belajaran Konstruktivisme 5
A. Hakekat anak menurut pandangan teori belajar konstruktivisme 5
B. Hakekat pembelajaran menurut teori konstruktivisme 8
BAB III 11
Kesimpulan 13
Daftar Pustaka 13











BAB II
PEMBAHASAN
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemprosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut ( Nur, 2002 :8).
A. Hakikat Anak Menurut Pandangan Teori Belajar Konstruktivisme
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu Suparno 1996; 7
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai berikut:
(1) Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
(2) Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa,
(3) Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal,
(4) Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas,
(5) Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5).
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan;
(1) Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama,
(2) Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan
(3) Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).
Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung (1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:
(1) Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
(2) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
(3) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

B. Hakikat Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengertahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu
(1) Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki,
(2) Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan
(4) Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
(1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri,
(2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif,
(3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru,
(4) Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa,
(5) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan
(6) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.






BAB III
KESIMPULAN
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
A. Hakikat Anak Menurut Pandangan Teori Belajar Konstruktivisme
Ada beberapa karekteristik yang berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, sebagai berikut:
1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan
2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa
3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal
4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas
5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.

B. Hakikat Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Di bawah ini adalah beberapa aspek yang berkaitan dengan pembelajaran, yaitu:
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki,
2. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan
3. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
(1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri,
(2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif,
(3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru,
(4) Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa,
(5) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan
(6) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.












DAFTAR PUSTAKA

 Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
 Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
 http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI%20BELAJAR%20DAN%20PEMBELAJARAN.htm
 Rumahbelajar psikologi.com
 Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner (2000), Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis), Dr. A. Supratiknya (ed.), Jogjakarta :Kanisius .












MAKALAH
Ilmu ushul fiqih



Makalah ini di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM III

Dosen Pembina:
MOH. MUHSIN GAZALI, S.Ag, M. Pd










Di susun oleh:
SUKARYO
KUSNIFATUN



UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN MADURA
2009/2010

KATA PENGANTAR

Alhamdulilla segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam penguasa semua makhluk, Shalawat dan salamnya semoga mengalir deras kepada revolusioner islam Muhammad SAW. karena dengan rahmat dan ma’unahnya makalah ini yang berjudul USHUL FIQIH dapat diselesaikan dengan baik.

Dengan terselesainya makalah ini diharapkan pada teman-teman mahasiswa di MIPA khususnya dapat mengetahui, mengenal, dan menghayati hal-hal yang berkaitan dengan tema yang diangkat dalam makalah ini dan kemudian diimplementasikan dalam dunia pendidikan dengan sebenar-benarnya untuk mencetak generasi agamis.

Selanjutnya, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, dan diharapkan pula pada teman-teman dan dosen pembimbing khususnya utuk memberikan kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosn Pembina dan teman-teman yang telah berpartisipasi menyelesaikan makalah ini. Hati selalu berharap, fikiran telah menggarap dan mulut selalu berucap Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Amin…!!!




Pamekasan, 09 November 2009


Penulis




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR 1
DAFRTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1. Latar Belakang 3
2. Permasalahan 4
3. Batasan Masalah 4
BAB II PEMBAHASAN ILMU USHUL FIQIH 5
1. Definisi Ushul Fiqih 5
BAB III HUKUM-HUKUM 7
1. Al-Ahkam at-Taklifiyyah 7
2. Al-Ahkam Al-Wadh'iyyah 8
BAB IV KESIMPULAN 10
DAFTAR PUSTAKA 11
















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama (Al-Dien) adalah ide murni, atau system ide dan kepercayaan yang bersifat Ilahiyah, berkenaan dengan ketaatan pada Tuhan, dan disampaikan kepada nabi-nabi. Dalam Islam, ide murni itu berbentuk wahyu yang termuat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Ide ini tidak bisa diletakkan dalam konteks kemanusiaan. Berbeda dengan pemikiran agama (Islamologi) yang seluruhnya merupakan produk manusia dan sangat berkaitan dengan masyarakat. Konsep ini tidak bisa dipisahkan dari realitas tertentu dan sejarah masyarakat. Karena itu, Islamologi inilah gagasan ide Ilahiah yang dapat diletakkan dalam konteks kemanusiaan. Dengan kata lain, kita harus membedakan antara Agama dan pemikiran Agama. Salah satu pemikiran Agama adalah Ushul-Fiqh. Ilmu metodologi ini memiliki susunan yang pada umumnya terjadi kontroversi antara proposisi-proposisi dengan logika dan bahasa. Meskipun begitu, secara ontologis ilmu ini dapat dikelompokkan menjadi empat point yaitu
1. Nilai-nilai aturan hukum
2. Dasar-dasar aturan hokum (Al-Adillah Al-Syar’iah)
3. Cara atau metoda menganalogikan dalil menjadi hokum, dan
4. Ketentuan ijtihad, taqlid, dialektika kontradiktif, dan tarjih.
Ushul-fiqh merupakan khazanah kekayaan ilmu yang secara langsung atau tidak langsung, turut memperkaya model keagamaan kita. Pelaksanaan syariat Islam akan susah seandainya ilmu ini tidak ada, sebab ushul-fiqh dianggap sebagai penuntun fiqh yang merupakan jawaban bagi kehidupan kita.
Karena itulah ilmu ushul fiqih merupakan aspek penting yang mempunyai pengaruh paling besar dalam penbantukan pemikiran fiqih. Dengan mengkaji ilmu ini seorang akan mengetahui metode-metode yang diapakai oleh para imam mujtahid dalam mengambil hukum yang kita warisi selama ini. Terutama, dari segi yang lebih produktif bila ingin mengembangkan hukum-hukum yang telah meneragi jalan untuk berijtihad. Dengan begitu seorang akan dari jalan yang benar, disamping ia juga akan mampu mjengembangkan hukum syar’i dalam memberi jawaban terhadap segala persoalan yang muncul dalam setiap masa. Artinya ilmu ushul fiqih merupakan hal yang harus diketahui oleh orang-orang yang ingin mengenali fiqih hasil para ulama’ terdahulu, juga bagi orang yang mencari jawaban hukum syar’i terhadap persoalan yang muncul pada setiap saat.

B. Permasalahan
Dari paparan latar belakang masalah diatas dapat diketahui bahwa masalah yang dipelajari dalam makalah yang berjudul “ ILMU USHUL FIQIH” yang pembahasannya diarahkan pada prinsip ilmu ushul fiqih.
Dengan demikian menjadi jelaslah permasalahan yang dibahas dan menjadi mudah untuk dicerna dan dipahami.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, masalah yang akan dibahas memang jelas akan tetapi yang dirasakan terlalu luas maka dari itu sangat dibutuhkan pemabatasan masalah sehingga permasalahannya hanya mencakup pada “Definisi dan Hokum-Hukum Ushul Fiqih”.













BAB II
PEMBAHASAN
ILMU USHUL FIQIH
Definisi Usul Fiqih
Ushul Fiqih didefinisikan dengan 2 tinjauan:
1. Tinjauan dari 2 kosa katanya yaitu dari tinjauan kata ( ُاصول ) dan Kata ) فِقْه(
Ushul ( الاصول ) adalah bentuk jamak dari "Al-Ashl" ( َالاصل ) yaitu apa yang dibangun di atasnya yang selainnya, dan diantaranya adalah 'pokoknya tembok' ( َاصل الجدار ) yaitu pondasinya, dan 'pokoknya pohon' ( َاصل الشجره ) yang bercabang darinya ranting-rantingnya, jadi lafadz ‘ashl (jamaknya ushul) menurut ethymologi adalah dasar (fundamen) yang diatasnya dibangun sesuatu. Pengertian ini sama dengan pengertian ushul secara terminologi yaitu dasar yang dijadikan pijakan oleh ilmu fiqih.
Allah berfirman:
الم تر كيف ضرب الله مثل كلمة طيبة كشجرة طيبة اصلها ثابت وفرعها فى السماء
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit" [QS. Ibrohim : 24]
Dan Fiqih ( الفقه) secara bahasa adalah pemahaman ( الفهم ), diantara dalilnya adalah firman Allah :
واحلل عقدة من لسانى
"dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku." (QS Thohaa : 27)
Dan secara istilah:
معرفة الاحكام الشرعية العملية وادلتها التفصلية
"Mengetahui hukum-hukum syar'i yang bersifat amaliyyah dengan dalildalilnya yang terperinci."
2. Tinjauan keberadaannya sebagai julukan pada bidang tertentu, maka Ushul Fiqih didefinisikan dengan :
علم يبحث عن ادلة الفقه الإجمالية وكيفية والإستفادة منها وحال المستفيد
"Ilmu yang membahas dalil-dalil fiqih yang umum dan cara mengambil faidah darinya dan kondisi orang yang mengambil faidah."
Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa pembahasan ilmu fiqih ada 2 macam, yaitu:
a. Pengetahuantentang hokum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia yang peraktis. Oleh karena itu, hokum-hukum mengenai I’tiqod (keyakinan) seperti ke-Esa-an Allah, terutama para rosul, serta penyampaian risalah-risalah Allah oleh para rusul, keyakina tentang hari kiamat dan hal-hal yang terjadi pada saat itu.
b. Pengetahuan tentang dalil-dalil yang terinci pada setiap pembahasan. Seperti bila dikatakan, membeli secara berpesan, itu harus menyerahkan uangnya terlebih dahulu pada waktu akad, maka ia disrtai dalilnya dari Al-Qur’an. Bahwa memakan harta benda orang lain dengan cara yang tidak sah itu haram, maka disebutkan pula dalilnya dari Al-Qur’an yang berbunyi:
لاتاكلوا اموالكم بينكم بلباطل ) ) artinya: dan janganlah kamu memekan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil (Al-Baqarah 188)
Dari sini dapat diketahui, bahwa pembahasan ilmu fiqih adalah hokum yang terinci pada setiap perbuatan manusia, baik halal, haram, makruh atau wajib besrta dalilnya masing-masing.
Oleh karena itu Syeikh Kamaluddin ibn Himam didalam tahrir memberikan definisi usul fiqih “usul fiqih adalah pengertian tentang kaidah-kaidah yang dijadikan sarana (alat) untuk menggali hukum-hukum fiqih”, atau dengan kata lain, usul fiqih adalah kaidah-kaidah yang menjelaskan tentang cara (metode) pengambilan hokum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dari dalil-dalil syar’I, seperti contoh usul fiqih menetapkan, bahwa perintah (amar) itu menunjukkan hokum wajib, dan larangan (nahi) itu menunjukkan hokum haram.





BAB III
HUKUM-HUKUM

Al-Ahkam ( الاحكام ) adalah bentuk jamak dari hukum (حكم ), secara bahasa maknanya adalah keputusan/ketetapan ( ( القضاء
Dan secara istilah :
ما اقتضاه خطاب الشرع المتعلق بأفعال المكلفين من طلب, اوتخيير, او وضع
"Apa-apa yang ditetapkan oleh seruan syara’ yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf (orang yang dibebani syara’ ) dari tuntutan atau pilihan atau peletakan."
Oleh karena itu, hukum syara’ yang berupa iqtidha’ (perintah dan larangan), dan takhyir (pilihan) disebut hokum taklifi, sedangkan hukum yang menghubungkan antara dua hal disebut hukum wadh’i. dengan demikian, hukum syara’ terbagi menjadi dua macam yaitu Hukum Taklifi dan Hukum Wadh’i.
1. Al-Ahkam at-Taklifiyyah ada lima : Wajib, mandub (sunnah), harom, makruh, dan mubah.
a. Wajib ( الواجب ) secara bahasa : ( الساقط واللازم ) "yang jatuh dan harus". Dan secara istilah :
ما امر به الشارع على وجه الإلزام
"Apa-apa yang diperintahkan oleh pembuat syari'at dengan bentuk keharusan", seperti sholat lima waktu.
Dan juga menurut jumhur, bahwa hokum wajib itu identik dengan fardhu.
b. Mandub ( لمندوبا ) secara bahasa : (لمدعوا ) "yang diseru". Dan secara istilah :
ما امر به الشارع على وجه الإلزام
"Apa-apa yang diperintahkan oleh pembuat syara’ tidak dalam bentuk keharusan", seperti sholat rowatib. Artinya suatu perintah yang rajah sangat baik untuk dikerjakan, akan tetapi juga boleh untuk ditinggalkan.
c. Haram ( المحرم ) secara bahasa : ( الممنوع ) "yang dilarang". Dan secara istilah :
ما نهى عنه الشارع على وجه الإلزام بالترك
"Apa-apa yang dilarang oleh pembuat syara’ dalam bentuk keharusan untuk ditinggalkan", seperti durhaka kepada orang tua.
Dasar yang dijadikan landasan hokum haram adalah karena adanya bahaya yang nyata yang tidak diragukan lagi sehingga perkara haram itu pelakunya diganjar jika ia meninggalkannya untuk mendapatkan pahala (ikhlas), dan orang yang melakukannya berhak mendapatkan adzab.

d. Makruh ( المكروه ) secara bahasa : (لمبغضا ) "yang dimurkai". Dan secara istilah :
ما نهى عنه الشارع على وجه الإلزام بالترك
"Apa-apa yang dilarang oleh pembuat syari'at tidak dalam bentuk keharusan untuk ditinggalkan", seperti mengambil sesuatu dengan tangan kiri dan memberi dengan tangan kiri.
Dan suatu yang makruh itu pelakunya diganjar jika ia meninggalkannya untuk mendapatkan pahala (ikhlas), dan orang yang melakukannya tidak mendapatkan adzab.
e. Mubah ( المباح ) secara bahasa : ( المعلن والمأذون فيه ) "yang diumumkan dan diizinkan dengannya". Dan secara istilah :
مالا يتعلق به امر, ولانهى لذاته
"Apa-apa yang tidak berhubungan dengan perintah dan larangan secara asalnya". Seperti makan pada malam hari di bulan Romadhon.
Artinya Allah SWT memberikan kebebasan kepada orang mukallaf untuk memilih antara mengerjakan suatu perbuatan atau meninggalkannya.
2. Al-Ahkam Al-Wadh'iyyah
Al-Ahkam al-wadh'iyyah adalah :
ما وضعه الشارع من امارات, لثبوت او انفاء, اونفوذ, او الغاء
"Apa-apa yang diletakkan oleh pembuat syara’ dari tanda-tanda untuk menetapkan atau menolak, melaksanakan atau membatalkan."
Dan diantaranya adalah sah ( الصحة ) dan rusak( الفساد )/tidak sah-nya sesuatu.

a. Sah ( الصحيح ) secara bahasa : ( السليم من المرض ) yang selamat dari penyakit. Secara istilah :
ماترتبت اثار فعله عليه عبادة كان ام عقدا
"apa-apa yang pengaruh perbuatannya berakibat padanya, baik itu ibadah ataupun akad."
Maka adanya sebab yang mewjibkan, syarat yang mesti dipenuhi, dan penghalang (mawani’) yang jika hal ini ditemukan maka hilanglah pengaruh atau fungsi “sebab” tersebut, dan tidaklah sesuatu itu menjadi sah kecuali dengan menyempurnakan syarat-syaratnya dan tidak ada penghalang-penghalangnya.
Seperti seseorang mendatangi sholat pada waktunya dengan menyempurnakan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya dan kewajibankewajibannya, jika salah satu syarat dan rukunnya dihilangkan maka tidak dikatakan sah sholatnya.

b. Rusak / Fasid ( الفاسد ) secara bahasa : yang pergi dengan hilang dan rugi. Dan secara istilah :
ماترتبت اثار فعله عليه عبادة كان ام عقدا
"apa-apa yang pengaruh perbuatannya tidak berakibat kepadanya, baik itu ibadah atu akad."
Fasid dalam ibadah : apa-apa yang beban tidak terlepas dengannya dan tuntutan tidak gugur dengannya; seperti sholat sebelum waktunya.
Fasid dalam akad : apa-apa yang pengaruh akad tersebut tidak berakibat padanya (tidak memiliki dampak); seperti menjual sesuatu yang belum ditentukan.
Dan semua yang fasid (rusak) dalam ibadah, akad dan syarat-syarat maka itu adalah haram. Karena yang demikian termasuk melampaui batasan-batasan Allah dan menjadikan ayat-ayat-Nya sebagai olok-olokan, dan karena Nabi shollallohu alaihi wa sallam mengingkari orang yang mensyaratkan syarat-syarat yang tidak ada dalam kitabullah (al-Qur'an).


BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulannya bahwa ilmu ushul fiqih merupakan pedoman yang tepat untuk memahami teks-teks perundang-undangan. Disatu pihak, ilmu itu sendiri sangat dalam dan rumit yang bisa menjadi metode dan acuan bagi seorang ahli hokum, dan dipihak lain akan dapat melatih dan mengembangkan kemampuannya dalam menerapkan dan menegakkan hokum.
Dan juga, Ilmu Ushul Fiqih adalah ilmu yang agung kedudukannya, sangat penting dan banyak sekali faidahnya. Faidahnya adalah kokoh dalam menghasilkan kemampuan yang seseorang mampu dengan kemampuan itu mengeluarkan hukum-hukum syar'i dari dalil-dalilnya dengan landasan yang selamat.
Dan yang pertama kali mengumpulkannya menjadi suatu bidang tersendiri adalah al-Imam asy-Syafi'i Muhammad bin Idris rohimahulloh, kemudian para 'ulama sesudahnya mengikutinya dalam hal tersebut. Maka mereka menulis dalam ilmu Ushul Fiqih tulisan-tulisan yang bermacam-macam. Ada yang berupa tulisan, sya'ir, tulisan ringkas, tulisan yang panjang, sampai ilmu Ushul Fiqih ini menjadi bidang tersendiri keberadaannya dan kelebihannya.













DAFTAR PUSTAKA

Prof. Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, PT Pustaka Firdaus, Jakarta 1994
Al-Baidhowi, Minhaajul Ushul dan Syarahnya majhul bagi kami.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, ayah dan Kakeknya, Al-Muswaddah fi Ushulil Fiqh




MAKALAH
ADMINISTRASI DAN
SISTEM PENGELOLAAN DATA ADMINISTRASI
KEPENDIDIKAN YANG MENDUKUNG
PELAYANAN PENDIDIKAN






di susun Oleh :

samsul


universitas islam madura(uim)
bettet pamekasan


KATA PENGANTAR

Syukur Kita Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa , bahwa atas ridho dan karunia-Nyalah , maka kami masih dapat menyelesaikan tugas-tugas menyusun Makalah dalam rangka pelatihan Jardiknas, meskipun di tengah-tengan kesibuhan dan dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini dikarenakan kami merasa mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab sebagai peserta latihan sekali-gus akan melatih diri kami dalam menyampaikan pemikiran-pemikiran guna membangun administrasi di lingkungan lembaga pendidikan, khusunya yang berkaitan dengan teknologi informasi.
Tentu saja dengan terbatasnya pengetahuan yang dimiliki oleh penulis ditambah sempitnya waktu yang diberikan kepada penulis, tulisan ini masih jauh dari sempurna, lebih-lebih dukungan datanya hampir tidak ada, Namun walaupun demikian penulis berharap tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembacanya.

Kritik dan saran yang bermasud membangun, apa lagi mengembankan
pemikiran ini, kiranya masih terbukan bagi siapa saja. Betapa kecilnya bantuan yang diberikan namun apabila diseta niat yang baik, akan terasa besar juga manfaatnya
Semoga bermanfaat.-
Penulis.


BAB. I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang.
Selama ini adminitasi hanya dipandang sebagai kegiatan tulismenulis belaka
Pandangan orang demikian ini tentu bukan tidak beralasan. Secara phisik kegiatan admninistasi memang banyak didominasi dalam kegiatan tulis menulis, baik menggunakan tangan, alat tulis, mesin ketik atau komputer. padahal banyak teori yang mengatakan kegiatan administrasi lebih dari pada itu. Bahkan ada yang lebih keterlaluan lagi bahwa administrasi hanya dipandang sebagai kegiatan pendukung saja dalam melengkapai kegiatan yang ada di lapangan

Tidak semuanya pandangan demikian itu benar. Kegiatan administrasi atau tulis-menulis atau lebih dikenal dengan ketata usahaan di sebuah lembaga mempunyai out put yang sangat penting, terkait di berbagai bidang, baik hukum, sosial maupun ekonomi dan lain-lain, sehingga tidak bisa dipandang kurang penting fungsinya. Lebih-lebih produk administrasi yang berupa dokumen seperti Ijazah, Sertifikat dansurat-surat penting lainnya akan mempunyai nilai tinggi sekali di mata hukum, jika akurasi isinya dijamin benar.
Oleh karena itu keakuratan data administrasi menunutut kejujuran dan kedisiplinan baik pelaksana maupun pengelolanya, karena produk administrasi yang demikian ini biasanya digunakan untuk memperkuat bukti-bukti hukum.
Dalam bidang pendidikan, kebutuhan informasi mulai tentang data lembaga, sarana kurikulum sampai dengan data asal dan kondisi ekonomi siswa, banyak ditanyakan baik oleh perorangan maupun lembaga-lembaga pemerintah dan swasta.
Dalam rangka memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat umum, tentu hal ini menjadi tantangan bagipara pemikir administrasi pendidikan untuk menciptakan format data administras
pendidikan dan sistem pengelolaan data administrasi kependidikan yang mampu mengakomodir berbagai keperluan. .Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat ini, sudah barang tentu format administrasi pendidikan harus kapable
terhadap teknologi informasi saat ini.

b. Ruang lingkup pembahasan.
Bertolak dari pemikiran tersebut diatas, ditambah adanya kemajuan teknologi dan informasi yang bisa dimanfaatkan untuk mendukunya saat ini, kiranya perlu adanya sebuah pembakuan format administrasi pendidikan bagi satuan-satuan pendidikan di Indonesia. Format administrasi pendidikan yang dimaksudkan adalah mudah pengelolaannya, mudah pemahamannya dan bisa ditangani oleh tenagatenaga yang pas-pasan pengetahuan Teknik Informasinya (TI). Padahal sementara ini banyak institusi baik dari pemerintah maupun non pemerintah yang membutuhkan data pendidikan pada suatu lembaga pendidikan dengan berbagai macam format administrasi, sesuai kepentingan mereka.
Oleh karena itu dalam lingkup masalah ini, penmulis hanya membatasi dalam membahas
:
1. Format baku data administarsi kependidikan dan sistem pengelolaan data administrasi kependidikan
2. Pelayanan informasi data administasi kependidikan.












BAB II
TINJAUAN TEORITIS

a. Pengertian Administrasi
Banyak pengertian administrasi yang dikemukanan oleh para ahli administrasi, ada pengertian adminitasi secara luas dan ada pengertian administrasi secara sempit, dan bahkan ada yang mengartikan sebagai proses sosial
Dalam pengertian yang luas menurut Musanef (1996:1) dalam bukunya Manajemen Kepegawaian di Indonesia menyebutkan bahwa administrasi adalah kegiatan sekelompok manusia melalui tahapantahapan yang teratur dan dipimpin secara efektif dan efisien, dengan menggunakan sarana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan Dalam implementasinya, administasi berkembang dan mempunyai tugas-tugas yang biasa disebut sebagai fungsi administrasi sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli seperti Henry Faysol, Harold Koontz, George R. Terry dan lain-lain, diantaranya adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian sampai dengan fungsi pengawasan Salah satu bentuk rumusan pengertian adminitasi secara luas yang sederhana antara lain menyebutkan :bahwa administrasi adalah keseluruhan proses rangkaian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terlibat dalam suatu bentuk usaha bersama demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
. Meskipun rumusannya sederhana, pengertiannya tetap mempunyai cakupan yang luas, yaitu seluruh proses kegiatan yang berencana dan melibatkan seluruh anggota kelompok.
Sedangkan dalam pengertian sempit, sebagai yang dikemukakan oleh Soewarno Handayaningrat (1996:2), dalam bukunya “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen” , administrasi adalah suatu
kegiatan yang meliputi catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan.
Selanjutnya, dalam makalah ini penulis mengartikan administrasi dalam pengertian sempit sebagai ketata usahaan. Meskipun sebenarnya antara administrasi dan ketatausahaan mempunyai arti yang jauh berbeda tetapi penulis yakin bahwa antara administrasi dengan ketatausahaan masih mempunyai keterkaitan yang sangat erat..
b. Pengertian Tata Usaha
Ada beberapa pengertian tentang Tata Usaha, tetapi kesemuanya hampir mempunyai kesamaan pengertian yang mengarah kepada pengaturan tulis menulis dan catat mencatat. Berikut beberapa pengertian tentang Tata Usaha
a. Ditinjau arai asal kata
Tata Usaha terdiri dari dua kata, yaitu “Tata” dan “Usaha” yang masing-masing kurang lebih mempunyai pengertian sebagai berikut Tata adalah suatu peraturan yang harus ditaati., dan Usaha ialah suatu usaha dengan mengerahkan tenaga, pikiran untuk mencapai suatu maksud. Jadi menurut arti kata, Tata Usaha adalah suatu aturan atau peraturan yang terdapat dalam suatu proses penyelenggaraan kerja
b. Dalam Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan istilah Tata Usaha ialah penyelenggaraan tulis menulis(keuangan dan sebagainya) di perusahaan, negara dan sebagainya, sedangkan penata usaha ialah orang-orang yang menyelenggarakan taha usaha.



c. The Liang Gie dalam bukunya Administrasi Perkantoran Modern memberikan pengertian bahwa tata usaha ialah segenap rangkaian aktivitas menghimpun, mencatat, mengelola, mengadakan, mengirim dan menyimpan keterangan-keteranagn yang diperlukan dalam setiap usaha kerja.

Selanjutnya, dalam makalah ini tata usaha diberi pengertian sebagai aktivitas administrasi dalam arti sempit yaitu, kegiatan untuk mengadakan pencatatan dan penyusunan keterangan-keterangan sehingga keterangan-keterangan itu dapat digunakan secara langsung sebagai bahan informasi bagi pimpinan organisasi yang bersangkutan atau dapat dipergunakan oleh siapa saja yang membutuhkan.




c, Pengertian Pelayanan
Ada beberapa pengertian tentang Pelayanan, antara lain : Pelayanan merupakan serangkaian kegiatan, karena itu pelayananuga merupakan suatu proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat (Munir, 2000; 17). Yang dimaksud pelayan umum adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain yang ditujukan guna memenuhi kepentingan orang banyak Menurut Ahmad Batinggi (1999; 12) Pelayanan Umum dapat diartikan sebagai perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurus hal-hal yang diperlukan masyarakat/ khalayak umum. Dengan demikian, pelayanan yang baik dan berkualitas adalah pelayanan yang cepat, menyenangkan, tidak mengandung kesalahan, mengikuti prosedur yang telah ditetapkan Masih banyak pengertian pelayanan yang dikemukakan oleh beberapa pakar, diantaranya Fandi Ciptono dan lain-lainnya.

Pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang baik yang dilakukan oleh suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta termasuk bidang ketata usahaan harus memuat beberapa aspek, antara lain :
1. Keterbukaan, yaitu adanya informasi pelayanan yang berupa loket
informasi yang dimilikinya dan terpampang dengan jelas ;
2. Kesederhanaan yaitu mencakup prosedur palayanan dan
persyaratan pelayanan
3. Kepastian yaitu menyangkut informasi waktu, biaya dan petugas
pelayanan yang jelas ;
4. Keadilan yaitu memberi perhatian yang sama terhadap pelanggan
tanpa adanya diskriminasi yang dapat dilihat dari materi atau
kedekatan seseorang ;
5. Keamanan dan kenyamanan hasil produk pelayanan memenuhi
kualitas teknis dan dilengkapi dengan jaminan purna pelayanan
secara administrasi ;
6. Perilaku petugas pelayanan menyenangkan pelanggan, yaitu harus tanggap dan peduli dalam memberikan pelayanan dengan tidak mempersulit pelanggan untuk mencari keuntungan pribadi.













AB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
a. Pembahasan
Dengan melihat latar belakang, ruang lingkup masalah serta membandingkan dengan berbagai pengertian administrasi dan pelayanan, banyak hal tentang administrasi data kependidikan di sekolah-sekolah yang masih perlu dibenahi sehingga memudahkan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat pengguna informasi kependidikan, maupun kepada siswa yang membutuhkan informasi atau dokumen kependidikan dirinya Dengan adanya teknologi informasi / komputer, selama ini setiap satuan pendidikan atau sekolah memiliki format data administrasi kependidikan dan sistem pengelolaan data adminitrasi kependidikan yang berbeda-beda. Begitu juga program aplikasi yang digunakan juga berbeda-beda, menurut kemampuan petugas pengelolanya. Beberapa sekolah ada yang mengelola data administasii kependidikannya dengan program aplikasi Excel, Word dan Acces(Microsoft Ofice), tetapi juga ada yang mengelola dengan program aplikasi dBase Visual atau Foxpro dan bahkan ada yang menggunakan My SQL. Demikian juga petugas pengelolanya juga berbeda-beda peranan dan jabatannya di sekolah. Ada petugas pengelola data administasii kependidikan dari staf Tata Usaha, ada yang berasal dari seorang guru yang dianggap mumpuni penguasaan komputernya
, tetapi juga ada yang berasal dari staf administrasi jurusan. Hal ini paling tidak menjadi hambatan dalam rangka tukar informasi antar sekolah atau dalam rangka memberikan pelayanan informasi tentang data administasii kependidikan seperti data kelembagaan, kurikulum, peralatan
maupun siswa dan keuangan. Belum lagi kalau melayani institusi yang membutuhkan data administasii kependidikan sesuai dengan kepentingan mereka seperti data siswa yang khusus berasal dari desa “X” karena akan diberi beasiswa, atau siswa dari keluarga kurang mampu, dan sebagainya Dari pihak-pihak yang berkopenten dan berwenang dibidang pendidikan seperti Depdiknas, Dinas Pendidikan Propinsi dan Dinas Pendidikan Kab/Kota, kelihatannya telah menyadari kondisi ini. Telah diujicobakan dan disosialisasikan sistem pengelolaan data administasii kependidikan dan format data administasii kependidikan melalui berbagai jenis pelatihan maupun workshop. Akan tetapi kurang mendapat respon baik dari sekolahsekolah dengan berbagai alasan. Banyak sekolah yang kurang bersedia memanfaatkan sistem tersebut, karena harus entry data ulang, juga kurang
kapable dengan kepentingan sekolah yang bersangkutan. Sebagai contoh, walaupun telah mengisi sistem pengelolaan data administasii kependidikan yang disosialisasikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Tengah , tetapi untuk
kepentingan Ujian Nasional sekolah masih harus mengisi PCPU yang didistribusikan ke sekolah-sekolah oleh Dinas yang sama.
Demikian juga format data administasii kependidikan dan sistem pengelolaan data administasii kependidikan yang menggunanan NISN sekolah masih harus memenuhi permintaan data siswa kelas III Dinas Pendidikan Kota sehubungan dengan Uji kompetensi, walaupun semua siswa kelas III telah mempunyaiu NISN, yang data administasii kependidikan sudah ada disana.
b. Kesimpulan
1. Agar sekolah dapat memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas akan kebutuhan data administasii kependidikan di sekolah yang bersangkutan, kepala masyarakat, sangat dibutuhkan adanya keseragaman format data administrasi kependidikan yang baku, yang mudah pengelolaanya, mudah pemahamannya serta yang paling penting kapable dengan program aplikasi yang selama ini digunakan oleh sekolah yang bersangkutan. Sudah barang tentu format data harus lengkap, sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat penggunanya.
2. Disamping format data administasii kependidikan, juga sistem pengelolaan data administasii kependidikan yang menggunakan progrtam aplikasi uyang sudah familier dengan petugas-petugas pengelolanya. Kalau memang secara teknis harus menggunakan program aplikasi lain, seharusnya ada semacam pendidikan atau pelatihan cara mengkonversi sebuah data administasii kependidikan dari program aplikasi yang digunakanb sekolah ke program aplikasi yang digunakan dalam sistem pengelolaan data administasii kependidikan. Bukan sekedar pelatihan mengoperasikan sistemnya saja atau entry data saja..

3. Mengingat data administasii kependidikan sangat penting pernannya sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijaksanaan di bidang pembangunan pendidikan, maka yang paling penting adalah kejujuran dan kedisiplinan petugas pengelola/up date data di setiap satuan pendidikan.





DAFTAR PUSTAKA
1. Soebroto, R. 1980. Pokok-pokok Pengertian Ilmu Taha Usaha, Jakarta :
Balai Pembinaan Administrasi, Akademi Administrasi Negara
2. Ahmad Batinggi, 1999. Manajerial Pelayanan Umum. Universitas Terbuka,
Jakarta
3 Ciptono F, 1997. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Andi Offset.
Yogyakarta
4 Munir, 2000. Manajemen Pelayanan Publik. Bina Aksara. Jakarta
5. Soewarno Handayaningrat, 1996. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen. Gunung Agung. Jakarta
6. Program Kerja SMP Negeri 1 Tapian Nauli Tahun 2007/2008





M A K A L A H




Dakwah Nabi Muhammad SAW.
Pereode Mekkah




Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas
Yang di bombing oleh Drs H.M. Mashudi


























Di Susun Oleh:

Kelompok : III
Kelas : X3
Nama : Ach. Sodik (5)
Ach. Abdullah (6)





SMA NEGERI 4 (EMPAT) PAMEKASAN
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat rahmat dan karuniah allah swt. Kami dapat menyelesaikan makalah ini berdasarkan materi pembelajaran semester II.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada allah swt. Di kalangan siswa dengan cara memahami dan mengamalkan tenteang ajaran agama islam, sehingga menjadi seorang muslim yang beriman dan berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan Negara. Di samping itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah nilai-nilai keagamaan yang bersifat normative menuju keberagamaan yang bersifat kompetensi agar terwujud dalam kehidupan sehari-hari baik dari segi pengetahuan, sikap dan praktek prilaku.

Akhirul kalam, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menerbitkan buku ini untuk meningkatkan kualitas makalah ini, kami mengharapkan pemikiran dari semua pihak dan semoga bermanfaat.





Pamekasan 03 Juni 2009

Tim Penyusun

















PENDAHULUAN

Dengan penulisan makalah ini kami berharap siswa tahu betapa besarnya perjuangan nabi dalam menyebarkan agama islam. Walaupun mendapat cacian, makian, bahkan hampir di bunuh, rasulullah tetap berusaha menyebarkan agama islam di mekkah.

Selain itu, kami juga berharap agar setelah membaca makalah ini siswa bisa menjadi spribadi yang baik dan meneladani sifat rasulullah yang pantang menyerah dan berani dalam memperjuangkan agama islam agar di kenal oleh semua orang.































DAFTAR ISI

Kulit Sampul i
Kata Pengantar ii
Pendahuluan iii
Daftar Isi iv
A. Latar Belakang 1
B. Cara-Cara Dakwah Rasulullah SAW 1
C. Reaksi Kaum Quraisy 3

PENUTUP 4
A. kesimpulan 4
B. Saran-Saran 4



























A. Latar Belakang
ketika dakwah rasulullah saw. Di mekkah, bangsa quraisy berusaha melumpuhkan gerakan Muhammad saw. Hal ini di buktikan dengan pembaikotan terhadap keluarga besar Muhammad saw.
a. Memutuskan hubungan perkawinan
b. Memutuskan hubungan jual beli
c. Memutuskan hubungan ziarah-menziarahi
d. Tidak ada tolong-menolong
Pemboikotan itu tertutup di atas selembar sahitah atau plakat yang di gantungkan di ka'bah dan tidak di cabut sebelum nabi Muhammad saw. Menghentikan gerakannya. ujian bagi rasulullah saw. Juga bertambah berat dengan wafatnya dua orang yang sangat di cintai, yaitu: Pamannya Abu Thalib dalam usia 87 tahun dan istrinya, yaitu, khadijah. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun ke-10 dari masa kenabian (620. M) dalam sejarah di sebut A'mul Huzni (tahun duka cita).
Dengan meninggalnya dua tokoh tersebut orang quraisy semakin berani dan berleluasa mengganggu dan menghalangi rasulullah saw. Bahkan beliau hampir meninggal karena hendak ada orang yang mencekiknya. Oleh karena itu, beliau menjumpai pemuka-pemuka kabilah tsaqi dan mengajak mereka kepada islam namun ajakan rasulullah di tolak dengan kasar, tapi rasulullah tetap sabar, lapang dada dan ikhlas.
B. Cara-Cara Dakwah Rasulullah SAW.
Rasulullah saw. Dalam berdakwah mengajarkan agama islam sangat bijaksana, sabar dan tidak memaksanakan kehendak serta dengan cara pendekatan-pendekatan kepada para sahabat dan sanak saudara.cara berdakawah yang dilakukan rasulullah SAW adalah dengan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.
1. Cara Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi
Sasaran awal dakwah Nabi Muhammad SAW adalah kalangan keluarga dekatnya dimulai dari yang paling dekat. Orang pertama yang mempercayai kerasulan nabi Muhammad SAW adalah istrinya sendiri, yaitu khadijah. Ia langsung memercayai dakwah nabi Muhammad SAW. Setelah mendapat wahyu kedua kalinya dari jibril, wahyu yang memerintah nabi Muhammad SAW untuk mamberi peringatan dan mengajak umat manusia supaya hanya beribadah kepada Allah SWT. Wahyu yang ke dua adalah surah al-muddatstsir ayat 1-7 " Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan dan tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) tuhanmu bersabarlah".
Dari ayat di atas Allah memberi petunjuk tentang cara menyampaikan agama islam kepada umat manusia, yaitu:
a. Dengan cara sembunyi-sembunyi, sebab orang kafir Quraisy tidak akan senang terhadap agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW.
b. LEMAH lembut, jangan sampai menyakitkan orang.
2. Cara Dakwah Secara Terang-Terangan
Tiga tahun kemudian dari sejak kerasulannya, datang wahyu dari Allah SWT. Yang memerintahkan nabi Muhammad SAW. Untuk mengumumkan ajaran islam secara lebih terbuka. Dan Allah berfirman: " dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan". (Qs. Asy-syu'ara' : 214-216).
Langkah yang ditempuh Nabi Muhammad SAW. Untuk melaksanakan dakwah sebagaimana diperintahkan dalam ayat tersebut adalah dengan mengundang keluarga-keluarga terdekatnya untuk makan bersama di rumahnya. Dalam pertemuan itulah Nabi Muhammad SAW. Mengajak mereka memeluk agama islam. Akan tetapi, Abu lahab pamannya, menghentikan pembicaraan tersebut lalu mengajak orang-orang yang hadir untuk meninggalkan tempat itu.
Nabi Muhammad SAW. Tidak putus asa dalam berdakwah kepada masyarakat jahiliyah agar meninggalkan penyembahan terhadap berhala dan mengajak mereka hanya menyembah Allah SWT. Pada malam berikutnya Nabi Muhammad SAW. Mengundang lagi keluarga dan kerabat dekatnya untuk makan bersama di rumahnya.
Pada kesempatan itu, ia kembali mengajak mereka untuk memeluk agama islam. Beliau berkata kepada mereka " saya tidak melihat ada seorang manusia dari kalangan arab ini membawa sesuatu untuk kaumnya yang lebih utama dari saya bawa untuk kalian. Saya membawa untuk kalian segala kebaikan dunia dan akhirat. Saya disuruh tuhanku mengajak kalian kepadaNYA. Siapakah diantara kalian yang bersedia membantuku? ". perkataan itu disambut baik oleh sebagian mereka, tetapi sebagian yang lainnya mendustakannya. Abu lahab, paman Nabi Muhammad SAW. Sendiri sangat mendustakannya.
Sesaat sebelum masuk islam, Umar hendak membunuh nabi tetapi ia berbalik arah menuju ruamah adiknya, Fatimah yang didengarnya telah masuk isalam. Di rumah Fatimah itulah ia mendengar adiknya melantunkan ayat suci al-qu'ran. Umarpun marah dan memukul adiknya hingga berdarah. Dengan penuh emosi umar menuju tempat Rasulullah SAW. Hatinya luluh, dengan mantap ia menyatakan akan masuk islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Setelah itu, dengan cara mengumpulkan Bani Hasyim, orang – orang Qurasy kemudian di atas bukan saja Rasulullah SAW. Menyampaikan dakwah mengajak kepada tauhid, iman kepada Allah SWT., iman kepada hari kiamat, menentang kurafat dan kemusyrikan, menjelaskan kedudukan berhala, yang tidak dapat memeri manfaat atau mudarat. Menyadarkan mereka untuk tunduk pasrah total kepada Allah SWT. Yang terang-terangan ini mendapat tantangan yang sangat hebat.
C. Reaksi Kaum Quraisy
Kepercayaan dan kebudayaan jahiliah telah mereka percayai serta dipraktekkan secara turun-temurun dalam kehidupan sehari-hari, kepercayaan dan kebudayaan jahiliah itu sangat berbeda dengan ajaran islam yang jauh lebih sempurna dan sesuai dengan kebutuhan untuk mengatur masyarakat arab. Perbedaan yang sangat tajam itu menyebabkan terjadinya benturan dan beda pandangan serta kepentingan antara kaum muslimin dan masyarakat jahiliah. Selain itu, rintangan yang dihadapi bersifat social yang berbentuk hubungan antar anggota keluarga. Seorang anak yang masuk islam terpaksa harus pisah dengan orang tua dan saudaranya, seorang istri harus rela berpisah dengan suaminya. Demikian reaksi masyarakat jahiliah mekkah terhadap kedatangan islam.
1. Ejekan, hinaan, dan memperolok-olok
firman Allah SWT. Q.S Al-Hijr : 6
"Dan orang-orang kafir berkata, wahai orang yang diturunkan al-quran kepadanya, sungguh kamu benar-benar orang yang gila".
2. Menjelek-jelekkan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Firman Allah Q.S. Al-furqhan : 4
"dan orang-orang kafir berkata "al-quran ini lain hanyalah kebodohan yang diadakan oleh Muhammad dan dibantu kaum lain"
3. Menyodorkan beberapa bentuk penawaran
4. Melakukan tekanan fisik.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita dapat membayangkan bagaimana pedihnya saat Nabi Muhammad SAW. Berdakwah pada waktu orang-orang mekkah belum mengenal islam. Sebelum islam datang, masyarakat mekkah terkenal dengan sebutan masyarakat jahiliah. Pada saat itu orang-orang mekkah berperilaku kejam, penuh kedlaliman, perampokan , pemerkosaan ,perjudian, pemabukan, dan wanita dianggap sebagai benda yang dapat diwariskan begitu saja. Jadi, masyarakat mekkah saat itu betul-betul menentang dakwak Nabi Muhammad SAW.
Kondisi budaya jahiliah itulah yang dihadapi Nabi Muhammad SAW. Untuk diubah menjadi budaya yang islami. Dalam menjalankan dakwahnya Nabi Muhammad SAW. Dan para sahabatya banyak mengalami hambatan, rintangan dan penyikasaan. Segala tekanan dan penderitaan dari kafir tersebut dihadapi Nabi Muhammad SAW. Famili, serta para sahabatnya dengan hati sabar dan tegar.
Nabi Muhammad SAW. Melakukan dakwah di mekkah secara sembunyi-sembunyi kemudian setelah mendapat pengikut yang cukup, dakwah dilakukan secara terang-terngan. Dan orang yang [ertama kali masuk islam adalah, khodijah, ali bin abi thalib, zaid bin haristah dan abu bakar.
Tetapi ketika dakwah di mekkah bangsa quraisy beusaha melumpuhkan gerakan Nabi Muhammad SAW. Degan berbagai pemborkatan dan tindakan-tindakan yang sangat tidak sopan seperti menghina, mencemooh,menjelek-jelekkan, dan bahkan ada yang berusaha memmbunuh nabi dengan mencekiknya. Namun Rasulullah tetap sabar dan ikhlas menghadapi kaum kafir Quraisy.
B. Saran-Saran
1. Sebaiknya kaum kafir quraisy tidak bertindak kasar pada Nabi Muhammad SAW.
2. Sebaiknya kaum kafir quraisy tidak menyembah berhala dan berjudi.
3. Sebaikny kaum kafir quraisy mengikuti ajaran agar hidup mereka menjadi lebih sejahtera.
4. Sebaiknya paman nabi tidak menentang ajaran islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW.







Makalah perbandingan madzhab


BAB II
PEMBAHASAN

POKOK-POKOK ISTIMBAT IMAM SYAFI’I

Ahmad Tamam di dalam bukunya asy-Syaafi'iy: Malaamih Wa Aatsaar menyebutkan bagaimana kemunculan sosok as Syafi'i dan manhaj fiqihnya. Sebuah manhaj yang merupakan paduan antara fiqih Ahli Hijaz dan fiqih Ahli Iraq, manhaj yang dimatangkan oleh akal yang menyala, kemumpunian dalam al-Qur'an dan as-Sunnah, kejelian dalam linguistik.

Arab dan sastra-sastranya, kepakaran dalam mengetahui kondisi manusia dan permasalahan-permasalahan mereka serta kekuatan pendapat dan qiyasnya. Imam Syafi'I merupakan seorang figur penting dalam sejarah peradapan Islam, khususnya pemikiran Arab. Fiqih Imam Syafi'i berpusat pada lima sumber sebagaimana yang tertulis dalam kitabnya ‘Al Um', Pertama, al Qur'an dan Sunnah. Kedua, Ijma', jika tidak ditemukan dalam Al Qur'an dan Sunnah. Ketiga, Perkataan sebagian para shahabat
dan tidak kita ketahui ada yang berbeda dari mereka. Keempat, Ikhtilaf para shahabat dan Kelima, Qiyas, dan tidak ada sumber lain selain al Qur'an dan Sunnah dalam segala sesuatu dan sesungguhnya ilmu itu diambil dari yang paling atas.

Hirarki sumber hukum tersebut menunjukkan urutan prioritas, artinya bahwa yang muncul belakangan senantiasa bersandar kepada sumber yang mendahuluinya. Tingkatan pertama adalah nas nas, yaitu al Qur'an dan sunnah dan selain keduanya merupakan sumber turunan dari al Qur'an dan sunnah, termasuk ijma' yang tidak mungkin keluar dari
keduanya. Oleh karena itu Imam Syafi'i tidak sekedar mendasarkan sunnah pada al Qur'an, tetapi juga berupaya meletakkan asumsi dasar bahwa sunnah adalah bagian organik dalam struktur al Qur'an ditinjau dari pengertian semantiknya. Karena al Qur'an dan Sunnah menjadi struktur organik semantik, maka syafi'I pun dapat membangun ijma' atas dasar struktur tersebut hingga menjadi teks tasyri' yang memperleh signifikasinya dari pengertian teks yang tersusun dari al Qur'an dan sunnah. Sumber ke empat dalam fiqih Imam Syafi'i adalah qiyas yang juga diambil dari teks yang tersusun dari ke tiga dasar sebelumnya.

1. Al Qur'an Dan Sunnah
Para ulama' setelah Syafi'i menyebutkan al Kitab sebagai sumber hukum Islam pertama dan sunnah sebagai sumberkedua setelah al kitab, begitu juga sebelum Imam Syafi'i, seperti Imam Abu Hanifah yang menyetujui bahwa dalam pengambilan hukum pertama harus dari al kitab, kemudian kalau tidak diperoleh, baru mengambil dari sunnah. Sama halnya juga dengan Mu'az bin Jabal ketika ditanya oleh nabi: "Dengan apa kamu memutuskan sesuatu?", kemudian jawabnya: "Saya memutuskan sesuatu dengan Kitab Allah. Jika tidak didapati di dalamnya maka dengan sunnah rosulullah, dan jika tidak didapatkan lagi maka saya berijtihad dengan akal.

Syafi'i meletakkan sunnah sejajar dengan al Qur'an dalam hal sebagai hujjah karena sunnah juga berasal dari wahyu. Syafi'i tidak menyamakan al Qur'an dan sunnah dalam segala aspek, menurutnya perbedaannya paling tidak bahwa al Qur'an mutawatir dan merupakan ibadah bagi yang membacanya sedangkan kebanyakan sunnah tidak mutawatir juga membacanya tidak dinilai pahala. Kedua, al Qur'an adalah kalam Allah, sedangkan sunnah adalah perkataan nabi SAW. Syafi'i juga menjelaskan bahwa sunnah tidak semartabat dengan al Qur'an dalam masalah ‘aqidah.

Al Qur'an
Syafi'i tidak memberikan batasan definitif bagi al Qur'an, berdasarkan berbagai uraiannya, para pengikutnyalah yang memberikan definisi terhadap al Qur'an. Misalnya definisi yang diungkapkan Taj Al Din Al Subki, bahwa al Qur'an adalah lafadz yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW sebagai mu'jizat dan membacanya merupakan ibadah. Menurut Syafi'i al Qur'an itu maknan dan lafdzon. Seluruh al Qur'an terdiri atas bahasa Arab, tidak satu katapun di dalamnya yang bukan bahasa Arab. Maka sejalan dengan itu ia mengatakan bahwa setiap umat Islam diharuskan mempelajari bahasa Arab sedapat mungkin (Mabalagahu juhduh) sehingga ia dapat mengucapkan syahadat, membaca al Qur'an, dan mengucapkan dzikir. Tuntutan itu merupakan fardhu ‘ain yang berlaku secara umum, sedangkan penguasaan bahasa Arab secara mendalam diwajibkan secara terbatas (fardhu kifayah) atas para ulama'. Syafi'i menekankan pentingnya penguasaan bahasa Arab karena tidak mungkin bisa memahami kandungan al Qur'an tanpa penguasaan terhadap bahasa Arab. Dengan memperhatikan berbagai hal tentang hubungan ungkapan dengan maknanya, Syafi'i menegaskan bahwa di dalam al Qur'an terdapat lafadz ‘am, khas, muthlaq, muqoyyad, haqiqah, majaz, musytarak, mujmal, mubayyan, dan sebagainya.

Sunnah
Meskipun Syafi'i tidak mengemukakan rumusan dalam bentuk definisi dan batasan sunnah, dapat diketahui dengan jelas sunnah menurut Syafi'i yaitu perkataan, perbuatan, atau taqrir yang disandarkan kepada nabi SAW. Secara umum, batasan seperti ini diterima oleh para ulama' yang datang kemudian. Seorang pembaca kitab-kitab Imam Syafi'i hampir dapat memastikan bahwa penegakkan sunnah sebagai sumber hukum merupakan obsesi agenda pemikirannya, bahkan yang paling asasi. Karena itu kita tidak boleh lupa dengan signifikasi historis dari pemberian gelar nashir al Sunnah(pembela tradisi) kepadanya. Syafi'i menegaskan bahwa sunnah merupakan hujjah yang wajib diikuti samahalnya dengan al Qur'an. Untuk mendukungnya dia mengajukan beberapa dalil, baik dalil naqli maupun dalil aqli. Sejalan dengan pandangan tentang kokohnya kedudukan sunnah, Syafi'i menegaskan bila telah ada hadits yang shohih (tsabit) dari Rosulullah SAW, maka dalil dalil berupa perkataan orang lain tidak diperlukan lagi. Jadi bila seseorang telah menemukan hadits shohih, ia tidak lagi mempunyai pilihan kecuali menerima dan dan mengikutinya. Syafi'i mengatakan "Tidak benar, kalau sesuatu (dalam hal ini dunnah) suatu saat dianggap sebagai hujjah tetapi pada kali lainnya tidak". Tentang hubungan antara sunnah dengan al Qur'an, Syafi'i mengemukakan bahwa fungsi sunnah sebagai berikut:
a) Sebagai penguat dalil dalil dalam al Qur'an
b) Sebagai penjelas dari ayat ayat al Qur'an yang masih global
c) Sebagai tambahan; artinya mengatur hukum yang belum diatur dalam al Qur'an

Syarat Syarat Penerimaan Sunnah
Syafi'i membagi hadits menjadi dua, yaitu kabar ‘ammah (hadits mutawatir) dan kabar khashah (hadits ahad). Ia memandang hadits mutawatir itu pasti, sehingga hadits tersebut mutlak harus diterima sebagai dalil. Akan tetapi hadits ahad hanya wajib diamalkan apabila hadits tersebut shohih. Pada pokoknya, persyaratan yang ditetapkan oleh Syafi'i agar suatu hadits dapat diamalkan sama dengan yang dikemukakan oleh para ahli hadits dan ahli ushul fiqh pada masa kemudian, yakni menyangkut tsiqoh (‘adalah dan dhobith) yang harus terpenuhi pada setiap perawi dan kesinambungan sanad yang diriwayatkannya serta tidak adanya cacat atau kelainan dalam hadits tersebut.

2. Ijma'
"Ijma' adalah hujjah atas segala sesuatu hukum karena ijma' itu tidak mungkin salah"
Syafi'i menyepakati bahwa ijma' merupakan hujjah agama (hujjatd din). Ijma' menurut Syafi'i adalah kesepakatan para ulama' pada suatu masa tentang hukum syara'. Kedudukan ijma' sebagai hujjah adalah setelah al Qur'an dan sunnah. Sehingga ijma' diakhirkan dari pada al Qur'an dan sunnah. Oleh karena itu, ijma' yang menyelisihi al Qur'an dan sunnah bukan merupakan hujjah dan dalam kenyataannya tidak mungkin ada ijma' yang menyelisihi al Qur'an dan sunnah. Rumusan Syafi'i berbeda dengan rumusan Imam Malik yang menganggap kesepakatan penduduk Madinah sebagai ijma' dan rumusan madzhab Zahiri yang membatasinya hanya pada kesepakatan para sahabat. Ijma' yang mula-mula mendapat i'tibar dari Imam Syafi'i ialah ijma sahabat dan ia menerima ijma' sebagai hujjah di tempat tak ada nash. Kemudian yang perlu di ingatkan bahwa Imam Syafi'i tidak menerima ijma' sukuti.





3. Qoul Shohaby
Qoul Shohaby ialah fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh sahabat nabi SAW, menyangkut hukum masalah masalah yang tidak diatur di dalam nash, baik kitab maupun sunnah. Walaupun pada dasrnya para sahabat sama dengan umat Islam dari generasi lainnya, namun dalam banyak hal mereka mempunyai kelebihan tersendiri sehubungan dengan kebersamaannya dengan Rosulullah SAW. Mereka banyak mengetahui kondisi yang melatar belakangi turunnya (asbabun nuzul) ayat ayat tertentu. Selain itu, karena pergaulan mereka dengan Nabi SAW, maka kualitas akhlak mereka sangat tinggi, sehingga para ulama' sepakat mengakui bahwa pada dasarnya mereka semua bersifat adil. ialah fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh sahabat nabi SAW, menyangkut hukum masalah masalah yang tidak diatur di dalam nash, baik kitab maupun sunnah. Walaupun pada dasrnya para sahabat sama dengan umat Islam dari generasi lainnya, namun dalam banyak hal mereka mempunyai kelebihan tersendiri sehubungan dengan kebersamaannya dengan Rosulullah SAW. Mereka banyak mengetahui kondisi yang melatar belakangi turunnya (asbabun nuzul) ayat ayat tertentu. Selain itu, karena pergaulan mereka dengan Nabi SAW, maka kualitas akhlak mereka sangat tinggi, sehingga para ulama' sepakat mengakui bahwa pada dasarnya mereka semua bersifat adil.
Pada sebagian kitab kitab ushul dari madzhab syafi'i menyatakan bahwa imam mereka (imam Syafi'i) mengambil qoul shahaby dalam madzhab lamanya, dan tidak menggunakannya dalam madzhab barunya. Tetapi dalam kitabnya "Risalah" bahwasannya imam Syafi'i mengambil qoul shohaby. Oleh karena itu telah jelas bahwa imam Syafi'imenggunakan qoul shohaby sebagai hujjah baik dalam madzhab lamanya maupun madzhab barunya. Imam Syafi'I membagi qoul shohaby menjadi tiga:
a) Pendapat yang memperoleh kesepakatan (ijma') di kalangan mereka. Ini jelas mengikat dan harus dijadikan hujjah.
b) Pendapat yang beragam dan tidak mencapai kesepakatan. Tentang ini, menurut Syafi'i harus dilakukan tarjih dengan mempedomani dalil dalil dari al Qur'an dan sunnah. Yang harus diambil ialah pendapat yang sesuai dengan kitab, sunnah, atau ijma'.
c) Pendapat yang dikeluarkan oleh seorang sahabat saja tanpa dukungan ataupun bantahan dari sahabat lainnya. Mengenai pendapat ini dalam kitabnya "Risalah", Syafi'i mengatakan bahwa ia mendapatkan dari ahli ilmu ada yang mengambilnya dan ada yang tidak mengambilnya. Ia mengambilnya jika tidak ditemukan dalam al Kitab, sunnah, maupun ijma'. Penggunakan qoul shohaby sebagai hujjah oleh Syafi'i dapat dijumpai di beberapa kitabnya, seperti ketika berbicara peperangan melawan kaum musyrik, ia mengatakan bahwa orang yang bersembunyi di bawah biara tidak boleh dibunuh karena mengikuti perkataan Abu bakar. Ia mengatakan:" kami mengatakan ini hanyalah karena ittiba' (mengikuti pendapat Abu bakar), bukan berdasarkan qiyas.


4. Qiyas
Imam Syafi'i adalah mujtahid yang mula-mula menguraikan dasar qiyas. Para fuqaha sebelumnya membahas tentang ar Ra'yu tanpa menentukan batas-batasnya dan dasar-dasar penggunaannya, tanpa menentukan norma-norma Ra'yu yang shahih dan yang tidak shahih. Imam Syafi'i membuat kaedah kaedah yang harus dipegangi dalam menentukan mana ra'yu yang shahih dan yang tidak shahih. Ia membuat kriteria bagi istinbath-istinbath yang salah. Ia menentukan batas-batas qiyas, martabat-martabatnya, dan kekutan hukum yang ditetapkan dengan qiyas. Juga diterangkan syarat-syarat yang harus sempurna pada qiyas. Sesudah itu diterangkan pula perbedaan antara qiyas dengan macam-macam istinbath yang lain yang dipandang, kecuali qiyas. Dengan demikian Imam Syafi'i adalah orang pertama dalam menerangkan hakekat qiyas. Imam Syafi'I sendiri tidak membuat ta'rif qiyas. Akan tetapi penjelasan penjelasannya, contoh-contoh, bagian-bagian dan syarat- syarat menjelaskan hakekat qiyas, yang kemudian dibuat ta'rifnya oleh ulama' ushul. Biarpun ulama' ushul berbeda pendapat dalam merumuskan definisi qias, namun secara implisit mereka mempunyai kesepakatan terhadap rukun rukun qiyas. Hal ini karena definisi yang berbeda tersebut tetap menekankan pada empat unsur pembentuk qiyas, yaitu kasus yang ditetapkan oleh nash (ashl), kasus yang baru akan ditentukan hukumnya (far'u), sebab hkum ('illat), dan hukum yang telah ditentukan oleh nash (hukm ashl). Ulama' ushul kemudian memberikan syarat syarat terhadap masing masing unsur qiyas tersebut. Pembagian Qiyas Qiyas dilihat dari kekuatan 'illat yang terdapat pada far' dan ashl, menurut al-Syafi'i dibagi menjadi tiga bentuk yaitu:
1. Qiyas yang illat hukum cabangnya (far') lebih kuat daripada iillat pada hukum ashl. Qiyas ini, oleh ulama ushul fi Syafi'iyah disebut sebagai qiyas awlawi. Misalnya, mengqiyaskan memukul pada ucapan "ah". Keharaman pada perbuatan memukul lebih kuat daripada kaharaman ucapan "ah", karena sifat menyakiti yang terdapat pada memuk lebih kuat dari yang terdapat pada ucapan "ah".
2. Qias yang illat pada far' sama keadaan dan kekuatan dengan 'illat yang pada ashl. Qiyas seperti ini, disebut oleh ulama ushul Syafi'iyyah dengan al-qiyas al-musawi. Misalnya mengqiyaskan membakar harta anak yatim kapada memakannya secara tidak patut dalam menetapkan hukum haram. Artinya membakar harta anak yatim ataumemakannya secara tidak patut adalah sama-sama merusak harta anak yatim dan hukumnya sama-sama haram.
3. Qiyas yang illat hukum cabangnya (far') lebih lemah dibandingkan dengan illat hukum ashl. Qiyas seperti ini, dis dengan qiyas al-adna, seperti mengqiyaskan apel dengan gandum dalam berlakunya riba fadhl, mengandung illat yang sama, yaitu sama-sama makanan. Memperlakukan riba pada apel lebih rendah daripada berlakunya hukum riba pada gandum karena illat lebih kuat.






Makalah tentang hubungan kepala sekolah dengan guru
HUBUNGAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DENGAN KEPUASAN KERJA GURU DI SEKOLAH

A. PENDAHULUAN
Kepala sekolah sangat berpengaruh di lingkungan kerja mereka terutama terhadap guru dan staf administrasi. Tugas utama kepala sekolah adalah mendorong para guru dan staf administrasi untuk mengembangkan kemampuan mereka untuk menciptakan iklim sekolah yang kondusif serta membantu guru tenaga administrasi murid dan orang tua murid untuk mempersatukan kehendak pikiran dengan tindakan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

B. TUGAS KEPALA SEKOLAH
Kepala sekolah mempunyai tugas merencanakan, mengorganisasikan, mengawasi, dan mengevaluasi, seluruh kegiatan pendidikan di sekolah dengan perincian sebagai berikut:
a. Mengatur proses belajar mengajar
1. Program tahun, semesteran, caturwulan berdasarkan kalender pendidikan
2. Jadwal pelajaran tahunan, per semesteran, per caturwulanan termasuk penetapan jenis mata pelajaran / keterampilan dan pembagian tugas baru.
3. Program satuan pelajaran (teori dan praktek) berdasarkan buku kurikulum
4. Pelaksanaan jadwal satuan pelajaran (teori dan praktek) menurut alokasi waktu yang telah ditentukan berdasarkan kalender pendidikan.
5. Pelaksanaan ulangan/tes hasil evaluasi belajar untuk kenaikan dan EBTA
6. Penyusunan kelompok murid/siswa berdasarkan norma kepengurusan
7. Penyusunan nama penilaian
8. Penetapan kenaikan kelas
9. Laporan kemajuan hasil belajar murid/siswa
10. Penetapan dalam peningkatan proses belajar mengajar
b. Mengatur administrasi kantor
c. Mengatur administrasi murid/siswa
d. Mengatur administrasi pegawai
e. Mengatur administrasi perlengkapan
f. Mengatur administrasi keuangan
g. Mengatur administrasi perpustakaan
h. Mengatur pembinaan kemuridan/kesiswaan
i. Mengatur hubungan dengan masyarakat

C. JADWAL KERJA KEPALA SEKOLAH
Agar kegiatan kepala sekolah dapat mencapai sasaran secara optimal diperlukan adanya jadwal kerja kepala sekolah yang meliputi kegiatan-kegiatan rutin harian, mingguan, bulanan, caturwulanan, semesteran, dan tahunan.
a. Kegiatan Harian
1. Memeriksa daftar hadir guru, tenaga teknis kependidikan dan tenaga tata usaha
2. Mengatur dan memeriksa kegiatan 5 K di sekolah (Keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan)
3. Memeriksa program satuan pelajaran guru dan persiapan lainnya yang menunjang proses belajar mengajar.
4. Menyelesaikan surat-surat, menerima tamu, dan menyelenggarakan pekerjaan kantor
5. Mengatasi hambatan-hambatan terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar
6. Mengatasi kasus yang terjadi pada hari itu
7. Memeriksa segala sesuatu menjelang sekolah itu usia
b. Kegiatan Mingguan
Di samping kegiatan harian perlu dilaksanakan pula kegiatan mingguan sebagai berikut:
1. Upacara bendera pada hari Senin dan pada hari-hari istimewa lainnya
2. Senam pagi pada hari Senin
3. Memeriksa agenda dan menyelesaikan surat-surat
4. Mengadakan rapat mingguan (hari Sabtu) guna membahas jalannya pelajaran dan kasus yang belum terselesaikan untuk menjadi bahan rencana kegiatan mingguan berikutnya.
5. Memeriksa keuangan sekolah, antara lain biaya rutin SPP/DPP
6. Mengatur penyediaan keperluan perlengkapan kantor sekolah

c. Kegiatan bulanan
1. Pada awal bulan dilakukan kegiatan antara lain:
a. Melaksanakan penyelesaian setoran SPP. Gaji pegawai/ guru, laporan bulanan, rencana keperluan kantor/sekolah dan rencana bulanan
b. Melaksanakan pemeriksaan umum, antara lain:
1. Buku kelas
2. Daftar hadir guru dan pegawai tata usaha
3. Kumpulan bahan evaluasi berikut analisisnya
4. Kumpulan program satuan pelajaran
5. Diagram daya serap murid/siswa
6. Diagram pencapaian kurikulum
7. Program perbaikan dan pengadaan
8. Buku bulanan pelaksanaan BP
c. Memberikan petunjuk catatan kepada guru-guru tentang siswa yang perlu diperhatikan, kasus yang perlu diketahui dalam rangkaian pembinaan kegiatan siswa.
2. Pada akhir bulan dilakukan kegiatan antara lain:
a. Penutupan buku
b. Pertanggungjawaban keuangan
c. Evaluasi terhadap persediaan dan penggunaan alat dan bahan praktek
d. Kegiatan caturwulan/semesteran
Setiap caturwulan/semesteran perlu dilaksanakan kegiatan antara lain:
1. Menyelenggarakan perbaikan alat-alat sekolah (alat kantor, alat praktek, gedung, pagar sekolah dan lain-lain bila diperlukan)
2. Menyelenggarakan pengisian daftar induk siswa/buku induk siswa
3. Menyelenggarakan persiapan evaluasi caturwulan/semesteran
4. Menyelenggarakan evaluasi caturwulan /semesteran termasuk kegiatan:
a. Kumpulan nilai (lagger)
b. Ketetapan nilai rapor
c. Catatan tentang siswa yang perlu mendapat perhatian khusus
d. Pengisian nilai caturwulan / semesteran
e. Pembagian rapor
f. Pemberian, pemanggilan orang tua siswa bila diperlukan untuk konsultasi
5. Menyelenggarakan evaluasi BP. OSIS, UKS, dan ekstrakurikuler lainnya

d. Kegiatan akhir ajaran:
Setiap akhir tahun ajaran dilaksanakan kegiatan tertentu dalam rangka penutupan tahun ajaran sekaligus melaksanakan kegiatan persiapan untuk tahun ajaran yang akan datang; antara lain:
1. Menyelenggarakan penutupan buku inventaris dan keuangan
2. Menyelenggarakan persiapan kenaikan kelas/tingkat yang meliputi:
a. Pengisian daftar nilai (lagger)
b. Penyiapan bahan-bahan untuk rapat guru
c. Pengisian rapor dan EBTA
d. Upacara akhir tahun ajaran, kenaikan kelas, pembagian rapor, penyerahan STTB dan pelepasan lulusan
3. Menyelenggarakan EBTA
4. Menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tahun ajaran yang bersangkutan
5. Menyelenggarakan penyusunan rencana keuangan tahun yang akan datang
6. Menyelenggarakan penyusunan rencana perbaikan dan pemeliharaan sekolah dan alat batu pendidikan
7. Menyelenggarakan pembuatan laporan akhir tahun ajaran
8. Melaksanakan kegiatan penerimaan siswa baru yang meliputi kegiatan:
a. Penyiapan formulir dan pengumuman penerimaan siswa baru
b. Pembentukan panitia penerimaan dan pendaftaran
c. Penyusunan syarat-syarat penerimaan dan pendaftaran



e. Kegiatan Awal tahun ajaran;
Menetapkan rencana kegiatan sekolah pada tahun ajaran yang akan datang meliputi:
a. Kebutuhan guru
b. Pembagian tugas mengajar
c. Program satuan pelajaran, dan jadwal pelajaran
d. Perlengkapan alat-alat dan bahan pelajaran
e. Rapat guru

D. TUGAS GURU
Agar proses belajar mengajar berlangsung lancar, guru harus menciptakan situasi yang menyenangkan di antara tugas-tugas guru yang pokok adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran di sekolah berdasarkan kurikulum yang berlaku dan membantu kepala sekolah dalam bidang program-program lainnya.

E. KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
Kinerja kepala sekolah yang konsisten akan aturan yang berlaku besar sekali pengaruhnya terhadap kepuasan kerja guru di sekolah dengan catatan interaksi antara kepala sekolah dan guru saling menunjang dan mengisi masing-masing konsisten dan tanggung jawab atas hak dan kewajibannya sehingga tercipta situasi dan kondisi yang kondusif.
Demikianlah, kritik dan saran yang membangun yang penulis harapkan dari semua pihak.










DAFTAR PUSTAKA

Beeby D. E.: Pendidikan di Indonesia Penilaian dan Pedoman Perencanaan, (terj). LP3ES. Jakarta: 1983
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sarana Pendidikan. Pedoman Umum Penyelenggaraan Administrasi Sekolah Menengah Jakarta; t.t.
Emery F.E (editor): fundamentals of systems Analysis, John Wiley & Sons, Inc. New York: 1981
Goble Norman H,: Perubahan Peranan Guru, (terj.) Gunung Agung. Jakarta: 1983
Hory, Wayne K, dkk.,: Educational Administration Theory research and practices, Random House Inc. New York: 1980
Moh. Rifai, MA,: Administrasi dan Supervisi pendidikan. Sekar Djaja. Bandung t.t.
Purwanto, Ngalim dkk.: Administrasi pendidikan, Mutiara, Jakarta. 1979
Rochman, Edward C.: Pedoman Supervisi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: 1980
Sutisna, Oteng: Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, Angkasa. Bandung: 1983
William R. Van Dersel.: Prinsip dan Teknik Supervisi, (terj.) Bhatara Karya Aksara: Yogyakarta: 1978








M A K A L A H



KONSEP-KONSEP KURIKULUM


Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengembangan Kurikulum
bimbingan Bapak Kholisol Mukhlis M.Pd














Di Susun Oleh:
Farid
Taufiqurrahman
Lukmanul Hakim




UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN
2009
KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadiran Allah SWT atas linpahan rahmat serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai respon dalam memenuhi tugas mata kuliah “pengembangan kurikulum” disamping itu shalawat dan salam kami haturkan kepada sang refolusioner dan legendaris islam yang sangat berjasa mengangkat harkat dan martabat umat manusia melalai wahyu yang di sampikannya, beliau adalah baginda Nabi Muhammad Ibnu Abdillah.
Seterusnya kami tidak lupa mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada rekan-rekan yang telah ikut serta dalam proses penyelesaian makalah ini, terutama kepada Bapaak Kholishul Mukhlis yang senantiasa memberikan motivasi serta bimbingan kepada kami dalam memperluas wawasan dan mempertajam pengetauan. Atas segala konstribusi yang mereka berikan, kami hanya bisa berdo’a semoga bernilai pahala disisi Allah yang maha kuasa. Dan kami berdo’a semoga makalah ini bermanfaat kepada para pembaca khususnya bagi penulis dalam rangka membentuk jati diri menjadi seseorang yang profesional dalam dunia pendidikan.











Pamekasan 01-11-2009


Penulis







DAFTAR ISI

Kata pengantar 1
Daftar isi 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
Latar Belakang 3
Rumusan Masalah 3
BAB II 4
Pemabahasan 4
Teori Belajaran Konstruktivisme 4
1. Kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran 4
2. Kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa 5
3. Kurikulum sebagai rencana atau program belajar 6
4. Kurikulum Sebagai Pengembangan Proses Kognitif 7
5. Kurikulum Sebagai Tekhnologi 8
6. Kurikulum Sebagai Aktualisasi Diri 8
7. Kurikulum Sebagi Rekontruksi Sosial 9
8. Kurikulum Sebagai Rasionalisasi Akademik 10
BAB III 13
Kesimpulan 13
Daftar Pustaka 14













BAB I
PENDAHULUAN

A. latar belakang

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam system pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya di rumuskan tujuan yang harus di capai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tetang pengalaman belajar yang harus di miliki setiap siswa.
Kurikulum dan pengajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan serta isi yang harus di pelajari, sedangkan pengajaran adalah proses yang terjadi dalam interaksi belajar dan mengajar antara guru dan siswa. Dengan demikian tampa kurikulum sebagai sebuah rencana maka pembelajaran atau pengajaran tidak akan efektif, demikian pula tampa pembelajaran atau pengajaran sebagai implementasi sebuah rencana maka kurikulum tidak akan memiliki arti apapun.
Dengan asumsi sederhana di atas, maka jelas sudah bahwa eksistensi kurikulum begitu urgen dalam dunia pedidikan. Namun sebelum lebih jauh melangkah, terlebih dahulu kita harus memahami tentang konsep-konsep itu sendiri, dengan kata lain kita di tuntut mengetahui esensi serta peranan dari sebuah kurikulum. Oleh karenanya dalam persoalan ini (konsep kurikulun) penulis paparkan sedemikian rupa dengan tujuan agar makalah ini bisa dijadikan referensi dasar sebelum melangkah lebih jauh belajar tentang pengembangan kurikulum.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas dapat di tarik benang merahnya bahwa kurikulum sangatlah penting keberadaannya dalam dunia pendidikan namun sebelum lebih jauh mengetahui tentang kurikulum, terlebih dahulu harus mengetahui konsep-konsep kurikulum dari sini muncullah sebuah pertanyaan:
Seperti apakah konsep-konsep serta peranan kurikulum dalam dunia pendidikan?


BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP-KONSEP KURIKULUM

Makalah ini akan membicarakan berbagai konsep tentang kurikulum.Bagaimanakah orang memandang kurikulum itu? Sebagai apakah kurikulum itu di gunakan. Dari beberapa konsep, pada dasarnya kurikulum dapat dianggap sebagai mata pelajaran, sebagai pengalaman belajar dan kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran.

A. Kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran

Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai sekarang banyak mewarnai teori-teori dan praktek pendidikan (Sailor, Alexander,Lewis, 1981).
Dalam konsep kurikulum sebagai mata pelajaran biasanya erat kaitannya dengan usaha untuk mendapan ijazah. Ijazah sendiri pada dasarnya menggambarkan kemampuan. Artinya, apabila siwa telah berhasil mendapatkan ijazah berarti ia telah menguasai pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kemampuan tersebut tercermian dalam nilai setiap mata pelajaran yang terkandung dalam ijazah itu.dengan demikian, dalam pandangan ini kurikulum berorientasi kepada isi atau materi pelajaran (content oriented). Proses pelajaran disekolah yang menggunakan konsep kurikulum demikian, penguasaan isi pelajaran merupakan sasaran akhir proses pendidikan. Untuk mengefaluasi apakah siswa telah menguasai materi pelajaran atau belum biasanya.dilaksanakan tes hasil belajar.

Kurikulum sebagai mata pelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik,dalam proses perencanaannya memeliki ketentuan sewbagai berikut:
1) Perencanaan kurikulum biasanya menggunakan judgment ahli bidang studi dengan mempertimbangkan factor-faktor sosial dan factor pendidikan, ahlin tersebut menentukan mata pelajaran apa yang harus diajarkan pada siswa.
2) Dalam menentukan dan menyeleksi kurikulum perlu dipertimbangkan beberapa hal seperti tingkat kesulitan,minta siswa,urutan bahan pelajaran,dan lain sebagainya,
3) Perencanaan dan implementasi kurikulum ditekankan kepada penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan anak didik dapat menguasai materi pelajaran,semacam menggunakan pendekatan ekspositori.


B. Kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa

Perkembangan ilmu pengetauan dan tehnologi yang sangat cepat mebawa dampak terhadap beberapa aspek kehidupan, termasuk terjadinya pergeseran fungsi sekolah sebagai suatu institusi pendidikan. Seiring dengan tumbuhnya berbagai macam kebutuhan dan tuntutan kehidupan, beban sekolah semakin berat dan komplek. Sekolah tidak saja dituntut untuk dapat membekali berbagai macam ilmu pengetahuan yang sangat cepat berkembang, akan tetapi juga di tuntut untuk dapat mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, bahkan dituntut agar anak didik dapat menguasai berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi dunia pekerjaan.
Tuntutan-tuntutan baru yang di bebankan masyarakat terhadap sekolah tersebut, mengakibatkan pula pergeseran makna kurikulum. Kurikulum tidak lagi di anggap sebagai mata pelajaran, akan tetapi dianggap sebagai pengalaman belajar siswa. Kurikulum adalh seluruh kegiatan yang dilakukan siswa bik did ala maupun di luar sekolah asal kegiatan tersebut berada di bawah tanggung jawab guru (sekolah). Yang dimaksud dengan kegiatan itu tidak terbatas pada kegiatan intra ataupun ekstra kurikuler. Apapun yang dilakukan siswa asal saja ada di bawah tanggung jawab dan bimbingan guru, itu adlah kurikulum misalnya kegiatan anak megerjakan pekerjaan rumah, mengerjakan tugas klompok, mengadakan obserpasi, wawancara dan lain sebagainya, itu merupakan bagian dari kurikulum, karena memang pekerjaan-pekerjaan itu adalah tugas-tugas yang di berikan guru dalam rangka mencapai tujuan pendidikan seperti yang di programkan oleh sekolah.

Pergeseran pemeknaan kurikulum dari sejumlah mata pelajaran kepada pengalaman, selain di sebabkan meluasnya fungsi dan tanggung jawab sekolah, juga di pengaruhi oleh penemuan-penemuan dan pandangan-pandangan baru khususnya dalam bidang psikologi belajar. Pandangan baru dalam psikologi menganggap bahwa belajar itu bukan mengumpulkan sebuah pengetauan, akan tetapi proses perubahan prilaku siswa. Tentu saja perubahan prilaku itu akan terjadi manakala siswa memiliki pengalaman belajar. Oleh sebab itu dalam proses belajar pengalaman dianggap lebih penting dari pada hanya sekedar menumpuk sejumlah pengetahuan.
Kalaulah kurikulum di anggap sebagai pengalaman atau seluruh aktifitas siswa, maka untuk memahami kurikulum sekolah, tidak cukup dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, akan tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang di lakukan anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini harus di pahami, sebab kaitannya sangat erat dengan evaluasi keberhasilan pelaksanaan suatu kurikulum, yaitu bahwa pencapayan target pelaksanaan suatu kurikulum tidak hanya di ukur dari kemampuan siswa menguasai seluruh isi atau materi pelajaran seperti yang tergambar dari hasil tes sebagai produk belajar, akan tetapi juga harus di lihat proses atau kegiatan siswa sebagai pengalaman belajar.

C. Kurikulum sebagai rencana atau program belajar

Pendapat ini di kemukakan oleh Hilda Taba (1962) yang menyatakan kurikulum sebagai perencanaan belajar. Konsep kurikulum sebagai satu program atau rencana pembelajaran, nampaknya di ikuti oleh para ahli kurikulum dewasa ini, seperti Donald E. Orlosky dan B. Othanel smeth (1978) dan Peter F. Oliva (1982), yang menyatakan bahwa kurikulum pada dasarnya adalah suatu perencanaan atau program pengalaman siswa yang di arahkan sekolah.
Sebagai suatu rencana kurikulum bukan hanya berisi tentang program kegiatan akan tetapi juga berisi tentang tujuan yang harus di tempuh beserta alat evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapayan tujuan;di samping itu tentu saja berisi tentang alat atau media yang di harapkan dapat menunjang terhadap pencapayan tujuan. Menurut undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang di gunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Yang dimaksud dengan isi dan bahan pelajaran itu sendiri adalah susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Batasan menurut undang-undang itu nampak jelas, bahwa kurikulum memiliki dua aspek pertema sebagai rencana (as a plan) yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan belajar mengajar oleh guru dan kedua pengaturan isi dan cara pelaksanaan rencana itu yang keduanya digunakan sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu kurikulum tidak hanya menyangkut rencana akan tetapi bagaimana pelaksanaan recana itu. Jadi antara kurikulum sebagai sebuah rencana dengan kurikulum sebagai sebuah kenyataan tidak dapat dipisahkan.

D. Kurikulum Sebagai Pengembangan Proses Kognitif

Kurikulum dapat dipandang sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak, khususnya kemampuannya berfikir agar dapat memecahkan segala masalah yang dihadapinya. Untuk itu anak-anak perlu mendapat latihan dalam proses berfikir untuk mencapai otonomi intelektual yang memberikan kemampuan kepadanya untuk berfikir secara mandiri tentang berbagai masalah baru yang belum pernah dipelajarinya di sekolah. Orang yang terampil dalam proses berfikir akan sanggup menghadapi masa depan yang srba kompleks dan penuh rahasia yang pada saat ini sukar diramalkan.

Sebenarnya tidak menjadi soal bahan apa yang digunakan untuk misalnya latihan berfikir, mengatur pesta, membuat soal fisika, atau meningkatkan ketertiban lalu lintas, semua bernilai selama mengandung proses berfikir. Seperti yang telah dikemukakan yang pnting adalah proses latihan berfikir bukan apa yang dijadikan bahan berfikir, atau produk yang dihasilkannya.


E. Kurikulum Sebagai Tekhnologi

Kemajuan dalam tekhnologi menghasilkan sejumlah alat-alat termasuk elektronik yang kian lama kian banyak dimanfaatkan dalam pendidikan seperti proyektor, TV, radio, video, taperecorder, film, computer, dan sebagainya. Alat-alat ini lazim disebut “hardware” atau perangkat keras dalam pendidikan. Banyaknya alat-alat seperti itu yang digunakan menimbulkan istilah teknologi pendidikan.

Akan tetapi ada lagi aspek lain dalam teknologi pendidikan, yakni apa yang disebut “soft ware” yang mempengaruhi teknik atau cara belajar dan mengajar. Selama ini mengajar ini dianggap masih terlampau banyak bercorak seni dan sangat ditentukan oleh keterampilan dan kepribadian masing-masing guru. Apa yang dilakukan dengan sukses oleh seorang guru belum tentu dapat diulangi/dicontoh oleh guru lain dengan hasil yang sama. Teknologi pendidikan berusaha agar teknik mengajar ini dapat dikuasai sepenuhnya sehingga dapat dijamin hasil yang sama lepas dari factor kepribadian guru atau murid. Teknologi pendidikan bermaksud memberikan dasar ilmiyah dan empiris kepada proses belajar mengajar.

Untuk itu teknologi pendidikan memberikan prosedur tertentu yang dapat dilakukan oleh siapapun. Prosedur itu didasarkan pada ilmu kelakuan, khususnya psikhologi behaviorisme dengan teori stimulus-responnya (thorndike, skinner). Siswa harus merespon terhasap stimulus tertentu, hasilnya segera diberitahukan. Jika betul maka dibenarkan dan ini merupakan reinforcement yang memperkuat hubungan antara stimulus dan respon atau antara pertanyaan dan jawaban. Bila salah maka segera diberikan perbaikan atau feed back sehingga dapat tercapai respon yang tepat secara tuntas jadi mastery learning.

F. Kurikulum Sebagai Aktualisasi Diri

Konsep tentang kurikulum yang mengutamakan perkembanga anak sebagai individo dalam segala aspek kepribadiannya ini, juga dikenal sebagai kurikulum yang humanistic. Konsep ini dapat dipandang sebagai suatu aspek falsafah John Dewwy yang menekankan bahwa tugas pendidikan yang utama adalah mengembangkan anak sebagai individu selain sebagai makhluk sosial. Hal ini dapat dilakukan apabila dalam pendidikan dikembangkan kemampuan dan potensi anak, khususnya imaginasinya yang kreatif. Untuk itu perlu diberikan kebebasan, kemandirian, hak untuk menemukan diri serta pengembangan kemampuan fisik dan emosionalnya, jadi perkembangan anak itu sebagai keseluruhan.

Cirri-ciri kurikulum humanistik ini adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi, artinya anak turut serta merundingkan apa yang akan dipelajarinya. Jadi tidak ada paksaan secara otoriter dan unilateral.
2. Integrasi, artinya ada interpretasi, dan integrasi antara fikiran, perasaan dan tindakan atau antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
3. relevansi,artinya bahan pelajaran berhubungan erat dengan kebutuhan pokok dan kehidupan anakdi tinjau dari segi emosional dan entelektual.
4. dari anak, merupakan suatu pokok yang perlu dipelajari agar anak mengenal dirinya .
5. tujuan, tujuan sosialnya ialah mengambangkan anak sebagai keseluruhan dalam masyarakat manusiawi

G. Kurikulum Sebagi Rekontruksi Sosial

Pendidikan dapat mengubah manusia dalam pikiran, perasaan, dan perbuatannya dan karena itu dapat mempunyai peranan dalam mengubah masyarakat dan memberi corak baru kepada masyarakat dan kebudayaan.pendidikan lazim digunakan oleh pemerintah untuk mengubah individu dan masyarakat menurut falsafah dan cita-cita baru besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan menunjukkan kepercayaan orang akan pengaruh dan kemampuan bahkan kakuasaan pendidikan
Kurikulum sebagai rekontruksi sosial mengutamakan kepentingan individu. Tujuannya ialah perubahan sosial atas tanggung jawab masa depan masyarakat Tugas kurikulum demikian bukanlah suatu yang baru akan tetapi selalu merupakan suatu bagian dari fungsi pendidikan, karena pendidikan selalu berkaitan tujuannya dengan masa mendatang. Hinga manakah taraf tanggum jawab itu berbeda-beda menurut pendapat pendidikan tertentu. Sekolah biasanya dipandang sebagai ”agen of social change” Badan untuk mengadakan perubahan sosial. Sekolah merupakan jenbatan antara masa kini dengan masa mendatang, antara realitas masa kini dengan edial atau cita-cita untuk masa mendatang.

Dalam pendekatan ini terdapan dua aliran yakni yang bersifat adaptif dan reformatoris, Yang pertama menginginkan agar individu dipersiapkan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang tak dapat tiada akan terjadi di masa mendatang dengan harapan agar ia sanggup mempertahankan hidupnya dalm dunia yang serba dinamis dan tak stabil ini . untuk itu kurikulum perlu di dasarkan atas masalah-masalah sosial, ekonomi, politik sekarang agar murid-murid lebih mampu menghadapinya kelak.

Golongan revormis tidak hanya mempersiapkan individu untuk menghadapi masalah-masalah di masa depan, akan tetapi menginginkan agar individu turut aktif mengadakan perubahan yang diinginkan. Salah seorang dari mereka ialah Ivan Illich.

H. Kurikulum Sebagai Rasionalisasi Akademik

Pengetahuan senantiasa merupkan inti kurikulum sejak anda sekolah dan kurikulum merupakan inti pendidikan formal. Anak-anak dikirim ke sekolah agar mempelajari ilmu dan menguasai sejumlah pengetahuan.

Pada tahun 1960-an setelah Sputnik, pengetahuan akademis ini sangat menonjol kedudukannya dalam kurikulum, khususnya matematikan dan ilmu-ilmu pengetahuan alamuntuk meningkatkan ilmu dan teknologi. Juga timbul pendekatan baru dalam pengajarannya yang dipelopori oleh Jerome Bruner melalui bukunya yang terkenal “the processs of education”. Ia mengemukakan bahwa mempelajari berbagai disiplin ilmu harus diutamakan memahami konsep dan prinsip-prinsipnya yang paling fundamental. Prinsip-prinsip fundamental itulah yang merupakan struktur displin itu. Prinsip fundamental yang dipahami akan digunakan untuk memahami banyak hal, fakta, peristiwa, hubungan lainnya. Jadi mempelajari struktur disiplin adalah jaln yang paling efesien untuk mempelajari bidang ilmu itu. Untuk memahami prinsip-prinsip itiu dianjurkannya metode penemuan atau method of discovery. Apa yang ditemukan sendiri akan lebih mendalam dipahami dan tidak mudah dilupakan. Bahkan diinginkannya agar siswa mempelajari disiplin ilmu menurut cara yang dilakukan oleh ilmuan yang sejati dalam bidang ilmu itu.
Seperri yang lazim terjadi mengenai kurikulum selalu timbul berbagai reaksi. Para humanis mengemukakan bahwa kurikulum itu terlampau mengutamakan aspek kognitif dan tidakmenghiraukan aspek afektif, perkembangan aspek emosional. Pihak penganut rekontruksi-sosial berpendapat bahwa kurikulum itu hanya memperhatikan soal-soal akademis akan tetapi tidak turut memperbaiki kehidupan sosial. Selanjutnya kurikulum yang disusun oleh paara ilmuwan belum tentu cocok bagi anak-anak. Mereka menyaksikan asumsi para ilmuwan bahwa semua anak dapat dan harus memahami metode ilmiah untuk mempelajari disiplin ilmu. Juga mereka kurang dapat menerima bahwa tiap anak akan menjadi ilmuwan professional.
Karena banyak kritik dan zaman berubah maka kegelimangan strukur disiplin memudar. Timbul rasa kurang percaya akan pendekatan disiplin ilmu. Keluar pula harapan dan tuntutan agar para ilmuwan dan pendidikan memberi sumbangan yang lebih banyak untuk memecahkan masalah-masalah kemanusiaan.

Setelah masa kejayaan stuktur disiplin tanpak tiga aliran:
1. Yang melajutkan pendekatan struktur disiplin dengan menonjolkan proses penelitian ilmiah. Proses ini juga dikenakan pada masalah sosial, nilai-nilai, kebijaksanaan didikan serupa ini menghasilkan orang-orang sinis, dingin objektif rasional dan tidak memiliki kepercayaan, cita-cita nasional, pemujaan terhadap pahlawan bangsa, dan sebagainya, jadi emusional miskin.
2. Pelajarean terpadu, untuk memahami masalah kompleks diperlukan bantuan berbagai disiplin ilmu. Satu disipllin saja tak akan memadai. Keterpaduan diperoleh dengan mendasarkan pelajaran pada konsep-konsep pokok, proses-proses ilmiah, gejala-gejala alam, dan masalah-masalah yang senantiasa dihadapi. Untuk itu harus dgunakan pendekatan interdisipliner, dengan berbagai kegiatan, proses, dan cara pemecahan social, jadi tidak melalui.satu disiplin saja.
3. Pendidikan fundamental, aliran ini juga mementingkan isi atu materi disamping cara-cara atau proses berpikir. Untuk mempelajari sesuatu secara fundamental, siswa hrus dihadapkan dengan tokoh-tokoh besar dalam bidang ilmu itu, yaitu mereka yang meletakkan dasar-dasarnya. Untuk mempelajari falsafah misalnya harus mempelajari jalan pikiran tokoh-tokoh seperti Socrates, Plato, Aristoteles dan sebagainya.demikian pula dengan bidang ilmu lainnya seperti matematika, biologi, pendidikan ekonomi dan sebagainya. Buah pikiran tokoh-tokoh itu terdapat dalam “the great books”.

Pendekatan yang baru biasanya ingin memperkenalkan dirinya secara Revolesionir dan propaganditis dengan mengecam dan mendiskreditkan metode lama sambil menonjolkan segala kebaikan dan keuntungan yang baru, tanpa menyinggung kelemahan-kelemahannya, yang terkandung didalamnya. Sejarah kurikulum membuktikan bahwa hingga kini belum ada kurikulum yang sempurna baik dalam pendekatan maupun pelaksanaanya, betapa besar pun antusiasme dan melaksanakan inuvasi kurikulum, setelah berjalan beberapa waktu makin jelas tanpak kelemahannya sehingga timbul ketidakpuasan yang akhirnya membunuhnya sendiri. Itu sebabnya perlu dipelihara sikap hati-hati dalam segala inuvasi kurikulum dengan terlebih dahulu mengujicobakannya dan bila telah ditrima senantiasa menilainya dan memperbaikinya.













BAB III
KESIMPULAN
KONSEP-KONSEP KURIKULUM

Kurikulum adalah sebagai upaya untuk membantu mewujudkan tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dibawah ini adalah berbagai konsep-konsep kurikulum:
1. Kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran
2. Kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa
3. Kurikulum sebagai rencana atau program belajar
4. Kurikulum Sebagai Pengembangan Proses Kognitif
5. Kurikulum Sebagai Tekhnologi
6. Kurikulum Sebagai Aktualisasi Diri
7. Kurikulum Sebagi Rekontruksi Sosial
8. Kurikulum Sebagai Rasionalisasi Akademik

Dengan mengimplementasikan dari berbagai konsep-konsep kurikulum tersebut diatas maka kurikulum akan berfungsi sebagaimana mestinya dan akan dengan mudah memanifstasikan ideologi pendidikan yang memuaskan dan diharapakan.












DAFTAR PUSTAKA


 Prof. Dr. S. Nasution. MA, Pengembangan Kurikulum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993
 Prof. Wina Sanjaya, Dr. M.Pd, Kajiyan Kurikulum Dan Pembelajaran, Sekolah Pasca Serjana Universitas Pendidikan Indonisia 2007.
 Sanjaya, WinaStrategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Prenada Medi, (2006).










MAKALAH



Tentang
Perkembangan pola fakir manusia versi antroposentris dan geosentris







Makalah ini disusun
Untuk memenuhi tugas
Mata kuliah “Ilmu Alamiah Dasar (IAD)”
Semester I (Satu)
Bimbingan Bapak Rudy Hariyanto, SST,MM


Di susun oleh:
Fathor NIM : 180 921 137
Anisatun Nikmah NIM : 180 921 081



Fakultas Syari’ah Prody Al-Ahwalu Assyahsyyiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Tahun Akademik
2009/2010

KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah SWT. tuhan penguasa alam karena dengan rahmat, ma’unah dan hidayahnya sehingga makalah ini yang berjudul “Perkembangan Pola Fikir Manusia Versi Antroposentris Dan Geosentris” dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat dan salamnya semoga tetap mengalir deras keharibaan baginda nabi besar Muhammad SAW. putra Abdullah yang telah mewariskan risalah islam kepada kita guna menjadi pedoman dan pegangan hidup di dunia ini.

Selanjutnya, kami haturkan terima kasih kepada bapak dosen yang telah membimbing kami dan memberi kami tugas membuat makalah ini, karena berkat tugas ini kami bisa lebih inten bersama dan bersua dengan peradaban buku literature yang sebelumnya belum kami kenal.

Bimbingan, masukan, saran dan kritik konstruktif dari dosen dan teman-teman tetap menjadi harapan kami yang senantiasa kami tunggu demi perbaikan makalah kami ini, dann mohon maaf atas semoa kesalahan dan kekurangannya.









Pamekasan 17 november 2009


Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan makalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan alam fikir manusia
B. Perkembangan Pola Fikir Manusia Versi Antroposntris
C. Perkembangan Pola Fikir Manusia Versi Geosentris
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA














BAB1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk berfikir memiliki hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yan terjadi di sekelilingnya termasuk apa yang ada dalam dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta memecahkan masalah yang dihadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah menyebabkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia.

Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam, kemudian semakain bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya selanjutnya dari peningkatan kemampuan melakukan eksperimen untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu pengetahuan. Dari hasil pengolahan data yang diperoleh melalui eksperimen ini kemudian dapat diperoleh pengetahuan yang baru setelah manusia mampu memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimentasi ini lahirlah ilmu pengetahuan alam yang mantap.

Jadi, perkembangan alam fikir manusia sampai dengan kelahiran ilmu pengetahuan alam sebagai ilmu yang mantap melalui empat tahap, yaitu: mitos, penalaran, pengalaman dan percobaan. Dan akhirnya tahap metode keilmuan .

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan alam fikir manusia?
2. Apa dan bagaimana perkembangan pola fikir manusia versi Antroposentris?
3. Apa dan bagaimana perkembangan pola fikir manusia versi Geosentris?

C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Ingin mengetehuai perkembangan alam fikir manusia melalui perspektif Antroposentri dan Geosentris
2. Ingin melatih diri agar gemar membaca dan berkarya
3. Ingin menambah khazanah keilmuan baik melalui penulisan makalah ini ataupun berdiskusi ketika mempresentasikan makalah ini.
























BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Alam Fikir Manusia
Manusia sebagai makhluk mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki organ tubuh yang komplek dan khusus yaitu terletak pada otak
2. Mengadakan pertukaran zat, yakni ada zat yang masuk dan keluar
3. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar
4. Memiliki kemampuan untuk berkembang
5. Tumbuh dan berkembang
6. Berinteraksi dengan lingkungannya
7. Mati

Dibanding dengan makhluk lain, jasmani manusia lebih lemah, sedang rohani atau akal budi dan kemauannya sangat kuat. Manusia tidak mampu terbang tinggi seperti burung, manusia tidak dapat berenang selihai ikan. Akan tetapi, rohani atau akal budi manusia mampu menciptakan ilmu pngetahuan dan teknologi yang dapat terbang tinggi ke ruang angkasa. Akal budi manusia merupakan beberapa dari sifat unik manusia .

Terbatas pada instink yang terpusat pada usaha mempertahankan dan melangsungkan perkembangannya. Pengetahuan yang diperoleh akhirnya tidak hanya terbatas pada obyek yang dituju dengan panca indra saja mereka ingin tahu bagaimana dan mengapa manusia mampu menggunakan pengatahuan yang baru-baru, hal ini berlangsung berabad-abad, sehingga terjadi penumpukan pengetahuan.

Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan tampak lebih nyata bahwa manusia berbeda dengan hewan, manusia merupakan makhluk hidup yang mempunyai akal serta drajat yang tinggi dibandingkan dengan hewan dan makhluk lainnya.
B. Perkembangan Pola Fikir Manusia Versi Antroposentris
Perkembangan pola fikir manusia versi Antroposentris adalah rasa ingin tahu tentang benda-benda di alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri.

Rasa ingin tahu tidak dimiliki oleh makhluk lain, seperti batu, tanah, sungai, dan angin. Air dan udara memang bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain. Namun gerakan itu bukanlah atas kehendak sendiri tetapi akibat dari pengaruh ilmiah yang bersifat kekal.

Bagaimana halnya dengan makhluk-makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang?, sebatang pohon misalnya, menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan atau gerakan, namun gerakan itu terbatas pada upayanya untuk mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap misalnya, daun-daun yang cenderung mencari sinar matahari atau akar yang cenderung mencari air yang kaya raya akan mineral untuk pertumbuhan hidupnya. Kecendrungan semacam ini terus berlangsung sepanjang zaman.

Bagaimana halnya dengan manusia?, manusia juga memilaki insting seperti yang dimiliki oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun manusia memiliki ke lebihan, yaitu adanya kemampuan berfikir dangan kata lain curiosity-nya tidak ide, tidak tetap sepanjang zaman. manusia memiliki rasa ingin tahu yang berkembang, atau kemampuan berfikir, setelah tahu upaya mereka juga ingin tahu bagaimana dan mengapa begitu.

Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru sehingga menjadi suatu akumulasi pengetahuan. Sebagai ilustrasi, kita bayangkan saja manusia purba zaman dahulu yang hidup di gua-gua atau di atas pohon. Karena kemampuan berpikirnya tidak semata-mata didorong oleh mempertahankan kelestarian hidupnya, tetapi juga untuk membuat hidupnya lebih menyenangkan, mereka mampu membuat rumah diatas tiang-tiang kayu yang kokoh bahkan sekarang manusia mampu membuat istana maupun gedung-gedung pencakar langit
Rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari, seperti mencocok tanam atau membuat panah, tetapi juga berkembang sampai pada hal-hal yang menyangkut keindahan
























BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang kami dapat bahwa perkembangan pola fikir manusia itu terbagi menjadi tiga menurut tokoh positifisme, yaitu:

1. Zaman tiologis, dimana manusia masih percaya dengan benda-benda yang mempunyai kekuatan adalah kodrat atau di zaman ini terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Animisme
b. Dinamisme
c. Monoteisme

2. Zaman metafisis, dimana dizaman ini manusia menganggap kekuatan adikodrati itu menjadi kekuatan metatisika

3. Zaman positif dimana manusia di zaman ini sudah mampu berpikir secara positif tentang realitas

B. SARAN
Berfikir atau Kafir ??








M A K A L A H
PANDANGAN FILSAFAT
TERHADAP HAKIKAT PENDIDIKAN

Pembimbing: Mattablih M.P.di











Di Susun Oleh:
Kelompok 1:
Mulimah
Fathul Walid
M Salim
M Hafidz


UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN
2009
DAFTAR ISI


DFATAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. HAKIKAT PENDIDIKAN 3
1. Arti Pendidikan 3
2. Pendidikan Sebagai Proses Transformasi Nilai 5
3. Tujuan Pendidikan 5

BAB III PENUTUP 7
KESIMPULAN 7
DAFTAR PUSTAKA 8

















BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan tonggak kehidupan dan keberadaannya sangat penting. Filsafat berusaha untuk memahami realitas secara menyeluruh, dengan menjelaskannya secara umum dan sistematis. Begitu pula dengan filsafat pendidikan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum yang akan membimbing kita dalam memilih tujuan dan kebijakan pendidikan, dengan cara yang sama filsafat mengkoordinasikan hasil-hasil penemuan sains yang berlainan dan berbeda-beda, maka filsafat pendidikan menafsirkan penemuan-penemmuan terebut berkaitan dengan pendidikan.












Pamekasan 01-11-2009


Penulis




BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT PENDIDIKAN
1. Arti Pendidikan
Arti pendidikan dapat di lihat dalam pengertian sacara khusus dan pengertian secara luas. dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahawa pendidkan adalah bimbingan yang di berikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Selanjutnya Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (1991:70) mengemukakan beberapa defenisi pendidikan sebagai berikut :
a. Menurut Prof. Hoogeveld mendidik adalah menbantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri
b. Menurut Prof S. Brojonegoro mendidik adalah memeberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani

Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya di batasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan pendidikan. Dalam arti khusus ini, menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, menurut Drijarkara pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua. yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentaral dalam pendidikan. Ayah dan ibu bertanggung jawab untuk membantu memanusiakan, membudayakan dan menanamkan nilai-nilai terhadap anaknya. Bimbingan dan bantuan orang tua tersebut akan berahir apabila sang anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna atau manusia purnawan.

Pendidikan dalam arti luas, merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahtraan hidupnya. Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkunga sosial dan lingkungan fisik berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.

Dari pengertian-pengertian pendidikan di atas ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan
a. Pendidikan berlangsung seumur hidup
b. Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia
c. Bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan kepribadian yang berkembang, yang di sebut manusia seluruhnya

Orang yunani tempo dulu mengatakan bahwa pendidikan itu ialah pertolongan kepada manusia agar ia menjadi manusia dalam arti manusia perlu di bantu agar ia berhasil menjadi manusia, seseorang dapat di katakan telah menjadi manusia bila memilaki nilai (sifat) kemanusiaan. Itu menunjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi manusia. Karena itulah sejak dulu banyak manusia gagal menjadi manusia, jadi tujuan mendidik ialah memanusiakan manusia-manusia.

Orang-orang yunani lama itu menentukan tiga syarat untuk disebut manusia :
1. Memeliki kemampuan dalam menjadikan diri
2. Cinta tanah air
3. Berpengetahuan

Pendidikan pada hakikatnya akan mencangkup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih, yang didalam undang-undang nomer 2 tahun 1989 mencakup kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan. Istilah mendidik, menunjukkan usaha yang lebih ditujukan pada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketaqwaan, dan lain-lain. Istilah mengajar menurut Prof Sikun Pribadi (1981) berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermafaat bagi perkembangan kemampuan intelektual manusia. Sedangkan istilah melatih, merupakan suatu usaha untuk memberi sejumlah keterampilan tertentu, yang di lakukan secara berulang-ulang sehingga akan terjadi suatu pembiasaan dalam bertindak

B. PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES TRANFORMASI NILAI
Seperti yang telah dikemukakan diatas, pendidikan pada hakikatnya akan mencangkup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai. Maka dalam pelaksanaannya, ketika kegiatan tersebut harus berjalan secara terpadu dan berkelanjutan serta serasi dengan perkembangan peserta didik dan lingkungan hidupnya.

Nilai-nilai yang akan kita tranformasikan tersebut mencangkup nilai-nilai yang religi, nilai-nilai kebudayaan, niali-niali sains dan teknolgi, nilai-nilai dan nilai keterampilan. Nilai-nilai yang di transformasikan tersebut dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyrakat. Maka, di sini pendidikan akan berlangsung dalam kehidupan.

Agar proses transformasi berjalan lancar ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan proses pendidikan, antara lain :
a. Adanya hubungan edukatif yang baik antara pendidik dan terdidik
b. Adanya metode pendidikan yang sesusai dengan kemampuan pendidik, materi kondisi peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kondisi lingkungan dimana pendidikan tersbut berlangsung
c. Adanya sarana dan perlengkapan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
d. Adanya suasana yang memadai, sehingga proses transformasi nilai-nilai tersebut berjalan degan wajar dalam suasana yang menyenangkan.

C. TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan pndidikan merupakan gambaran dari falsafah atau pandangan hidup manusia, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam penentuan tujuan pendidikan ada beberapa nilai yang perlu diperhatikan, seperti yang dikemukakan oleh Hummel (1977 : 39) antara lain:
1. Autonomy, yaitu memberi kesadaran, pengetahuan dan kemampuan secara maksimum kepada individu maupun kelompok untuk dapat hidup mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik
2. Equity, yaitu bahwa tujuan pendidikan tersebut harus memberi kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi, dengan memberinya pendidikan dasar yang sama.
3. Survival, yaitu bahwa dengan pendidikan akan menjamin pewarisan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya.




















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Pendidikan berlangsung seumur hidup
 Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
 Hakikat pendidikan adalah mendidik, mengajar dan melatih























DAFTAR PUSTAKA

 Prof. Dr. Ahmad Taftar, Filsafat Pendidikan Isla, Bandung, PT Remaja, 2006
 Dr. H. Abuddin Nata MA, Filsafat Pendidikanislam, Ciputat Indah Permai Blok D-30, 2001
 Drs. Vyoh Sadullah M.Pd, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, Alfa Beta, 2003
 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta, Pineka Cipta, 1991
 Amin Hoesen Gemar, Filsafat Islam, Djakarta, Bulan Bintang, 1961








RESUME, KOMENTAR DAN KRITIK

SAINS DI DUNIA ISLAM

Di Ajukan Untuk Memnuhi Tagas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Semester I (satu) FAI Tarbiyah
Yang Di Bina Oleh : UMAR BUKHARI, M. Ag








Di susun oleh:
MULIMAH

Universitas Islam Madura (UIM)
Bettet Pamekasan Madura
2009











RESUME
Pada era global ini kemajuan Sains dan Tekhnologi di dunia barat sangatlah berkembang pesat. Para ilmuan-ilmuan yang professional dan mampu menciptakan penemuan-penemuan yang mutakhir tidak lain dan tidak bukan adalah pentolan orang0orang barat.
Seluruh dunia telah tahu tentang kehebatan orang-orang barat dalam segala hal, sekarang yang wajib kita teliti dan cari tahu adalah bagaimana dengan Sains di dunia Islam yang semakin hari semakin tenggelam di telan perputaran roda zaman.
Islam dulu pernah mengalami masa-masa keemasan yaitu kurang lebih 25 tahun setelah wafatnya nabi Muhammad SAW. (623 M), kaum muslim telah berhasil menaklukkan seluruh jazirah Arabia dari selatan hingga utara. Ekspansi dakwah yang dalam sejarah di sebut sebagai “pembukaan negeri-negeri”. Ini berlangsung pesat dan tak terbendung. Dalam hal ini terjadi pula penyerapan terhadap tradisi budaya dan peradaban setempat. Proses-proses interaksi ini berlangsung alami, namun pesat ini tidak lain dan tidak bukan adalah gerakan “Islamisasi” atau apapun namanya naturalisasi, interagsi atau asimilasi.
Disinilah kehebatan Sains di dunia Islam pasa abd-abad terdahulu yaitu hal-hal yang positif dan sejalan dengan Islam di pertahankan, di lestarikan dan di kembangkan, sementara elemen-elemen yang tidak sesuai dengan kerangka dasar ajaran Islam di tolak dan di buang.
Menurut pakar sejarah Sains dari universitas Harward, Profesor Abdel Hamid Sabra, gerakan penerjemahan tersebut di atas mewakili fase pertama dari 3 tahap Islamisasi Sains. Ia menyebutnya sebagai fase peralihan atau akuisisi, selanjutnya adalah fase penerimaan atau adopsi, proses ini terus berlanjut pada tahap berikutnya yang di sebut dengan fase asimilasi, dan naturalisasi. Fase kematangan ini berlangsung kurang lebih 500 tahun lamanya, di tandai dengan produktifitas yang tinggi dan orisinalitas yang luar biasa.
Jika di kaji dan di telusiri dengan teliti, faktor-faktor yang telah memungkinkan dan mendorong kemajuan Sains di dunia Islam di saat iutu antara lain sebagai berikut:
1. Kemurnian dan keteguhan dalam mengimani, memahami dan mengamalkan ajaran Islam
2. Motifasi agama
3. Faktor sosial politik
faktor lainnya adalah faktor ekonomi yang turut berperan menciptakan lingkunga yang kondusif. Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah dukungan dan perlindungan politis dari penguasa pada saat itu.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa cahaya kegemilangan Sains tersebut kemudian redup lalu lenyap sama sekali. Mengingat berbagai karya dan prestasi yang di capai oleh para ilmuan muslim pada abad ke-14 M. para ahli sejarah Sains banyak yang tak habis pikir mengapa perjalanan Sains di dunia Islam seolah-olah mendadak terhenti, dalam hal ini banyak para pakar sejarah Sains berpendapat tentang kemunduran Sains di dunia Islam,di antaranya adalah Toby E. Huff, secara umum berpendapat faktor-faktor yang dikatakan menjadi penyebab kemunduran dan kematian Sains di dunia Islam dapat di kelompokkan menjadi dua,internal dan eksternal. dibawah ini adalah aneka jawaban yang di lontarkan oleh pakar-pakar sejarah maupun praktisi Sains dari kalangan Muslim maupun Non Muslim.berikut ulasan kritisnya.
Menurut Professor Sabra, kemunduran merupakan fase ke-4 dari proses yang di sebutya ”appropriasi” itu. Pada tahap ini, aktifitas saintifik mengalami reduksi karena lebih si arahkan untuk memnuhi kebutuhan praktis, Sains menyempit wilayah dan peranannya menjadi sekedar pelayan agama.
Adapun David C. Lindberg meyebut
1. Oposisi kaum konserpatif
2. Krisis eknomi dan politik
3. Keterasingan dan keterpinggiran sebagai 3 faktor utama yang bertanggung jawab atas kemunduran Sains di dunia Islam
Selain itu, beberapa faktor internal seperti kelemahan metodologi, kekurangan matematisasi, langkanya imajinasi teoritis dan jarangnya eksperimentasi, juga di anggap sebagai penyebab stagnasi Sains di dunia Islam. Pendapat Pervez Hoodbhoy menyebutkan penyebab kemunduran Sains di dunia Islam adalah doktrin teologi membuat kaum Muslim Fatalistik, tidak berpikir rasional dan cenderung bersikap pasif dalam menyikapi fenomena dan realitas. Lebih jauh lagi Hoodbhoy menuduh imam Al-Ghazali sebagai orang yang bertanggung jawab menghanncurkan bangunan Sains di dunia Islam.
Demikian para pakar ilmuan baik dari kalangan Muslim maupun Non Muslim yang mengomentari tentang jatuh bangunnya Sains di dunia Islam.
Kita sebagai generasi penerus masih bisa dan mampu meraih dan mengembalikan kejayaan dan kegemilangan Sains di dunia Islam dengan cara mau belajar dan belajar, agar Sains di dunia Islam tidak terjatuh kejurang kegelapan berkali-kali.

KOMENTAR
Dari segala aspek untuk beberapa tahun ini Islam bukan hanya mengalami kemunduran dari dunia Sains tapi dari segi Budaya, Ekonomi, Sosial dan Politik. Islam mengalami masa keemasannya di dunia Sains di karenakan kesungguhan untuk belajar dan mau memahami bahwa Ilmu Pengetahuan adalah sumber segalanya.

Dalam hal ini, bukan tidak mungkin kita selaku generasi penerus meraih kejayaan-kejayaan seperti masa-masa terdahlu. Dengan tidak mengesampingkan kaidah-kaidah atau tatanan menurut Al-Quran dan Al-Sunnah.

Tidak dapat di pungkiri bahwa kemajuan Sains dan Tekhnologi menjadikan itu sebagai kebutuhan kita baik dalam berindividu ataupun bersosial. Bahkan ada sebagian lagi ada yang menjadikan Sains dan Tekhnologi sebagai tuhan yang harus di ikuti tanpa memikirkan dampak positif dan negatif dari kemajuan Sains dan Tekhnologi itu sendiri.

Coba kita kembali pada abad ke-17 dimana pada saat itu adalah masa-masa kejayaan Sains di dunia barat atau bisa di sebut masa itu adalah masa bangkitnya Sains di dunia barat.

Pada masa itu kita ketahui ada 4 tokoh besar yang terkenal dalam penciptaan Sains seperti Copernicus, Kepler, Galileo, dan Newton. Mereka memutar otak dan melakukan eksperimen-eksperiman untuk menguji kebenaran dari setiap penemuan mereka masing-masing. Al-hasil dengan keuletan mereka dan ketekunan mereka penemuan mereka di akui oleh dunia dan sampai sekarangpun masih di pakai dan di lestarikan bahkan dalam ilmu matematik dan fisika serta kimia yang kita pelajari sehari-hari, guru-guru kita menggunakan penemuan-penemuan barat. Meskipun, jika kita tela’ah dan teliti lebih dalam para ilmuan barat mengadopsi atau menyontek pada saintis kita seperti Ibnu Zina, Ibnu Tupayl Nasiruddin Al-Tusi dan lain-lain. Dari keempat tokoh Sains di atas kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran bahwa keuletan dan ketekunan mereka perlu kita tauladani tanpa mencetak asumsi bahwa untuk mengembalikan kejayaan Sains di dunia islam harus meniru dan mengikuti bangsa barat. Yang di maksud meniru disni, bukan berarti meniru gaya hidup atau budaya bangsa barat tapi pemikiran-pemikaran mereka. Dan itupun harus melalui penyeleksian. Yang memang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Sunnah.

Jika di teliti lebih dalam dan luas sebenarnya sampai saat ini keberadaan Sains itu tidak mengalami stagnasi karena perkembangan Sains itu identik dengan perkembangan Tekhnologi artinya semakin maju Tekhnologi maka Sains juga semakin berkembang.

Sebenarnya asumsi kemunduran Sains sanga relatif, kita harus tahu di tinjau dari perspektif apa? Tapi secara umum barang kali masyarakat belum mampu memahami peran vitalnya. Bahkan kadang-kadang masyarakat menilai miring dari kemajuan Sains dan Tekhnologi. Intinya ini hanya pada masalah persepsi saja.

Maaf sebelumnya, dari keterangan saya ini tidak bermaksud mendewakan para tokoh-tokah saintis barat sebagai paradigma tapi ini karena saya kurang tahu dan belum membaca sejarah tentang penemu atau tokoh-tokoh saintis islam.

KRITIK
Dalam artikel ini, hanya menyebutkan kejayaan, kehebatan, perkembangan Sains di dunia barat tanpa menyebutkan danpak negatif dari Sains itu. Memang tidak dapat di pungkiri sejak bangkitnya Sains di dunia barat mampu menciptakan penemuan-penemuan yang mutakhir dan inkredibel. Tetapi dalam artikel ini tidak di tuliskan dampak negative dari prkembangan Sains bagi bangsa barat dan sekitarnya. Sehingga dalam penulisan artikel ini terkesan Sains dan dunia islam sungguh-sungguh sangat terpuruk.

Dalam buku karangan Jefrilang (islam di mata professor matematika) bahwa memang kemajuan Sains di dunia barat sangatlah pesat tetapi di balik kemajuan Sains itu sendiri banyak terjadi penyimpanan-penyimpangan yang di lakukan oleh para ilmuan-ilmuan barat sehingga terjadi penyalahgunaan Sains yang bertujuan untuk kepentingan pribadi. Padahal Sains dalam dunia islam tidaklah sesetragis itu, tapi memang pada generasi global ini terjadi banyak sabotase dan dekadensi dari segala aspek baik itu internal ataupun eksternal. Bukan tidak mungkin bagi generasi penerus yang sekarang untuk mengembangkan Sains di dunia islam lebih baik dan konstruktif, dari pada generasi-generasi terdahulu. Denga cara memanajemen ulang dan mereformasi pemikiran dan pemahaman yang telah mendarah daging bahwa “Sains di dunia islam telah mati dan tidak akan pernah hidup lagi”.

Dan faktor lain yang lebih penting untuk memajukan Sains di dunia islam adalah perlunya ada konsistensi dari semua pihak dengan membangun kesepahaman tentang urgensi Sains dalam dunia global. Tentunya melalui pertimbangan konsekuensi logisnya.









RESUME, KOMENTAR DAN KRITIK

SAINS DI DUNIA ISLAM

Di Ajukan Untuk Memnuhi Tagas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Semester I (satu) FAI Tarbiyah
Yang Di Bina Oleh : UMAR BUKHARI, M. Ag








Di susun oleh:
MULIMAH

Universitas Islam Madura (UIM)
Bettet Pamekasan Madura
2009











RESUME
Pada era global ini kemajuan Sains dan Tekhnologi di dunia barat sangatlah berkembang pesat. Para ilmuan-ilmuan yang professional dan mampu menciptakan penemuan-penemuan yang mutakhir tidak lain dan tidak bukan adalah pentolan orang0orang barat.
Seluruh dunia telah tahu tentang kehebatan orang-orang barat dalam segala hal, sekarang yang wajib kita teliti dan cari tahu adalah bagaimana dengan Sains di dunia Islam yang semakin hari semakin tenggelam di telan perputaran roda zaman.
Islam dulu pernah mengalami masa-masa keemasan yaitu kurang lebih 25 tahun setelah wafatnya nabi Muhammad SAW. (623 M), kaum muslim telah berhasil menaklukkan seluruh jazirah Arabia dari selatan hingga utara. Ekspansi dakwah yang dalam sejarah di sebut sebagai “pembukaan negeri-negeri”. Ini berlangsung pesat dan tak terbendung. Dalam hal ini terjadi pula penyerapan terhadap tradisi budaya dan peradaban setempat. Proses-proses interaksi ini berlangsung alami, namun pesat ini tidak lain dan tidak bukan adalah gerakan “Islamisasi” atau apapun namanya naturalisasi, interagsi atau asimilasi.
Disinilah kehebatan Sains di dunia Islam pasa abd-abad terdahulu yaitu hal-hal yang positif dan sejalan dengan Islam di pertahankan, di lestarikan dan di kembangkan, sementara elemen-elemen yang tidak sesuai dengan kerangka dasar ajaran Islam di tolak dan di buang.
Menurut pakar sejarah Sains dari universitas Harward, Profesor Abdel Hamid Sabra, gerakan penerjemahan tersebut di atas mewakili fase pertama dari 3 tahap Islamisasi Sains. Ia menyebutnya sebagai fase peralihan atau akuisisi, selanjutnya adalah fase penerimaan atau adopsi, proses ini terus berlanjut pada tahap berikutnya yang di sebut dengan fase asimilasi, dan naturalisasi. Fase kematangan ini berlangsung kurang lebih 500 tahun lamanya, di tandai dengan produktifitas yang tinggi dan orisinalitas yang luar biasa.
Jika di kaji dan di telusiri dengan teliti, faktor-faktor yang telah memungkinkan dan mendorong kemajuan Sains di dunia Islam di saat iutu antara lain sebagai berikut:
1. Kemurnian dan keteguhan dalam mengimani, memahami dan mengamalkan ajaran Islam
2. Motifasi agama
3. Faktor sosial politik
faktor lainnya adalah faktor ekonomi yang turut berperan menciptakan lingkunga yang kondusif. Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah dukungan dan perlindungan politis dari penguasa pada saat itu.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa cahaya kegemilangan Sains tersebut kemudian redup lalu lenyap sama sekali. Mengingat berbagai karya dan prestasi yang di capai oleh para ilmuan muslim pada abad ke-14 M. para ahli sejarah Sains banyak yang tak habis pikir mengapa perjalanan Sains di dunia Islam seolah-olah mendadak terhenti, dalam hal ini banyak para pakar sejarah Sains berpendapat tentang kemunduran Sains di dunia Islam,di antaranya adalah Toby E. Huff, secara umum berpendapat faktor-faktor yang dikatakan menjadi penyebab kemunduran dan kematian Sains di dunia Islam dapat di kelompokkan menjadi dua,internal dan eksternal. dibawah ini adalah aneka jawaban yang di lontarkan oleh pakar-pakar sejarah maupun praktisi Sains dari kalangan Muslim maupun Non Muslim.berikut ulasan kritisnya.
Menurut Professor Sabra, kemunduran merupakan fase ke-4 dari proses yang di sebutya ”appropriasi” itu. Pada tahap ini, aktifitas saintifik mengalami reduksi karena lebih si arahkan untuk memnuhi kebutuhan praktis, Sains menyempit wilayah dan peranannya menjadi sekedar pelayan agama.
Adapun David C. Lindberg meyebut
1. Oposisi kaum konserpatif
2. Krisis eknomi dan politik
3. Keterasingan dan keterpinggiran sebagai 3 faktor utama yang bertanggung jawab atas kemunduran Sains di dunia Islam
Selain itu, beberapa faktor internal seperti kelemahan metodologi, kekurangan matematisasi, langkanya imajinasi teoritis dan jarangnya eksperimentasi, juga di anggap sebagai penyebab stagnasi Sains di dunia Islam. Pendapat Pervez Hoodbhoy menyebutkan penyebab kemunduran Sains di dunia Islam adalah doktrin teologi membuat kaum Muslim Fatalistik, tidak berpikir rasional dan cenderung bersikap pasif dalam menyikapi fenomena dan realitas. Lebih jauh lagi Hoodbhoy menuduh imam Al-Ghazali sebagai orang yang bertanggung jawab menghanncurkan bangunan Sains di dunia Islam.
Demikian para pakar ilmuan baik dari kalangan Muslim maupun Non Muslim yang mengomentari tentang jatuh bangunnya Sains di dunia Islam.
Kita sebagai generasi penerus masih bisa dan mampu meraih dan mengembalikan kejayaan dan kegemilangan Sains di dunia Islam dengan cara mau belajar dan belajar, agar Sains di dunia Islam tidak terjatuh kejurang kegelapan berkali-kali.

KOMENTAR
Dari segala aspek untuk beberapa tahun ini Islam bukan hanya mengalami kemunduran dari dunia Sains tapi dari segi Budaya, Ekonomi, Sosial dan Politik. Islam mengalami masa keemasannya di dunia Sains di karenakan kesungguhan untuk belajar dan mau memahami bahwa Ilmu Pengetahuan adalah sumber segalanya.

Dalam hal ini, bukan tidak mungkin kita selaku generasi penerus meraih kejayaan-kejayaan seperti masa-masa terdahlu. Dengan tidak mengesampingkan kaidah-kaidah atau tatanan menurut Al-Quran dan Al-Sunnah.

Tidak dapat di pungkiri bahwa kemajuan Sains dan Tekhnologi menjadikan itu sebagai kebutuhan kita baik dalam berindividu ataupun bersosial. Bahkan ada sebagian lagi ada yang menjadikan Sains dan Tekhnologi sebagai tuhan yang harus di ikuti tanpa memikirkan dampak positif dan negatif dari kemajuan Sains dan Tekhnologi itu sendiri.

Coba kita kembali pada abad ke-17 dimana pada saat itu adalah masa-masa kejayaan Sains di dunia barat atau bisa di sebut masa itu adalah masa bangkitnya Sains di dunia barat.

Pada masa itu kita ketahui ada 4 tokoh besar yang terkenal dalam penciptaan Sains seperti Copernicus, Kepler, Galileo, dan Newton. Mereka memutar otak dan melakukan eksperimen-eksperiman untuk menguji kebenaran dari setiap penemuan mereka masing-masing. Al-hasil dengan keuletan mereka dan ketekunan mereka penemuan mereka di akui oleh dunia dan sampai sekarangpun masih di pakai dan di lestarikan bahkan dalam ilmu matematik dan fisika serta kimia yang kita pelajari sehari-hari, guru-guru kita menggunakan penemuan-penemuan barat. Meskipun, jika kita tela’ah dan teliti lebih dalam para ilmuan barat mengadopsi atau menyontek pada saintis kita seperti Ibnu Zina, Ibnu Tupayl Nasiruddin Al-Tusi dan lain-lain. Dari keempat tokoh Sains di atas kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran bahwa keuletan dan ketekunan mereka perlu kita tauladani tanpa mencetak asumsi bahwa untuk mengembalikan kejayaan Sains di dunia islam harus meniru dan mengikuti bangsa barat. Yang di maksud meniru disni, bukan berarti meniru gaya hidup atau budaya bangsa barat tapi pemikiran-pemikaran mereka. Dan itupun harus melalui penyeleksian. Yang memang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Sunnah.

Jika di teliti lebih dalam dan luas sebenarnya sampai saat ini keberadaan Sains itu tidak mengalami stagnasi karena perkembangan Sains itu identik dengan perkembangan Tekhnologi artinya semakin maju Tekhnologi maka Sains juga semakin berkembang.

Sebenarnya asumsi kemunduran Sains sanga relatif, kita harus tahu di tinjau dari perspektif apa? Tapi secara umum barang kali masyarakat belum mampu memahami peran vitalnya. Bahkan kadang-kadang masyarakat menilai miring dari kemajuan Sains dan Tekhnologi. Intinya ini hanya pada masalah persepsi saja.

Maaf sebelumnya, dari keterangan saya ini tidak bermaksud mendewakan para tokoh-tokah saintis barat sebagai paradigma tapi ini karena saya kurang tahu dan belum membaca sejarah tentang penemu atau tokoh-tokoh saintis islam.

KRITIK
Dalam artikel ini, hanya menyebutkan kejayaan, kehebatan, perkembangan Sains di dunia barat tanpa menyebutkan danpak negatif dari Sains itu. Memang tidak dapat di pungkiri sejak bangkitnya Sains di dunia barat mampu menciptakan penemuan-penemuan yang mutakhir dan inkredibel. Tetapi dalam artikel ini tidak di tuliskan dampak negative dari prkembangan Sains bagi bangsa barat dan sekitarnya. Sehingga dalam penulisan artikel ini terkesan Sains dan dunia islam sungguh-sungguh sangat terpuruk.

Dalam buku karangan Jefrilang (islam di mata professor matematika) bahwa memang kemajuan Sains di dunia barat sangatlah pesat tetapi di balik kemajuan Sains itu sendiri banyak terjadi penyimpanan-penyimpangan yang di lakukan oleh para ilmuan-ilmuan barat sehingga terjadi penyalahgunaan Sains yang bertujuan untuk kepentingan pribadi. Padahal Sains dalam dunia islam tidaklah sesetragis itu, tapi memang pada generasi global ini terjadi banyak sabotase dan dekadensi dari segala aspek baik itu internal ataupun eksternal. Bukan tidak mungkin bagi generasi penerus yang sekarang untuk mengembangkan Sains di dunia islam lebih baik dan konstruktif, dari pada generasi-generasi terdahulu. Denga cara memanajemen ulang dan mereformasi pemikiran dan pemahaman yang telah mendarah daging bahwa “Sains di dunia islam telah mati dan tidak akan pernah hidup lagi”.

Dan faktor lain yang lebih penting untuk memajukan Sains di dunia islam adalah perlunya ada konsistensi dari semua pihak dengan membangun kesepahaman tentang urgensi Sains dalam dunia global. Tentunya melalui pertimbangan konsekuensi logisnya.









Makalah tentang

TEORI BEHAVIORISME
PRINSIP PRINSIP TEORI BEHAVIORISME

1. Obyek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek
3. Mementingkan pembentukan kebiasaan
ADA DUA ALIRAN BESAR DALAM TEORI BEHAVIORISME
1. Reflek bersarat dari rusia di antaranya PAVLOV dkk
2. Behaviorisme dari amerika di antaranya THORNDIKE dkk
A .Teori Belajar Behaviouristik
Pengertian
Adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan.Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Kerangka Berfikir Teori
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahllaku adalah hasil belajar.

Tokoh-tokoh
Edward Lee Thorndike (1874-(((1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum.
1 Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
2 Hukum latihan
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
3 Hukum akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.

Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936) dan Watson
Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.

Carlk L. Hull
Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor. Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsur O (organisma). Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa output.

Skinner (1904-1990)
Skinner menganggap reward dan rierforcement merupakan factor penting dalan belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pda teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning.
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan Skinner membagi menjadi 2 jenis respon.
1. Responden
Respon yang terjadi karena stimulus khusus misalnya Pavlo.
2. Operans
Respon yang terjadi karena situasi random. Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Prinsip belajar Skinners adalah :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
3. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
4. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
5. dalam pembelajaran digunakan shapping

Robert Gagne (1916-2002)
Teori gagne banyak dipakai untuk mendisain Software instructional (Program berupa Drill Tutorial). Kontribusi terbesar dari teori instructional Gagne adalah 9 kondisi instructional:
1. Gaining attention = mendapatkan perhatian
2. intorm learner of objectives = menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai
3. stimulate recall of prerequisite learning = stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar.
4. Present new material = penyajian materi baru
5. Provide guidance = menyediakan pembimbingan
6. Elicit performance = memunculkan tindakan
7. Provide feedback about correctness = siap memberi umpan balik langsung terhadap hasil yang baik
8. Assess performance = Menilai hasil belajar yang ditunjukkan
9. Enhance retention and recall = meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat.
Gagne disebut sebagai modern noebehaviouristik mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.

Albert Bandura (1925-sekarang)
Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbale balik yang berkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.
Aplikasi teori behaviouristik terhadap pembelajaran siswa
Guru yang menggunakan paradigma behaviourisme akan menyusun bahan pelajaran yang sudah siap sehingga tujuan npembelajaran yang dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak hanya memberi ceramah tetapi juga contoh-contoh. Bahan pelajaran disusun hierarki dari yang sederhana sampai yang kompleks. Hasil dari pembelajaran dapat diukur dan diamati, kesalahan dapat diperbaiki. Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan
Kekurangan dan kelebihan
Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure kecepatan spontanitas kelenturan daya tahan dsb. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran orang tua. Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid dipandang pasif, murid hanya mendengarkan,
menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter.





TEORI BEHAVIORISME

Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme :
- Obyek psikologi adalah tingkah laku
- semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek
- mementingkan pembentukan kebiasaan
Adapun beberapa tokoh-tokoh behavioris yang berkembang dari tahun 1874 sampai saat sekarang ini :
Edward Edward Lee Thorndike (1874-(1874-1949))
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Thorndike menemukan hukum-hukum :
1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
2. Hukum latihan
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
3. Hukum akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Teori pelaziman klasik adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan.
Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
Skinner (1904-1990)
Skinner menganggap reward dan rierforcement merupakan factor penting dalan belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pda teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan
Prinsip belajar Skinners adalah :
• Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.
• Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
• Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
• Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
• dalam pembelajaran digunakan shapping
Albert Bandura (1925-sekarang)
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya makna (pelaziman klasik).
Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbale balik yang berkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.
Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu, sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai reaksi pada psikologi ”mentalistik”.

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman [1].
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.

Daftar isi
1 Teori Belajar Menurut Thorndike
2 Teori Belajar Menurut Watson
3 Teori Belajar Menurut Clark Hull
4 Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
5 Teori Belajar Menurut Skinner
6 Analisis Tentang Teori Behavioristik
7 Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
8 Rujukan

Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
Teori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Analisis Tentang Teori Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara;
Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.
Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.








Makalah tentang
Komunikasi dalam managemen pendidikan

KATA PENGANTAR
Segala puji kami haturkan kepada ilahi robbi azza wajalla, karna dengan rshmst dsn karuniahnya hingga makalah ini yang berjudul”KOMONIKASI DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN” dapat tersesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan keharibaan nabi muhammad Saw. Yang mana beliau telah membimbing kita menuju jalan yang di ridhoi Allah Swt.
Kemudian kami ucapkan terima kasih kepada Bapak pembimbing, mata kuliah “Administrasi Pendidikan”.yang telah memberi arahan kepada kami.
Demikian kami sangat mengharap kritik dan saran konstruktif demi perbaikan makalah ini.

Pamekasan,24,11,2008
Penulis






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1: 3
PENDAHULUAN 3
A.Latar Belakang 3
B.Pembatasan Masalah 3
C.Tujuan Penulisan Makalah 4
BAB 11: 5
A. Hakikat Pemimpin 5
B. Tujuan dan Unsur-Unsur Komunikasi 6
C. Fungsi-Fungsi Komunikasi 7
D. Efektivitas Proses Komunikasi dalam Manajemen Pendidikan 9
BAB 111 13
A.Ksimpulan 13
B.Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang dengan orang lain, dengan adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial, karena bahwa manusia itu adalah sebagai makluk social, di antara yang dengan yang lainnya saling membutuhkan, sehingga terjadinya interaksi yang timbalk balik. Dalam hubungan seseorang dengan orang lain tentunya terjadinya proses komunikasi itu tentunya tidak terlepas dari tujuan yang menjadi topik atau pokok pembahasan, dan juga untuk tercapainya proses penyampaian informasi itu akan berhasil apabila ditunjang dengan alat atau media sebagai sarana penyaluran informasi atau berita.Dalam kenyataannya bahwa proses komunikasi itu tidak selama lancar , hal terjadi dikarenakan kurangnya memperhatikan unsur-unsur yang mestinya ada dalam proses komunikasi.
Dari uraian tersebut, bahwa dalam komunikasi itu perlu diperhatikan mengenai unsure-unsur yang berkaitan dengan proses komunikasi, baik itu oleh komunikator maupun oleh komunikan, dan juga bahwa komunikator harus memahami dari tujuan komunikasi.
B. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalahnya sebagai berikut :
o Pengertian Komunikasi
o Tujuan dan unsure-unsur komunikasi
o Fungsi-fungsi komunikasi
o Efektivitas proses komunikasi dalam menajemen pendidikan.
C. Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan permasalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan ini diarahkan untuk :
a. Untuk mengetahui arti komunikasi
b. Untuk mengetahui tujuan dan unsure-unsur komunikasi
c. Untuk mengetahui fungsi-fungsi komunikasi
d. Untuk mengetahui efektivitas proses komunikasi dalam manajemen pendidikan





BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pemimpin
Dalam prose interaksi antara individu yang satu dengan yang lainya terjadi komunikasi dalam rangka penyampaian informasi. Menurut Oteng Sutisna mengemuakakan bahwa “Komunikasi ialah proses menyalurkan informasi, ide, penjeleasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke orang lain atau dari kelompok ke kelompok. Ia adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang-orang dan kelompok-kelompok di dalam suatu organisasi”.
Berdasarkan dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa dalam setiap hubungan antara orang-orang atau kelompok-kelompok akan terjadinya komunikasi dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan, baik itu dalam bentuk informasi atau berita maupun yang sifatnya berkaitan dengan pribadi dalam mengutarakan perasaan pribadi, gagasan, dan ide kepada orang lain.
Selanjutnya menurut Aristoteles yang dikutif oleh Marsetio Donosepoetro mengartikan “Rhetoric dengan komunikasi, yang artinya sebagai segala usaha dan kemampuan seseorang untuk persuasi”.
Dari uraian tersebut, bahwa komunikasi merupakan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan tidak terlepas dari kemampuan yang dimilikinya untuk berkomunikasi terhadap orang lain di dalam menyampaikan tujuan yang diinginkan. Dengan demikian bahwa komunikasi dalam setiap bentuknya adalah suatu proses yang hendak mempengaruhi sikap dan perbuatan orang-orang yang menjadi lawan bicara atau lawan untuk berkomunikasi.
B. Tujuan dan Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan orang-orang, begitu pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Hal sesuai dengan pendapat Maman Ukas mengemukakan tujuan komunikasi sebagai berikut :
1. Menentapkan dan menyebarkan maksud dari pada suatu usaha.
2. Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan.
3. Mengorganisasikan sumber-sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti efektif dan efisien.
4. Memilih, mengembangkan, menilai anggota organisasi.
5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang mau memberikan kontribusi
Selanjutnya Oteng Sutisna mengemukakan bahwa dalam proses komunikasi tentunya memerlukan unsur-unsur komunikasi, yaitu :
1. Harus ada suatu sumber, yaitu seorang komunikator yang mempunyai sejumlah kebutuhan, ide atau infromasi untuk diberikan.
2. Harus ada suatu maksud yang hendak dicapai, yang umumnya bias dinyatakan dalam kata-kata permbuatan yang oleh komunikasi diharapkan akan dicapai.
3. Suatu berita dalam suatu bentuk diperlukan untuk menyatakan fakta, perasaan, atau ide yang dimaksud untuk membangkitkan respon dipihak orang-orang kepada siapa berita itu idtujukan.
4. Harus ada suatu saluran yang menghubungkan sumber berita dengan penerima berita.
5. Harus ada penerima berita. Akhirnya harus ada umpan balik atau respon dipihak penerima berita. Umpan balik memungkinkan sumber berita untuk mengetahui apakah berita itu telah diterima dan dinterprestasikan dengan betul atau tidak.
Berdasarkan dari unsure-unsur tersebut, jelaslah bahwa dalam kegiatan komunikasi itu di dalamnya terdapat unsure-unsur yang ada dalam komunikasi, baik itu unsur sumber yang merupakan sebagai komunikator yang memiliki informasi atau berita yang akan disapaikan terhadap penerima informasi dengan melalui atau menggunakan saluran atau media komunikasi, antar unsur yang satu dengan yang lainnya jelas sekali adanya suatu keterkaitan, dan apabila salah satu unsur itu tidak ada kemungkinan proses komunikasi akan mengalami hambatan.
C. Fungsi-Fungsi Komunikasi
Sesuai dengan tujuan dari komunikasi, maka dalam suatu organisasi komunikasi mempunyai beberapa fungsi. Hal ini sebagaimana menurut Maman Ukas bahwa fungsi komunikasi adalah :
1. Fungsi informasi
2. Fungsi komando akan perintah
3. Fungsi mempengaruhi dan penyaluran
4. Fungsi integrasi
Dari fungsi komunikasi tersebut, bahwa fungsi informasi, dengan melalui komunikasi maka apa yang ingin disampaikan oleh narasumber atau pemimpin kepada bawahannya dapat diberikan dalam bentuk lisan ataupun tertulis. Melalui lisan manajer atau pemimpin dengan bawahan dapat berdialog langsung dalam menyampaikan gagasan dan ide.
Fungsi komando akan perintah tentunya berkaitan dengan kekuasaan, di mana kekuasaan orang adalah hak untuk memberi perintah kepada bawahan di mana para bawahan tunduk dan taat dan disiplin dalam menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Suatu perintah akan berisikan aba-aba untuk pelaksanaan kerja yang harus dipahami dan dimengerti serta yang dijalankan oleh bawahan. Dengan perintah terjadi hubungan atasan dan bawhaan sebagai yang diberikan tugas.
Dalam fungsi pengaruh berarti memasukan unsure-unsur yang meyakinkan dari pada atasan baik bersifat motivasi maupun bimbingan, sehingga bawahan merasa berkewajiban harus menjalankan pekerjaan atau tugas yang harus dilaksanakannya. Dan dalam mepengaruhi bahwa komunikator harus luwes untuk melihat situasi dan kondisi di mana bawahan akan diberikan tugas dan tanggung
jawab, sehingga tidak merasa bahwa sebenarnya apa yang dilakukan bawahannya itu merupakan beban, ia akan merasakan tugas dan tanggung jawab.
Pada fungsi integrasi bahwa organisasi sebagai suatu sistem harus berintegrasi dalam satu total kesatuan yang saling berkaitan dan semua urusan satu sama lain tak dapat dipisahkan, oleh karena itu orang-orang yang berada dalam suatu organisasi atau kelompok merupakan suatu kesatuan sistem, di mana seseorang itu akan saling berhubungan dan saling memberikan pengaruh kepada satu sama lain dalam rangka terciptanya suatu proses komunikasi untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
D. Efektivitas Proses Komunikasi dalam Manajemen Pendidikan
Dalam prosesnya bahwa komunikasi merupakan suatu proses social untuk mentranmisikan atau menyampaikan perasaan atau informasi baik yang berupa ide-ide atau gagasan-gagasan dalam rangka mempengaruhi orang lian. Agar komunikasi berjalan efektif, komunikator hendaknya mampu mengatur aliran pemberitaan ke tiga arah, yakni ke bawah, ke atas, ke samping atau mendatar. Bagi setiap orang atau kelompok dalam organisasi hendaknya mungkin untuk berkomunikasi dengan setiap orang atau kelompok lain, dan untuk menenrima respon sikap, itu diminta oleh komuniktor.
Menurut Marsetio Donosepoetro mengemukakan bahwa dalam proses komunikasi ada beberapa ketentuan, antara lain :
1. Karena komunikasi mempunyai suatu maksud, maka suatu messege atau stimulus selalu ditujukan kepada sekumpulan orang tertentu. Ini disebut penerima yang terntetu.
2. Komunikator berkeinginan menimbulkan suatu respon kepada penerima yang sesuai dengan maksud yang dibawakan oleh messege atau stimulus tertentu.
3. Suatu komunikasi dinyatakan berhasil jika respon yang timbul pada penerima, sesuai dengan maksud komunikasi
Dalam melaksanakan suatu program pendidikan aktivitas menyebarkan, menyampaikan gagasan-gagasan dan maksud-maksud ke seluruh struktur organisasi sangat penting. Proses komunikasi dalam menyampaikan suatu tujuan lebih dari pada sekedar menyalurkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dan maksud-maksud secara lisan atau tertulis.
Komunikasi secara lisan pada umumnya lebih mendatangkan hasil dan pengertian yang jelas dari pada secara tertulis. Demikian pula komunikasi secara informal dan secara formal mendatangkan hasil yang berbeda pengaruh dan kejelasannya.
Terjadinya proses komunikasi dalam organisasi atau lembaga itu bisa terjadi secara formal maupun secara informal, sebagai mana menurut Oteng Sutisna mengemukan bahwa “Komunikasi formal terjadi, dalam memilih informasi untuk keperluan pelaporan, penyimpangan bias dengan mudah menyelinap. Selanjutnya biasanya orang ingin mendengar laporan-laporan yang menyenangkan. Akibatnya ialah sering pemindahan informasi yang diperindah atau dibiaskan.” Dalam struktur komunikasi harus adanya suatu jaminan informasi dan pikiran-pikiran akan mengalir bebas ke semua arah yang diperlukan, baik itu ke bawah, ke atas, dann ke samping. Satu saluran komunikasi formal tertentu atau lebih ke dan dari setiap personal atau anggota adalah perlu. Saluran-saluran itu hendaknya perlu dipahami oleh setiap anggota. Garis-garis komunikasi hendaknya dibuat sependek dan selangsung mungkin. Hendaknya mungkin bagi semua anggota untuk bertindak sebagai sumber komunikasi maupun sebagai penerima.
Selanjutnya menurut Maman Ukas bahwa “Komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak resmi dan terjadinya pada saat organisasi saling bertukar pikiran, saran ide, atau informasi secara pribadi.” Komunikasi informal ini tentunya dengan cara melakukan pendekatan secara kekeluargaan atau hubungan sosial tidak secara formal.
Menurut Oteng Sutisna bahwa “Sistem komunikasi informal menyalurkan informasi dan pikiran-pikiran penting yang tak terpikirkan orang untuk disalurkan secara formal, memupuk ikatan dan persahabatan yang membantu bagi hubungan-hubungan insani yang baik.”
Jika komunikator menaruh perhatian kepada saluran-saluran komunikasi informal, ia akan mengetahui kepentingan dan perhatian personil serta sikap mereka terhadap organisasi dan masalah-masalahnya, lagi pula komunikasi informal itu membawa kepada putusan-putusan yang dibuat di antara orang-orang pada tahap organisasi yang sama.
Dalam kegitan suatu organisasi atau lembaga khusunya dalam hal pengelolaan pendidikan tentunya tidak terlepas dengan komunikasi. Oleh sebab itu suatu manajemen pendidikan akan berhasil apabilla terjadinya suatu proses komunikasi yang baik dan sesuai dengan harapan, di mana gagasan-gagasan atau ide dibahas dalam suatu musyawarah antara komunikator dengan komunikan, sehingga terjadi pemahaman tentang informasi atau segala sesuatu hal menjadi pokok dari pembahasan untuk mengarah pada kesepakatan dan kesatuan dalam pendapat.
Berdasarkan hal tersebut, bahwa tujuan dari suatu organisasi atau instansi tentunya dapat tercapai secara optimal apabila proses komunikasinya lancar tanpa adanya suatu hambatan, walaupun ada hambatan, maka komunikator dan komunikan harus dengan cermat segera mengatasi permasalahan yang menyebabkan terjadi suatu hambatan, sehingga proses komunikasi dapat berlangsung.
Dalam prosesnya komunikasi itu terbagai dalam 2 macam komunikasi, yaitu komunikasi aktif dan komunikasi pasit. Komunikasi aktif merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung dengan aktif antara komunikator dengan komunikan, di manan antara keduanya sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik di antara keduanya. Sedangkan komunikasi pasif terjadi di mana komunikator menyampaikan informasi atau ide terhadap halayaknya atau komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi komunikan tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan respon atau timbal balik dari proses komunikasi.







BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Komunikasi ialah proses menyalurkan informasi, ide, penjeleasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke orang lain atau dari kelompok ke kelompok. Ia adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang-orang dan kelompok-kelompok di dalam suatu
Komunikasi merupakan suatu yang sangat pokok yang dalam prosesnya ada tujuan komunikasi, yaitu :
1. Menentapkan dan menyebarkan maksud dari pada suatu usaha.
2. Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan.
3. Mengorganisasikan sumber-sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti efektif dan efisien.
4. Memilih, mengembangkan, menilai anggota organisasi.
5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang mau memberikan kontribusi.
6. samping tujuan tersebut, unsur-unsur komunikasi meliputi ; harus ada suatu sumber, harus ada suatu maksud atau tujuan, adanya suatu berita atau informasi, harus ada suatu saluran atau media komunikasi, dan harus ada penerima berita.
Sesuai dengan tujuannya bahwa terjadinya komunikasi mempunyai beberapa fungsi, antara lain : fungsi informasi, fungsi komando akan perintah, fungsi mempengaruhi dan penyaluran, dan fungsi integrasi.
Proses komunikasi dalam organisasi atau lembaga itu bisa terjadi secara formal maupun secara informal. Satu saluran komunikasi formal tertentu atau lebih ke dan dari setiap personal atau anggota adalah perlu. Saluran-saluran itu hendaknya perlu dipahami oleh setiap anggota. Garis-garis komunikasi hendaknya dibuat sependek dan selangsung mungkin. Hendaknya mungkin bagi semua anggota untuk bertindak sebagai sumber komunikasi maupun sebagai penerima.
Sistem komunikasi informal menyalurkan informasi dan pikiran-pikiran penting yang tak terpikirkan orang untuk disalurkan secara formal, memupuk ikatan dan persahabatan yang membantu bagi hubungan-hubungan insani yang baik.
Proses komunikasi akan efektif apabila komunikator melakukan perananya, sehingga terjadinya suatu proses komunikasi yang baik dan sesuai dengan harapan, di mana gagasan-gagasan atau ide dibahas dalam suatu musyawarah antara komunikator dengan komunikan, dan terjadi pemahaman tentang informasi atau segala sesuatu hal menjadi pokok dari pembahasan untuk mengarah pada kesepakatan dan kesatuan dalam pendapat. Selanjutnya bahwa dalam proses komunikasi terbagai dalam dua macam, yang meliputi komunikasi aktif dan komunikasi pasif.

B. Saran-Sara
Berdasarkan pada uraian tersebut, maka penulis menyampaikan saran-saran yang berkaitan dengan proses komunikasi dalam manajemen pendidikan sebagai berikut:
1. Komunikator hendaknya memiliki kemampuan dalam proses penyampaian informasi, dan menggunakan saluran atau alat bantu komunikasi sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat efektif dan efisien.
2. Komunikan hendaknya mememahi keberadaannya sebagai penerima pesan atau informasi.
3. Dalam proses komunikasi hendaknya terjalin kerjasama yang baik, sehingga kegiatan komunikasi terjadi aktif tidak pasif, sehingga terjadinya timbal balik dan tercapainya tujuan yang telah diteapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang : Bumi Aksara, 1994).
Dadang Sulaeman dan Sunaryo, Psikologi Pendidikan, (Bandung : IKIP Bandung, 1983).
I.Nyoman Bertha, Filsafat dan Teori Pendidikan, (Bandung : FIP IKIP Bandung, 1983).
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber-Sumber Benih Kecerdasan, 1981).
Maman Suherman, Pengembangan Sarana Belajar, (Jakarta : Karunia, 1986).
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999).
Marsetio Donosepoetro, Manajemen dalam Pengertian dan Pendidikan Berpikir, (Surabaya : 1982).
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Konteporer, (Bandung : Alfabeta, 2005)
















MAKALAH
SASARAN DAN SIFAT BIMBINGAN
DAN PENYULUHAN

Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Bimbingan Dan Konseling” yang dibina oleh : Lailatur Rahmah, M. Pd. I












Disusun oleh :
BADRUD TAMAM
F A R I D
KHOLIFUR R


JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
PAMEKASAN 2009


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja puji syukur kehadirat Allah azza wajallah karena dengan hidayah dan inayah-Nya kami di beri nikmat sehat sempat sehingga dapat menyusun makalah ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan keharibaan Nabi Muhammad nabi akihir zaman yang telah membawa kita dari gelapnya keprcayaan menuju cahaya tauhid yakni, imam dan islam.
Kami mengucapkan terima kasih yang tiada tara kepada ibu pembina yang telah dengan ikhlas membina kami. Kepada teman-teman yang telah ikut berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran-pemikirannya sehingga tersusunlah makalah ini dengan judul “SASARAN DAN SIFAT BIMBINGAN DAN PENYULUHAN” untuk memenuhi tugas mata kuliah mata kuliah bimbingan dan penyuluhan. Tiada dapat yang kami berikan sebagai balasan Allah membalas dengan sebaik-baiknya.




Pamekasan, 03-Maret-2009




Penyusun







DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian 2
B. Sasaran dan sifat bimbingan dan penyuluhan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran dan Kritik
DAFTAR PUSTAKA

















BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Sekolah adalah lembaga untuk mendidik peserta yang ada di dalam lembaga tersebut. Dalam struktur kelembagaan sekolah dipimpin oleh kepala sekolah. Kepala sekolah bertugas untuk mengawasi seluruh kenerja bawahannya, entah itu waka kurikulum, bendahara, sekretaris, BP dan lain-lain. Oleh karena itu, makalah ini berjudul “Sasaran Dan Sifat Bimbingan Dan Penyuluhan” maka yang akan kami bahas adalah bimbignan dan penyuluhan
Bimbingan dan penyuluhan atau yang biasa disebut konseling merupakan kegiatan pelayanan bagi peserta didik yang sangat penting artinya untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan pendidikan layanan yang diberikan dapat berfungsi sebagai upaya pencegahan (preventif) perkembangan dan perbaikan (kuratif)
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas adalah :
a. Sifat bimbingan dan penyuluhan (konseling)
b. Sasaran bimbingan dan penyuluhan (konseling)












BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian bimbingan dan penyuluhan
Bimbingan dan penyuluhan (konseling) merupakan pelayanan bagi peserta didik yang sangat penting artinya untuk membantu menunjang kelancaran penyelenggaraan pendidikan dalam hubungan ini, bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada siswa agar masing-masing dapat berkembang secara optimal. Layanan yang diberikan dapat berfungsi sebagai upaya pencegahan (preventif), perkembangan dan perbaikan (kuratif).
Pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling disekolah ditujukan pada pribadi siswa secara perseorangan dengan harapan dapat mengembangkan kemampuan individu secara optimal.
B. Sasaran dan sifat bimbingan dan penyuluhan
Sasaran BP meliputi dua hal:
1. Anak didik
- Hubungan anak didik dengan sekolah
- Hubungan anak didik dengan keluarga
- s
- Hubungan anak didik dengan masyarakat
2. Gedung
- Ruang Kepsek
- Kelas
- Lapanagan sekolah
- Musholla
- Lab
- Perpustakaan
- Kantin
Bimbingan dan penyuluhan bersifat mencegah (preventif) pengembangan dan perbaikan (kuratif), artinya bertugas mencgah anak didik agar tidak terjerumus kedalam hal-hal yang menggangu/ menghambat tujuan dari pendidikan, melakukan pengembangan-pengembangan bakat anak didik dan mengarahkan atau memperbaiki apabila anak didik melakukan kekeliruan.
Sedangkan sasaran BP itu sendiri ada beberapa tahapan :
3. Pengungkapan, Pengenalan Dan Penerimaan Diri
Kesadaran tentang diri sendiri ini akan tercapai bila kemampuan pengungkapan diri dapat berkembang dengan baik, hasil pengungkapan diri dapat berkembang dengan baik. Hasil pengungkapan diri yang obyektif merupakan dasar yang sehat untuk mengenal diri sendiri bagaimana adanya.
4. Pengungkapan, Pengenalan Dan Penerimaan Lingkungan
Ada kecendrungan bahwa seorang individu dewasa tidak hanya dituntut untuk mengenal diri sendiri, melainkan juga untuk mengenal lingkungannya, pribadi yang sehat selalu beersifat positif terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungannya, sehingga membawa keuntungan timbal balik antara individu dan lingkungannya.
5. Pengambilan Keputusan
Setelah siswa mampu mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya tahap berikutnya adalah pembinaan kemampuan untuk mengambil keputusan yang bertujuan agar individu yang di bimbing mampu mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.
6. Pengarahan Diri
Pengarahan diri ini dapat berupa latihan-latihan secara tekun, mengikuti responsi dengan rajin, berkonsultasi kepada guru dan sebagainya.
7. Perwujudan Diri
Kemampuan mewujudkan diri merupakan salah satu tujuan akhir dari usaha bimbingan dan konseling. Setiap individu hendaknya mampu mewujudkan diri sendiri sesuia dengan bakat, minat, kemampuan dasar dan kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya. Kemampuan mewujudkan diri akan menunjang terwujudnya insan mandiri, betanggung jawab bersemangat, kreatif dan sebagainya.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan dan penyaluran bersifat mencegah (preventif), pengembangan dan perbaikan (kuratif)
Sasaran bimbingan dan penyuluhan ada 5 tahapan
 Pengungkapan, pengenalan, dan penerimaan diri
 Pengungkapan, pengenalan, dan penerimaan lingkungan
 Pengambilan keputusan
 Pengarahan diri
 Perwujudan diri
B. Saran dan Kritik
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun ini, sangat jauh dari kesempurnaan dan harapan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan sebagai motivasi bagi kami untuk makalah selanjutnya.















DAFTAR PUSTAKA

-Abu Ahmad.,Drs.H.bimbingan dan penyuluhan di sekolah,penerbit CV.Toha Putra,Semarang
-Anastasi.,Anne,Psychological Testing,Callier Macmillan.Canada lac,1982
-Ketut Sukardi.,Drs.D.Dasar-Dasar Bimbingan dan penyuluhan da sekolah.Penerbit.Usaha Nasional.Surabaya.









HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah tuhan semesta alam,sholawat serta salam semoga tetap di limpahkan kepada rasulullah saw. Penulis bersukur kepada ilahi rabbi yang telah memberikan hidayah dan taufiknya kepada penulis sehingga makalah ini yang berjudul HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM dapat terselesaikan.

Dengan terselesainya makalah ini di harapkan kepada teman-teman mahasiswa dapat memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang di kaji dalam makalah in, antara lain agar kita mempunyai kepribadian yang sesuai dengan nilai nilai luhur bangsa. Di smaping mempunyai pengetahuan yang memadai, sehingga teman-teman dapat memahami masalah-masalah esensi manusi secara interdisipliner serta mampu mengembangka wawasan dan kepekaan tehadap kehidupan social.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kehilafan. Oleh karna itu, kepada teman-teman dan dosen khususnya, penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi kita(mahasiswa) dan masyarakat umumnya. Amin ya rabbal alamin…!!








penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
BAB II 4
PEMBAHASAN 4
Hakikat manusia dalam islam 4
A. Pendidikan sebagai kebutuhan bagi manusia 4
B. Pendidikan dalam sudut pandang islam 5
BAB III 7
KESIMPULAN 7
DAFTAR PUSTAKA 8












BAB I
PENDAHULUAN

Penulis sadari bahwa selesainya maalah ini tidak lepas dari kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maa di harapkan kepada teman teman mahasiswa dan bapak dosen khususnya untuk memberikan saran dan kritik konstruktif demi kebaikan makalah ini.
Tiada lain motif makalah ini, supaya teman teman dapat memahami hal hal yang berkaitan dengan materi yang akan di bahas dalam makalah ini agar bisa memberikan dan menciptakan pemahaman yang menguntungkan bagi kehidupan seseorang.baik secara konkrit maupun abstrak. Sebagai pribadi, masing masing dari kita dapat mengambil manfaat dari bahasan makalah ini untuk mengembangkan pribadi yang dinamis dan kreatif yang mampu mengubah diri dan alam sekitar untuk mencapai kemampuan dan keberhasilan dalam kehidupan yang nyata.
Akhirnya kami berharap, semoga maalah ini dapat dapat memberikan sedikit kontribusi bagi ummat manusia dalam memanivestasikan kehidpan bangsa yang lebih maju dan sejahtera.














BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM
Menurut tinjaun islam manusia adalah pribadi/individu, yang berkeluarga dan selalu bersilaturrahmi dan pengabdi tuhan. Manusia juga adalah pemiliharaan islam sekitar, wakil allah SWT. Di atas permukaan ini (Muntasir,1985:5).Manusia Dalam Pandangan islam selalu berkaitan dengan kisah tersendiri, tidak hanya sebagai hewan tingkat tinggi yang berkukuh pipih, berjalan dua kaki, berbicara. Islam memandang manusia sebagi makhluk sempurna dibandingkan dengan hewan dan makhluk cipataan Tuhan yang lain, Karena manusia di suruh mengggunakan akalnya dan inderanya agar tidak memahami mana kebenaran yang sesungguhnya dan mana yang di benarkan, atau di anggap benar (Jalaluddin &Usman Said,1994:28).

Islam berpandangan bahwa Hakikat manusia merupakan perakitan antara badan dan ruh. Islam dengan tegas mengatakan bahwa kedua substansi ini adalah substansi alam (Zuhairini:75). Islam Memandang permasalahan roh/ruh merupakan sesuatu hal yang terbatas untuk di pelajari secara mendalam (Q.S, 17:85). Hal itu menjadi landasan bukti walaupun banyak ilmu yang telah di miliki oleh manusia, namun sampai kapan pun ia tidak akan melebihi tuhannya, dalam kaitan masalah ruh (Basalamah,1993:155)

Itulah yang membedakan hasil yang telah dicapai islam dari segala system kerohaniannya yang tampak pada manusia adalah sosok tubuhnya, pada hal efektifitas dirinya bersumber pada atau ruh. Karena itu hidup seorang muslim haruslah diarahkan atas kerja sama yang sempurna antara kepentingan dan kebutuhan jasmani-rohani.

A. Pendidikan Sebagai Kebutuhan Bagi Manusia
Manusia adalah makhluk terbaik dan terindah ciptaan tuhan (allah), di samping juga menciptakan jin, syetan, tumbuhan dan hewan. Manusia mempunyai keistemeaan dari pada mahkluk-makhluk yang lain, ia di ciptakan oleh allah SWT begitu sempurna dan kesempurnaan ini manusia dapat meninggalkan kehidupannya. Dengan berikir dan bernalar adalah bentuk kegiatan akal manusia melalui pengetahuan yang kita terima melalui panca indra di olah dan di tujukan untuk mencapai satu kebenaran. Di antara makhluk tuhan yang bisa mengembangkan keintelektualnya hanyalah manusia, dalam rangka bentukan manusia yang utuh yaitu manusia yang ahli dalam bidangnya, berkembang pula segi-sgi lainnya. Bagi manusia dalam kehidupan ini tidak terlepas dari alam dan masalah. Maka dari itu manusia harus dapat atau bisa memahami alam tempat manusia hidup ini dan memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-hukum alm. Selain manusia harus tau dan memahamibagaiman memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat empiris.

Manusia mempunyai pengetahuan alam dan hubungan antara manusia dengan alam serta tekhnologi, untuk Mengetahui dan mengembangkan keintelektualan manusia. Manusia sejak lahir sudah di perkenalkan dengan yang namanya “PENDIDIKAN”. Pendidikan adalah suatu saranauntuk mencapai mausia yang utuh. Manusia sebagai makhluk yang unik dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Dalam kehidupan ini pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia, karna manusia harus berknbang dan mengalami evolusi. Manusia sebagai makhluk hidup tidak langsung cerdas dan berilmu serta bertekhnologi. Bumi sebagai tempat manusia memiliki keterbatasan daya dukung. Agar bumi tetap memiliki daya dukung yang tinggi dan stabil, perlu di jaga keseimbangannya. Penjagaan kesimbangan memerlukan pemahaman lingkungan manusia dan dampak kemajuan tekhnologi. Dalam kemajuan tekhnologi dan tuntutan manusia yang berkembang lahirlah alat-alat yang lebih memudahkan dan menyenangkan manusia, misalnya elektronika, alat transportasi yang cepat dan lain-lai.

Maka dari itu, pendidikan adalah kebutuhan utama bagi manusia untuk memahami, mengembangkan, dan memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-hukum islam dan hukum-hukum alam.

B. Pendidikan Dalam Sudut Pandang Islam
Menurut NOOR SYAM, pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai terutama yang meliputi kualitas kecerdasan, nilai ilmiah, nilai moral, dan nilai agama yang kesemuanya tersinpul di dalam tujuan pendidikan, yakni membina kepribadian ideal tujuan pendidikan, baik itu pada isinya ataupun rumusannya tidak akan mungkin dapat kita terapkan tanpt pengertian dan pengetahuan yang tepat tentang nilai-nilai.membahas tentang nilai-nilai pendidikan akan lebih jelas kalau dilihat melalui rumusan dan uraian tentang tujuan pendidikan itu yang tersimpul dari semua nilai pendidikan yang hendak diwujudkan di dalam pribadi anak didik.

Manusia adalah makhluk religius yang dengan pernyataan itu mewajibkan manusia memperlakukan agama sebagai suatu kebenaran yang harus dipatuhi dan diyakini (muhaimin,1989:69). Untuk itu, adal;ah sangat pentiang membanguin manusia yang sanggup melakukan pembangunan Duniawi, yang mempunyai arti bagi hidup pribadi di akhirat kelak. Dengan kata lain, usaha ilmu tersebut dalam rangka pembinaan manusia ideal merupakan program utama dalam pendidikan modern (pendidikan yang lebih maju) pada masa-masa sekarang ini pada perjalanan proses pendidikan, peranan efektif terhadap pembinaan kepribadian manusia mulai dilahirkan. Dalam kaitan ini perlu ditinjau tentang teori Nativisme, Empirisme dan konfergensi. Pada dasarnya tujan pendidikan secara umum adalah untuk membina kepribadian manusia secara sempurna













BAB III
KESIMPULAN
HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM
Menurut tinjaun islam manusia adalah pribadi/individu, yang berkeluarga dan selalu bersilaturrahmi dan pengabdi tuhan. Manusia juga adalah pemiliharaan islam sekitar, wakil allah SWT. Di atas permukaan ini (Muntasir,1985:5).Manusia Dalam Pandangan islam selalu berkaitan dengan kisah tersendiri, tidak hanya sebagai hewan tingkat tinggi yang berkukuh pipih, berjalan dua kaki, berbicara. Islam memandang manusia sebagi makhluk sempurna dibandingkan dengan hewan dan makhluk cipataan Tuhan yang lain, Karena manusia di suruh mengggunakan akalnya dan inderanya agar tidak memahami mana kebenaran yang sesungguhnya dan mana yang di benarkan, atau di anggap benar (Jalaluddin &Usman Said,1994:28)
.
A. Pendidikan Sebagai Kebutuhan Bagi Manusia
Manusia adalah makhluk terbaik dan terindah ciptaan tuhan (allah), di samping juga menciptakan jin, syetan, tumbuhan dan hewan. Manusia mempunyai keistemeaan dari pada mahkluk-makhluk yang lain, ia di ciptakan oleh allah SWT begitu sempurna dan kesempurnaan ini manusia dapat meninggalkan kehidupannya. Dengan berikir dan bernalar adalah bentuk kegiatan akal manusia melalui pengetahuan yang kita terima melalui panca indra di olah dan di tujukan untuk mencapai satu kebenaran.

B. Pendidikan Sebagai Kebutuhan Bagi Manusia
Manusia adalah makhluk terbaik dan terindah ciptaan tuhan (allah), di samping juga menciptakan jin, syetan, tumbuhan dan hewan. Manusia mempunyai keistemeaan dari pada mahkluk-makhluk yang lain, ia di ciptakan oleh allah SWT begitu sempurna dan kesempurnaan ini manusia dapat meninggalkan kehidupannya. Dengan berikir dan bernalar adalah bentuk kegiatan akal manusia melalui pengetahuan yang kita terima melalui panca indra di olah dan di tujukan untuk mencapai satu kebenaran.



DAFTAR PUSTAKA

o Filsafat Pendidikan Islam manusia, filsafat dan pendidikan. Prof. Dr. H. JALALUDDIN. Drs .ABDULLAH Idi. M.Ed
o ZUHAIRI, Filsafat Pendidikan Islam, Bina Aksara, Jakarta, 1991
o AL-SYAIBANI, O.A.M, 1979, Filsafat Pendidikan Islam , Alih Bahasa Tanggulung, Bukan Bintang, Jakarta.





MAKALAH
HUBUNGAN ANTARA SABAR, SUKUR SAN IKHLAS

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji ke hadirat allah swt. Yang telah memberikan taufik dan inayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan Antara Sabar, Sukur san Ikhlas” walaupun hanya sesederhana mungkin.

Shalawat dan salamnya semoga tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad saw. Sebagai penerang dunia yang telah mampu menciptKn revolusi total dalam sejarahperadan dunia pada saat ini. Dankami banyak ucapkan banak terima kasih kepada semua teman-teman yang telah ikut berpartisipasi dalam menyelsaikan makalah ini. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat pada teman-teman, pembaca dan utamanya pada penulis


























DAFTAR PUSTAKA


KATA PENGANTAR i
DAFTAR PUSTAKA ii

BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN 2
1. Pengartian Sabar 2
2. Sabar dan Sukur 2
3. Sabar dan Ikhlas 4
4. Tingkatan Kesabaran 4

BAB III PENUTUP 7
1. Kesimpulan 7

DAFTAR PUSTAKA 8




















BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar” (Qs.11:11).

”Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang orang yang sabar” (Qs.8:66)

Nasehat hati diatas bisa ditemui dalam pedoman hidup (way of life) umat Islam, Al-qur’an jauh-jauh hari telah memperingatkan kepada kita bahwa dalam menjalani hidup ini tidak semua berjalan mulus seperti apa yang kita inginkan, ada kendala, rintangan, cobaan yang beraneka ragam yang membuat kita sebagai makhluk yang dhoif terkadang mengeluh, putus asa, kurang percaya diri untuk menjalani hidup ini, tidak bersemagat dan lain sebagai, sehingga peran kita sebagai khalifah fil ardhi tidak berjalan. Biarlah kejadian/peristiwa itu terjadi tetapi yang perlu kita lakukan adalah menata hati menghadapi perstiwa yang sedang terjadi. Salah satu trik dan sekaligus solusi yang diajarkan Islam adalah dengan sabar.
Abu Hurairah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. pernah bersabda “Tiada seorang muslim pun yang tidak mengalami penderitaan, kesiksaan, kebimbangan, dukacita, kemelaratan dan kesedihan sehingga cucukan duri yang mengenainya melainkan dihapuskan oleh Allah sebahagian daripada kesalahannya. (QS:Al-Imran:200). Kendala, problem, cobaan atau apapun namanya itu adalah keniscayaan bagi manusia hidup didunia.
Sabar terkadang masih jarang orang mampu melakukannya, dan juga terkadang salah penempatannya, sehingga menyebabkan kita salah dalam menjalani hidup ini, sabar seolah menjadi justifikasi untuk terima apa adanya, menyerah kepada keadaan, menyerahkan semua permasalahan kepada Allah tanpa adanya ikhtiar, dengan argumen ”ini semua sudah kehendak-Nya, kita sabar aja menjalaninya” kesalahan pemahaman menyebabkan tidak kreatif, solitif, progresif dalam menghadapai permasalahan. Lalu bagaimana sikap sabar seharusnya?
2. Rumusan Masalah
a. Apakah manusia bisa mempunyai rasa sifat sukur, ikhlas dan sabar yang sebenarnya?
b. Bagaimana caranya supaya bisa mempunyai sifat ikhlas?
c. Apakah seseorang bisa sabar terhadap cobaan yang selalu di berikan oleh Allah?




BAB II PEMBAHASAN
HUBUNGAN SABAR , SUKUR DAN IKHLAS

1. Pengertian Sabar
Sabar berarti menahan diri dalam menanggung suatu penderitaan, baik dalam menemukan sesuatu yang tidak diingini ataupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi” menurut al-Ghazali (1058-1111), ”sabar adalah suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuh atas dorongan ajaran Islam”, sehingga sabar merupakan salah satu maqam (tingkatan) yang harus dijalani mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam maqam yang harus dilalui, biasanya maqam sabar diletakkan sesudah zuhud. Keberhasilannya dalam maqam zuhud akan membawa ke maqam sabar. Dalam maqam sabar ini ia tida lagi tergoncang oleh penderitaan dan hatinya sudah betul teguh dalam menghadapi cobaan dari Allah SWT.
Sabar mempunyai tiga unsur, yaitu; Ilmu, hâl, dan amal. Yang dimaksud dengan ilmu adalah pengetahuan atau kesadaran bahwa sadar itu mengandung kemaslahatan dalam agama dan memberi manfaat bagi seseorang dalam menghadapi segala problem kehidupan. Pengetahuan yang demikian seterusnya menjadi milik hati. Keadaan hati yang memiliki pengetahuan yang demikian disebut hal. kemudian hal tersebut terwujud dalam tingkah laku. Terwujudnya tingah laku disebut dengan amal. Al-Ghozali mengumpamakan tiga unsur kesabaran itu laksana sebatang pohon. Ilmu adalah batangnya, hal cabangnya dan amal saleh adalah buahnya.

2. Sabar dan Syukur
Secara kebahasaan, ‘Asy-Syukr’ berarti ‘ucapan’, ‘perbuatan’, ‘sikap terima kasih’ (al-hamd), dan ‘pujian’. Dalam ilmu tasawuf istilah ‘syukur’ berarti ‘ucapan, sikap, dan perbuiata terima kasih kepada Allah SWT dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikan-Nya. Menurut al-Ghozali syukur merupakan salah satu maqam (statiun/stage) yang lebih tinggi dari sabar, khauf/takut) kepada Allah SWT, dan lain-lain. Cara bersyukur ada tiga, 1) bersyukur dengan hati, 2) bersyukur dengan lidah, dan 3) bersyukur dengan amal perbuatan.
Sesungguhnya iman itu terdiri atas dua bagian: sebagian sabar dan sebagian syukur. Keduanya merupakan dua sifat dari sifat-sifat Allah dan dua nama dari al-asmaa-ul-husnaa, yaitu; ash-Shabuur dan asy-Syakuur. Maka kebodohan terhadap hakikat sabar dan syukur, sebenarnya adalah kebodohan daripada sifat-sifat-Nya. Allah telah menyifatkan orang-orang yang sabar, dengan beberapa sifat. Ia menambahkan lebih banyak derajat dan kebajikan kepada sabar. Ia menjadikan derajat dan kebajikan itu sebagai hasil (buah) dari sabar.. Allah berfirman:”Dan Kami jadikan di antara mereka itu beberapa pemimpin yang akan memberikan pimpinan dengan perintah Kami, yaitu ketika mereka berhati teguh (sabar). (QS. As-Sajadah : 24).
Orang tidak bisa dikatakan bersabar kalau dia tidak bersyukur dan begitu juga sebaliknya, orang tidak bisa dikatakan bersyukur kalau tidak bersabar. Ketika mendapat nikmat dia bersyukur dengan kesabarannya, artinya perilaku menikmati kenikmatan tetap terkontrol, begitu juga ketika mendapat cobaan, kondisi itu tetap disyukuri karena dia beranggapan “ini adalah nikmat yang terbesar yang pernah aku dapatkan". Apabila sabar dipandang dari sudut praktek yang menjadi pengejawentahan dari iman, ditemui dua hal yang bertentangan, yaitu manfaat dan mudarat. Dalam menghadapi manfaat, seorang muslim diperintahkan bersyukur dan dalam menghadapai mudarat diperintahkan bersabar. Dari sudut ini sabar juga merupakan sebagian dari iman, dan sebagiannya lagi adalah syukur
Seseorang yang pandai bersyukur akan senantiasa bertahtakan kesabaran, meski berada dalam ujian penderitaan. Apapun yang kemudian mereka dapatkan, mereka kembalikan kepada yang memberikan semua itu. Allah SWT sendiri memberi tanda kepada golongan orang-orang seperti ini, sebagaimana firman-Nya: "(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan 'Inna lillaahi wa Inna Ilaihi Raaji'uun'" (Al-Baqarah:156).
Berbagai sarana telah disediakan bagi tumbuhnya rasa syukur dan sabar dalam diri, baik berupa kenikmatan ataupun ujian, bertafakkur terhadapnya, ambil nilai hikmah, evaluasi diri dan melihat dari dekat ujian yang ditimpakan pada para mustad'afiin (sebagai Contoh), tuntutan menyempurnakan ikhtiar, selalu husnuzhan kepada Allah, jangan berputus asa dari rahmad-Nya. Keterbatasan harta, bagi mereka bukan sebuah bencana, kondisi fisik yang kurang sempurna bukanlah yang akan menghancurkan hidupnya, tetapi lebih merupakan ujian yang dijanjikan Allah Swt yang akan berbuah pada meningkatnya kualitas (kesadaran) iman, sehingga hidup tetap optimis untuk maju, bukan malah menyerah pada keadaaan dengan mengatakan “ini sudah takdir” atau “ saya sabar terima kondisi ini” tanpa sedikitpun melakukan perubahan. Orang yang sabar ketika dalam kesusahan tidak akan tampak padanya penyesalan dalam penderitaan, rasa putus asa dalam ujian, ingin berontak ketika diharuskan taat pada syari'at Tak ada kebencian di antara mereka. Kalaupun mereka menemukan hal, yang satu sama lain kurang berkenan, mereka akan lebih memilih saling memberikan taushiah (berwasiat) dengan penuh kebenaran dan kesabaran (QS.Al-Ashr:3)
Syukur berarti memaksimalkan potensi yang ada, punya fisik yang sempurna digunakan dengan baik, indra yang diberikan akan maksimal jika kita menyadari akan potensinya, kondisi sadar atas kepemilikan diri adalah konsep syukur, begitu juga kita diberi umur, kesehatan digunakan dengan baik, harta yang pas-pas-an digunakan se-efektif dan se-efisien mungkin, jika tidak mendapatkan itu semua manajemen selanjutnya adalah sabar dengan tetap memperhatikan potensi diri, memahami kondisinya, tetap stabil tidak larut dalam kesedihan atau kesenangan, tidak mudah putuh asa yang mengakibatkan stres atau depresi yang akan menimbulkan prilaku negatif, merugikan diri sendir bahkan orang lain, jadi bukan sabar yang ’bodoh’ tetapi penuh dengan kreatifitas, keteguhan, optimis jiwanya, tidak gampang terombang-ambing keadaan, Itulah kesadaran kita tetap on line dan tetap ter-up grade, yang memungkinkan untuk mengambil ketutusan dan tindakan secara bijaksana walaupun dalam situasi yang sulit sekalipun.
Orang yang tidak bisa bersabar dan bersyukur berarti dia dikejar tarjet diri sendiri, dia akan terpengaruh dengan lingkungan, dan yang demikian ini akan menyiksa kondisi psikologis dia. Kehidupanya dilingkupi kegelisahan, kehawatiran, mudah putus asa dan tidak optimis, takut miskin, takut hidup sengsara, takut hidup tidak terhormat, hidup pesimistis. Kasus korupsi tidak akan terjadi jika mengamalkan konsep ini. Firman Allah SWT:"...dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim:7). Ayat ini merupakan isyarat adanya penyakit psikologis manusia yang di hantui oleh rasa tidak puas dan gampang goyah, yang ada dan kita miliki di maksimalkan.

3. Sabar dan Ikhlas
Ikhlas adalah membersihkan sesuatu hingga bersih, ikhlas melakukan sesuatu karena Allah. Menurut para sufi Ikhlas merupakan syarat sah Ibadah, sedangkan menurut ahli fiqh tidak demikian, jika amal merupakan badan jasmani, ikhlas adalah jiwanya. Ikhlas juga berarti apa yang sekarang ini kita dapatkan adalah hasil tingkah laku yang dulu kita kerjakan.
Kesabaran mengandung keihlasan, kondisi yang tidak kita sukai menuntut kita untuk bersabar menerima keadaan itu tetapi juga kita dituntut untuk ikhlas menerima semua yang telah menimpa kita. Misalnya kita berusaha membantu kaum miskin, tetapi apa yang kita dapat malah kita terkena fitnah, kita dituduh memberikan uang suap kepada warga. Kita tidak boleh mengeluh dengan balasan yang kita terima yang tidak sebanding dengan pengorbanan kita, peristiwa yang tidak kita sukai kita harus sabar, dan usaha yang telah kita lakukan kita harus ikhlas. ”ya dasar nasib, berbuat baik malah dapat celaka” ungkapan ini tidak akan terjadi jika sikap sabar dan ikhlas ada dalam diri kita.
Ujian kesabaran terberat adalah ketika kita mendapatkan pujian. Ingat! Setiap pujian yang tidak dikembalikan kepada Allah itulah yang disebut ujub, atau kita mengaharapkan imbalan dengan menyebut-nyebutnya dari apa yang pernah kita lakukan itu riya’. Dan terkadang kita terjebak dengan sikap sombong. Etikanya, setiap kenikmatan yang kita dapatkan harus senantiasa dikembalikan kepada Allah, karena semuanya adalah pemberian dan milik Allah SWT, dan yang kita lakukan juga karena-Nya. Minimal dengan selalu mengucapkan ’hamdalah’ walau seharusnya dia mewujudkan rasa syukur itu dengan perbuatan dan keikhlas dengan tulus

4. Tingkatan Kesabaran
Nabi SAW membagi sabar atas tiga tingkatan, yaitu; Pertama (Terendah) kesabaran dalam menghadapi musibah, Kedua (pertengahan) kesabaran dalam mematuhi perintah Allah, dan ketiga (tertinggi) kesabaran dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat. (HR. Ibnu Abi ad-Dunia). hal ini menunjukan untuk menundukan diri dari nafsu adalah yang paling sulit, dan kebanyakan orang terjebak olehnya, misalnya orang tidak sabar dengan kemiskinan yang melanda dirinya akhirnya ia melakukan korupsi. Konsekuensi sulitnya kita bersabar, maka Allah SWT akan membalas kesabaran dengan pahala yang tidak terkira besarnya (QS.28:54 dan QS. 39; 10)
Hadis keutamaan sabar, diriwayatkan at-Tabrani, Nabi SAW bersabda, ”kalaulah kesabaran itu berwujud seorang lelaki, niscaya ia akan menjadi orang mulia dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.”dalam hadits lain diriwayatkan al-Tirmidi, disebutkan. ”sabar terhadap sesuatu yang engkau benci merupakan kebajikan yang besar”.
Diriwayatkan âl˜Athaâ dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat orang-orang Anshar, lalu beliau bertanya: Apakah kamu ini semua orang beriman?. Semua mereka diam. Maka menjawab Umar r.a.: “Ya, wahai Rasulullah!. Nabi s.a.w. lalu bertanya: Apakah tandanya keimanan kamu itu? Mereka menjawab: Kami bersyukur atas kelapangan. Kami bersabar atas cobaan. Dan kami rela dengan ketetapan Tuhan (qadha ). Lalu Nabi s.a.w. menjawab: Demi Tuhan pemilik Kaâbah! Benar kamu itu orang beriman!. Nabi s.a.w. bersabda: Pada kesabaran atas yang tidak engkau sukai itu banyak kebajikan. Isa Al-Masih a.s. berkata: Engkau sesungguhnya tiada akan memperoleh apa yang engkau sukai, selain dengan kesabaranmu atas apa yang tiada engkau sukai.
Adapun atsar, maka di antaranya ialah terdapat pada surat khalifah Umar bin al-Khatab r.a. kepada Abu Musa Al-Asyâri r.a., yang bunyinya di antara lain: “Haruslah engkau bersabar! dan ketahuilah, bahwa sabar itu dua; yang satu lebih utama dari yang lain: sabar pada waktu musibah itu baik, dan yang lebih baik daripadanya lagi, ialah sabar (menahan diri) dari yang diharamkan Allah Taâala. Dan ketahuilah, bahwa sabar itu yang memiliki iman. Yang demikian itu, adalah bahwa takwa itu kebajikan yang utama. Dan takwa itu diiringi dengan sabar. Ali r.a. berkata pula: Sabar itu dari iman, adalah seperti kedudukan kepala dari tubuh. Tidak ada tubuh bagi orang yang tidak mempunyai kepala. Dan tidak ada iman, bagi orang yang tiada mempunyai kesabaran.
Adalah Habib bin Abi Habib Al Bashari, apabila membaca ayat: ”Sesungguhnya dia (Ayub) kami dapati, seorang yang sabar. Seorang hamba yang amat baik. Sesungguhnya dia tetap kembali (kepada Tuhan)(QS. Shad : 44), lalu beliau menangis dan berkata: “Alangkah menakjubkan! Ia yang memberi dan Ia yang memujinya, sabar itu suatu maqam (tingkat) dari tingkat-tingkat agama dan suatu kedudukan dari kedudukan orang yang berjalan menuju kepada Allah (Shaalikiin). Dan semua maqam agama itu hanya dapat tersusun baik dari tiga hal: mâ’rifah, ahwal dan amal. Maka mâ’rifah itu adalah pokok, dialah yang mewariskan ahwal; dan ahwal itu yang membuahkan amal.Mâ’rifah itu adalah seperti pohon kayu, ahwal adalah seperti ranting, dan amal seperti buah, dan ini terdapat pada semua kedudukan para shaalikiin. Seperti demikian pula sabar. Tiada akan sempurna sabar itu selain dengan mârifah yang mendahuluinya dan dengan ahwal. Adapun insan itu, maka sesungguhnya ia diciptakan pada permulaan masa kecilnya tanpa keinginan selain keinginan makan. Kemudian lahirlah keinginan bermain, berhias, kemudian nafsu-kawin.
Dari hadis diatas sabar didudukkan sebagai sebuah kebaikan yang besar, karena dampak orang yang bersabar akan mampu mengontrol perilakunya kepada kebaikan, dengan catatan dengan pemahaman yang benar. Pemahaman konsep sabar memang harus disertai dengan konsep manajemen diri yang lain, misalnya tawakkal, Istiqomah, ikhtiar, ikhlas, zuhud, qonaah dan lain sebagainya, kesemuanya tidak bisa dipraktekan secara parsial.
Semoga kesabaran bisa kita dapat, semoga kita juga sabar menjalani proses ini untuk menuju ke pencerahan, sabar menempa diri untuk menjadi sng pembaharu. Amin. Wallahu a’lam bis sholab



































PENUTUP
1. Kesimpulan
Ada tiga jenis kesabaran; Pertama, sabar dalam menghadapi musibah. Kedua, sabar dalam melakukan ibadah. Ketiga, sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat.






M A K A L A H



TEORI COGNITIVISME


Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah MPDP Al-Qur’an dan Tafsir












Di Susun Oleh:
Farid
Taufiqurrahman
Lukmanul hakim



UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN
2009
BAB I

P ENDAHULUAN

Pengajaran dan pembelajaran telah memainkan peranan penting dalam pendidikan di negara kita Malaysia. Era ICT kini telah memajukan bidang pendidikan. Kalau dulu, guru-guru terikat dengan buku teks dan mengamalkan pengajaran dan pembelajaran ala 'chalk and talk' tetapi kini pengajaran dan pembelajaran boleh dilaksanakan secara atas talian atau menggunakan perisian pengajaran dan pembelajaran berbantukan computer (PPBK). Dalam pembinaan PPBK, seseorang guru perlu memahami psikologi pelajar dan proses pengajaran dan pembelajaran

Menurut Griffith W. Williams, psikologi bermaksud satu cabang penyiasatan saintifik tentang tingkah laku. James O. Whittaker menyatakan bahawa psikologi adalah aktiviti atau sains tingkah laku khususnya tingkah laku manusia. Atan Long (1976) menghuraikan psikologi pendidikan sebagai sains yang mengkaji tingkah laku pelajar dalam suasana pembelajaran dalam bilik darjah. Smith (1978) menjelaskan psikologi pendidikan sebagai kajian saintifik terhadap tingkah laku individu dalam pendidikan, termasuk prinsip-prinsip dan kaedah pengajaran dan pembelajaran yang digunakan untuk menyelesaikan masalah pendidikan. Ahli psikologi mungkin mengkaji tingkah laku secara saintifik, atau mereka mungkin menggunakan teori dan dapatan penyelidikan orang lain untuk masalah praktikal.

Pengajaran adalah sesuatu proses berkaitan dengan penyebaran ilmu pengetahuan atau kemahiran supaya pelajar-pelajar dapat mempelajari dan menguasainya dengan berkesan. Melalui pengajaran, pelajar berubah dari tidak tahu kepada tahu. Terdapat beberapa model pengajaran yang dipraktikkan oleh guru-guru pada masa kini. Mengikut Thomas F. Green, tujuan mengajar ialah menukar tingkah laku dan kelakukan pelajar melalui perolehan ilmu pengetahuan atau kepercayaan baru.
Pembelajaran merupakan satu proses berterusan. Menurut kamus dewan (1994), pembelajaran adalah usaha memperoleh ilmu pengetahuan, menuntut ilmu pengetahuan. Proses ini mengkehendaki pelajar melalui pengalaman seperti mendapat penerangan guru, membuat latihan bertulis atau amali sehingga berlaku perubahan dalam diri pelajar. Robert M. Gagne (1970) dalam bukunya 'The Condition of Learning' mendefinisikan pembelajaran sebagai perubahan tingkah laku atau kebolehan seseorang yang dapat dikekalkan, tidak termasuk perubahan yang disebabkan proses pertumbuhan. Menurut Mayer (1982), pembelajaran adalah perubahan kekal dalam pengetahuan seseorang melalui pengalaman. Driscoll (1994) menyebut bahawa pembelajaran adalah perubahan prestasi secara berterusan dalam diri manusia hasil dari interaksi pembelajaran dengan persekitaran. Oleh itu pembelajaran merupakan satu proses yang mengubah keadaan, sikap, pengetahuan manusia menerusi pengalaman. Ciri kekekalan terbentuk dari perubahan-perubahan ini.
Pada asasnya konsep pembelajaran berlandaskan teori-teori pembelajaran masa kini. Konsep Pembelajaran diperoleh manusia sejak kecil lagi sama ada secara formal atau tidak formal. Manusia menggunakan derianya seperti mata, hidung, mata, telinga bagi meyesuaikan diri dengan persekitaran. Teori-teori pembelajaran terdiri daripada kognitif, konstruktisme, behaviourisme dan 'Multiple Choices'. Proses pembelajaran berlaku secara berperingkat-peringkat. Tindakan mengamalkan pengalaman atau ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam proses pembelajaran merupakan satu perubahan tingkah laku manusia.















KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi allah tuhan penguasa jagat raya. Sholawat serta salamnya semoga tetap di limpahkan kepada revolusioner islam nabi Muhammad saw. Penulis bersyukur kepada ilahi rabbi yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga makalah ini yang berjudul TEORI COGNITIVISME dapat terselesaikan.
Dengan terselesainya makalah ini di harapkan kepada teman-teman mahasisiwa dapat memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan di kaji dalam makalah ini. Antara lain agar kita dapat memahami yang sebenarnya dan mengaplikasikan atau menghubungkan mata kuliah kita,di samping memiliki ilmu pengetahuan yang memadai, sehingga kita di harapkan dapat memahami masalah-masalah relegiusitas secara interdisipliner serta mampu mengembangkan wawasan dan kepekaan terhadap kehidupan yang serba baru ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekhilafan, oleh karna itu, kepada teman-teman dan bapak dosen khususnya, penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi kita mahasiswa dan masyarakat umumnya. Amin…!!!





Mengetahui



Penulis


DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
Kata pengantar
Daftar isi
BAB II
Pemabahasan
Teori Pembelajaran Kognitif
A. Skema
B. Asimilasi
C. Akomodasi
BAB III
Kesimpulan
Daftar Isi


















BAB II

PEMBAHASAN

Teori Pembelajaran Kognitif

Kognitif adalah berkaitan dengan proses mental yang melibatkan mengamati, mengetahui dan memahami. Ahli-ahli psikologi kognitif terdiri daripada Koffka, Kohler, Wertheimer Lewin, Piaget, Ausubel, Bruner, Reigeluth dan Gagne berpendapat bahawa pembelajaran ialah suatu proses dalaman yang berlaku dalam akal fikiran di mana ianya tidak dapat diperhatikan secara langsung daripada tingkah laku manusia. Proses dalaman ini termasuk celik akal, pemprosesan maklumat memori dan persepsi. Lokus pembelajaran menggunakan struktur dalaman kognitif. Tujuan adalah untuk perkembangan kapisiti dan kemahiran untuk belajar lebih baik. Rekabentuk dalam perisian PPBK adalah struktur kandungan aktiviti pembelajaran.

Mengikut teori Gestalt (bentuk, pola atau tatarajah), manusia mempunyai struktur kognitif di mana otak akan menyusun maklumat dalam ingatan dalam proses pembelajaran. Perkataan gestalt berasal daripada bahasa Jerman yang bermaksud bentuk, pola atau konfigurasi yang dipersepsi. Teori gestalt menyatakan terdapat dua aspek penting iaitu gestalt dan latar dalam pengamatan manusia. Gestalt dan latar boleh bertukar kedudukannya bergantung kepada salah satu aspek yang utama.

Apabila kita memberi perhatian kepada gestalt (bahagian putih), persepsi yang diperoleh ialah sebuah pasu bunga manakala jika perhatian ditumpu kepada latar (bahagian hitam) maka kita akan melihat sebagai dua muka orang.

Dua orang psikologi Jerman iaitu Kohler dan Koffka menggunakan pendekatan kognitif bagi mengkaji bagaimana sesekor cimpanzi menyelesaikan masalah untuk mendapatkan sebiji pisang yang tergantung di bumbung sangkarnya. Cimpanzi telah cuba untuk mendapatkan pisang tersebut namun gagal. Cimpanzi tersebut telah menyusun kotak-kotak yang terdapat di sangkarnya dan akhirnya ia berjaya memperoleh pisang tersebut. Menurut Kohler, persepsi perkaitan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah, dalam hal ini cimpanzi yang cuba mendapatkan pisang. Inilah celik akal. Celik akal adalah kebolehan mental yang mendorong manusia membuat persepsi perkaitan unsur-unsur dalam persekitaran secara tiba-tiba untuk membantu diri menyelesaikan masalah

Bruner (1973) mengemukakan Teori Pembentukan Konsep melalui proses pengkategorisasi perkara-perkara atau benda-benda yang mempunyai ciri-ciri yang sama.Konsep yang dinyatakan dikategori kepada tiga iaitu konsep konjuntif, konsep disjuntif dan konsep hubungan. Konsep konjuntif merujuk kepada konsep yang mempunyai dua atau beberapa atribut yang tergabung dan tidak dapat dipisahkan ataupun dikurangkan. Konsep disjuntif merujuk kepada atribut-atribut yang tergabung dalam konsep itu boleh digunakan dalam situasi ataupun situasi lain. Konsep hubungan pula merujuk kepada atribut-atribut dalam konsep mempunyai hubungan khas di antara satu sama lain.

Mengikut Piaget (1977) mengariskan tiga konsep Yaitu skema, asimilasi dan akomodasi yang dapat menjelaskan cara perkembangan mental terjadi.

A. Skema
Skema merupakan struktur mental di mana individu menyusun maklumat dan pengalaman yang diperolehi hasil daripada interaksi dengan persekitarannya. Struktur mental berubah dan boleh disesuaikan semasa berlakunya perkembangan mental dan pembelajaran. Skema digunakan untuk mengenal pasti, memproses dan menyimpan maklumat yang mengalir masuk malah boleh diertikan sebagai kategori-kategori di mana individu mengelas dan menyimpan maklumat spesifik serta pengalaman. Skema sebagai struktur perkembangan kognitif berubah menerusi proses asimilasi dan akomodasi.

B. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses kognitif di mana seorang pelajar mengintegerasikan maklumat dan Asimilasi

Asimilasi merupakan proses kognitif di mana seorang pelajar mengintegerasikan maklumat pengalaman baru dengan skema yang sedia ada. Proses ini melibatkan:
1. Sesuatu organisma makan makanan
2. Hadam makanan itu, dan
3. Asimilasikan atau tukarkan kepada bahan yang berguna kepada badan manusia.
Semasa pembelajaran, proses asimilasi berlaku hasil daripada interaksi pengalaman dengan skema yang ada. Skema berkembang dengan bertambahnya pengalaman baru tetapi struktur asasnya tidak berubah. Oleh itu, proses asimilasi cuba menempatkan dan membina konsep-konsep baru dengan bantuan skema yang ada. sedia ada apabila bertemu dengan konsep atau pengalaman baru. Jika proses asimilasi ini tidak secocok, dua kemungkinan boleh dilakukan.
1. Pelajar boleh bina satu skema baru berasaskan rangsangan itu
2. Skema yang ada boleh dipinda supaya rangsangan baru itu dapat disesuaikan.
Kedua-dua proses ini merupakan bentuk akomodasi.

C. Akomodasi
Akomodasi merupakan proses untuk meminda/menambah skema yang ada atau menghasilkan skema baru. Skema berubah hasil daripada pengalaman dan kerana itu bidang skema pelajar dewasa lebih luas daripada kanak-kanak. Seorang pelajar akan cuba mengasimilasikan dengan skema yang sedia ada apabila bertemu dengan konsep atau pengalaman baru. Jika proses asimilasi ini tidak secocok, dua kemungkinan boleh dilakukan.
1. Pelajar boleh bina satu skema baru berasaskan rangsangan itu.
2. Skema yang ada boleh dipinda supaya rangsangan baru itu dapat disesuaikan.
Kedua-dua proses ini merupakan bentuk akomodasi.










BAB III

KESIMPULAN

Ahli-ahli psikologi kognitif berpendapat pembelajaran adalah perubahan pengetahuan yang disimpan dalam ingatan. Ingatan manusia terbahagi kepada dua ciri penting iaitu maklumat yang ada dalam ingatan akan tersusun dan aktif. Ingatan tidak menerima sebarang maklumat dengan begitu mudah sebaliknya ingatan akan membuat sintesis terhadap maklumat, membuat pencarian dan menyusunnya menjadi maklumat baru. Maklumat tadi disepadukan dengan pengetahuan serta disimpan dalam ingatan.

Menurut Bell Gradler (1986), ingatan yang aktif membuat sintesis melibatkan tiga prosesYiaitu pemerhatian (attention), mengekod (encoding) dan penemuan(retrieval). Pemerhatian merujuk kepada proses memilih maklumat yang diterima dari persekitaran. Mengekod merujuk kepada proses menterjemah maklumat ke bentuk yang bermakna yang mudah diingati. Manakala penemuan merujuk kepada proses mengenalpasti dan memanggil semula maklumat bagi tujuan tertentu. Oleh itu seseorang individu akan mudah memanggil semula maklumat dari ingatan dan menggunakannya di situasi tertentu secara efektif.














DAFTAR PUSTAKA


 Psikologi (1920's - 1960's)
 John Watson (1878 - 1958)
 B.F. Skinner (1904 - 1990)





GADAI


Di ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliyah "Fiqih Munakahat”
Yana dibimbing Oleh: Ibu Ummu Kulsum. M.PdI












Di susun oleh:
ISTIANAH
KHOLIFUR RAHMAN
SYAFI’I




FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM MADURA
PAMEKASAN 2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang selalu memberikan Taufiq serta Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang di barikan oleh dosen pembimbing. Semoga hal ini akan membawa wawasan bagi penyusun khususnya dan pembaca umumnya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Serta seluruh keluarga dan para sahabatnya.

Makalah yang tersusun ini merupakan salah satu tugas yang diembankan dengan tujuan mengkaji untuk mengetahui lebih dalam apa yang di dapat dari mata kuliah ini. Penyusun menyadari bahwa keterbatasan itu milik segala hal, termasuk keterbatasan makalah ini, tapi kami berusaha menjadikan makalah ini semaksimal mungkin.

Akhirnya sebuah permohonan penyusun kapada Allah SWT. Semoga makalah ini bermamfaat bagi semuanya dan bisa merangsang inspirasi untuk mengembangkan wahana pengetahuan kita semua. Amin ya robbal a'lamin.






Pamekasan, 15 Desember 2008



Penyusun










DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Maslah
C. Tujuan
BAB II. PEMBAHASAN
A.Pengertian Rahn
B. Landasan Hukum
C. Syarat sahnya Rahn
D. Manfaat Barang Gadaian
E. Anak Barang Gadaian dan manfaat-manfaat gadaian
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA













BAB I

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang hidup dengan ketergantungan, dan memilki habitat yang selalu kurng dan tadak pernah merasa puas denga apa yang sudah di miliki dan di dapatkannya sehingga manusia banyak di temukan manusia selalu mengalami rasa kurang dan banyak permasalahan. oleh karena itu, diharapkan kepada semua mahasiswa untuk memahami semua hal-hal yang berkaitan dengan materi yang dikaji dalam makalah ini, agar memiliki kepribadian dan pengetahuan yang memadai dalam menghadapi tuntutan zaman dan menjawab semua problematika kehidupan secara dewasa.

B. Tujuan
Mengatasi masalah tanpa bermasalah


C. Rumusan Masalah

a. Syarat sahnya rahn
b. Memanfaatkan barang gadaian
c. Anak barang gadaian dan manfaat-manfaat gadaian
d. Batalnya rahn





















BAB II
PEMBAHASAN


1) PENGERTIAN.
Menurut bahasa, Rahn adalah tetap dan lestari. Seperti dikatakan “Ni’matun Rahinah” artinya: Karunia yang tetap dan lestari. Dan juga Rahn dinamai Al Habsu, artinya: Penahanan.
Separti firman Allah:

“Tiap-tiap pribadi terikat (tertahan) dengan atas apa yang telah diperbuatnya.” (Q.S : 74 ayat 38)

Adapun pengertian Rahn menurut Syara’ adalah: Menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’ sebagai jaminan hutang, sehingga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang atau ia bisa mengambil sebagian manfaat barangnya itu. Demikian menurut yang didefinisikan para ulama.

Pemilik barang yang berhutang disebut Rahin (yang menggadaikan) dan orng yang menghutangkan disebut murtahin. Serta untuk sebutan barang yang digadaikan adalah Rahn (gadaian).

A. LANDASAN HUKUMNYA
Gadai hukumnya Jaiz (Boleh) menurut Al kitab, As Sunnah dan Ijma’.
Dalil Dari Al kitab:



“jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedangkan kamu tidak memeperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang menghutangkan). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang mempera\cayai itu menunaikan amanat (hutang)nya dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya”. (Q.S :2 ayat 283)

Dalil dari As Sunnah:
Rasulullah pernah menggadaikan baju nesi kepada orang Yahudi untuk meminta darinya (yahudi) gandum, Yahidi tersebut lalu berkata : “Sungguh Muhammad ingin membawa lari hartaku,” Rasulullah kemudian menjawab:


“ Bohong! Sesngguhnya aku orang yang jujur diatas bumi ini, dan juga jujur di langit. Jika kau berikan amanat kepadaku pasti aku tunaikan. Pergilah kalian dengan baju besiku menemuinya.”

Dan Ulama’ telah sepakat bahwa gadai itu boleh. Mereka tidak pernah mempertentangkan kebolehannya demikian pula landasan hukumnya. Jumhur berpendapat : Disyariatkan pada waktu tidak bepergian dan waktu bepergian, berargumentasi kepada perbuatan Rasulullah saw. Terhadap orang yahudi tadi, di madinah. Adapun dalam masa perjalanan, seperti dikaitkan dalam ayat diatas, itu melihat kebiasannya, dimana pada umu nya Rahn dilakukan pada waktu bepergian.

Dan mujahid, adh dhahhak dan orang-orang penganut mazhab az-zahiri berpendapat: Rahn tidak di syariatkan kucuali pada waktu bepergian, berdalil kepada ayat tadi. (padahal) ada hadist yang menyerang pendapat mereka


B. Syarat sahnya rahn
Di syaratkan untuk sahnya rahn (gadai) sebagai berikut:

1. Berakal
2. Balig
3. Bahwa barang yang di jadikan burg (jaminan) itu ada pada saat akad sekalipuan tidak satu jenis
4. bahwa barang tersebut di pegang oleh orang yang menerima gadaian (murtahin) atau wakilnya
Asy-syafi’i mengatkan: allah tidak menjadikan hokum kecuali dengan borg berkriteria dalm serah terima. Jika kriteria tidak berbeda (dengan aslinya) maka wajib tidak ada keputusan.

Mazhab maliki berpendapat: gadai wajib dengan akad (setelah akad) orang yang menggadaikan (rahin) di paksakan untuk menyerahkan borg untuk di pegang oleh orang yang memegang gadaian (murtahin). Jika borg sudah ada di tangan pemegang gadaian (murtahin), rahin mempunyai hak memanfaatkan, berbeda denagn pendapat imam asy-syafi’i yang mengatakan: hak memanfaatkan berlaku selama tidak merugikan tau membahayakan kepada murtahin.

C. Memanfaatkan barang gadaian
Akad gadai bertujuan meminta kepercayaan dan menjamin hutang, bukan mencari keuntungan dan hasil. Selama hal itu demikian keadaannya, maka murtahin tidak boleh memanfaatkan barang yang di gadaikan sekalipun sudah di izinkan oleh rahin. Tindakan memanfaatkan barang gadaian adalah tak ubahnya qiradl yang mengalirkan manfaat, dan setiap bentuk qiradl yang mengalirkan manfaat adalah riba.

Keadaan yang seperti ini jika borg nya bukan berbentuk biatang yang bisa di tunggangi atau binatang ternak yang bisa di ambil susunya.

Jika berbentuk binatang atau binatang ternak, ia boleh memanfaatkan sebagai imbalannya memberi makan binatang tersebut. Ia boleh memanfaatkan binatang yang bisa di tunggangi seperti unta, kuda dan bighal(okulasi kuda dengan himar), dan lai-lainnya. Ia pun boleh mengambil susu sapi dan kambing dan lainnya.
Dalilnya sebagai berikut:
Dari asy-sya’bi, dari abu hurairah, dari nabi saw. Beliau bersabda:




“susu binatang ternak boleh di ambil jika ia sebagai borg dan di beri nafkah (oleh murtahin), boleh menunggangi binatang yang di beri nafkah jika binatang itu menjadi barang gadaian. Ornag yang menunggangi dan mengambil susu wajib memberi nafkah atau makan.

D. Anak barang gadaian dan manfaat-manfaat gadaian
Manfaat barang gadaian adalah milik rahin. Anaknya termasuk dalam barang gadaian dan menjadi rahn( barang gadaian) bersama asalnya; termasuk dalam kategori ini inak, bulu, buah dan susu. Berdalil kepada sabda rasulullah saw.


“dia berhak memperoleh bagiannya an berkewajiban membayar gharamahnya”.

Dan asy-syafi’i berkata: tak sesuatupun dari demikian itu yamg termasuk dalam barang gadaian.

Menurut imam malik, tidak masuk kecuali anak binatang dan anak pohon kurma.

Apabila murtahin memberi makan rahn dengan terlebih dahulu meminta izin kepada hakim dalam keadaan rahin tidak ada, sedangkan dia (rahin) tidak setuju, maka ini berarti hutang si rahin kepada murtahin yang memberi makan baranggadaian).

Barang gadaian adlah amanat yang ada di tangan pemegang gadaian, ia tidak berkewajiban meminta/ganti kecuali jika melewati batas (kebiasaan), demikian menurut Ahmad dan Asy-Syafi’i
Borg tetap berada di tangan pemegang gadaian sebelum orang yang menggadaikam membayar hutang


Ibnu al-munzir mengatakan:
“semua orang yang alim sependapat, bahwa siapa yang mem-borg-kan sesuatu dengan harta, kemudian dia melunasi sebagiannya, dan dia menghendaki mengeluarkan sebagian borg (lagi), sesungguhnya yang demikian itu (masih) bukan miliknya sebelum ia melunasi sebagian lain dari haknya atau pemberi hutang membebaskannya.

E. Batalna rahn
Jika rahn telah kembali kepada rahin dengan ikhtar murtahin maka rahn menjadi batal

























BAB III

KESIMPULAN


1. Pengertian.
Menurut bahasa, Rahn adalah tetap dan lestari. Seperti dikatakan “Ni’matun Rahinah” artinya: Karunia yang tetap dan lestari. Dan juga Rahn dinamai Al Habsu, artinya: Penahanan.

2. Landasan Hukumnya
Gadai hukumnya Jaiz (Boleh) menurut Al kitab, As Sunnah dan Ijma’.
Syarat sahnya rahn
Di syaratkan untuk sahnya rahn (gadai) sebagai berikut:
5. Berakal
6. Balig
7. Bahwa barang yang di jadikan burg (jaminan) itu ada pada saat akad sekalipuan tidak satu jenis
8. bahwa barang tersebut di pegang oleh orang yang menerima gadaian (murtahin) atau wakilnya

3. Memanfaatkan Barang Gadaian
Akad gadai bertujuan meminta kepercayaan dan menjamin hutang, bukan mencari keuntungan dan hasil. Selama hal itu demikian keadaannya, maka murtahin tidak boleh memanfaatkan barang yang di gadaikan sekalipun sudah di izinkan oleh rahin. Tindakan memanfaatkan barang gadaian adalah tak ubahnya qiradl yang mengalirkan manfaat, dan setiap bentuk qiradl yang mengalirkan manfaat adalah riba.

4. Anak Barang Gadaian Dan Manfaat-Manfaat Gadaian
Manfaat barang gadaian adalah milik rahin. Anaknya termasuk dalam barang gadaian dan menjadi rahn( barang gadaian) bersama asalnya; termasuk dalam kategori ini inak, bulu, buah dan susu. Berdalil kepada sabda rasulullah saw.

5. Batalna Rahn
Jika rahn telah kembali kepada rahin dengan ikhtar murtahin maka rahn menjadi batal








KONSEP IBD DALAM KESUSASTARAAN, SENI MUSIK DAN SENI RUPA

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah tuhan semesta alam,sholawat serta salam semoga tetap di limpahkan kepada rasulullah saw. Penulis bersukur kepada ilahi rabbi yang telah memberikan hidayah dan taufiknya kepada penulis sehingga makalah ini yang berjudul KONSEP IBD DALAM KESUSASTARAAN, SENI MUSIK DAN SENI RUPA dapat terselesaikan.

Dengan terselesainya makalah ini di harapkan kepada teman-teman mahasiswa dapat memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang di kaji dalam makalah in, antara lain agar kita mempunyai kepribadian yang sesuai dengan nilai nilai luhur bangsa. Di smaping mempunyai pengetahuan yang memadai, sehingga teman-teman dapat memahami masalah-masalah social dan budaya secara interdisipliner serta mampu mengembangka wawasan dan kepekaan tehadap lingkungan social.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih edapat banak kekurangan dan kehilafan. Oleh karna itu, kepada teman-teman dan ibu dosen khususnya, penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi kita(mahasiswa) dan masyarakat umumnya. Amin ya rabbal alamin…!!
















Penulis






DAFTR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
Konsep IBD dalam kesustraan, seni musik dan seni rupa
1. konsep IBD dalam kesustraan
2. konsep IBD dalam seni rupa
3. konsep IBD dalam seni musik
BAB III
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
























BAB I
PENDAHULUAN

Dilihat dari segi kebudayaan, pembangunan tiada lain adalah usaha sadar untuk menciptakan kondaisi manusia yang lebih baik,menciptakan lingkungan hidup yang lebih serasi, menciotakan kemudahan atau fasilitas agar kehidupan itu lebih nikmat. Pembangunan itu adalah suatu intervensi manusia terhadap alam lingkungan, baik lingkungan alam fisik maupun lingkungan sosial budaya

Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Di akui secara umum bahwa kebudayaan merupakan merupakan unsure penting dalam proses pembangun bangsa. Lebih-lebih jika bangsa itu sedang membentuk watak dan kepribadian yang lebih serasi dengan tantangan zamannya.

Maka dari itu di harapkan kepada semua mahasiswa di FAI khususnya perlu di bekali pengetahuan yang dapat mengembangkan kepribadiannya dan agar memiliki sikap hidup yang halis dan terbuka


























BAB II

KONSEP IBD DALAM KESUSASTRAAN, SENI RUPA DAN SENI MUSIK

1. konsepsi IBD dalam kesusastraan
kata satra berasal dari bahasa sansekerta, castra yang berarti di pelajari atau harus di pelajari. Wujudnya berupa ilmu atau pelajaran. Oleh kaena itu, sastra sring di artikan sebagai ilmu pengetahuan atau buku pelajaran. Dalam bahasa Indonesia, sastra di beri arti luas, yaitu bahasa atau tulisan. Kata susastra atau kesusastraan, berarti karya manusia yang berdasarkan keindaan dalam bahasa atau tulisan yang baik.

Dalam kesusastraan dapat di peroleh berbagai gubahan yang mengungkapkan tentang nilai budaya yang menjadi komponen penting dalam pengajaran ilmu budaya dasar(IBD)

Salah satu bentuk sastra itu adalah drama sebagai wujud fiksi yang prosaic. Apabila drama di jadikan sebagai sumber pengajaran IBD, tentulah bukan suatu hal yang aneh, karna dalam batas-batas tertentu , unsure drama terutama jika drama di lihat sebagaikarya sastra dapat di sajikan lewat materi fiksi. Drama pada dasarnya dapat di sikapi sebagai karya pentas dan sastra. Kata drama berasal dari kata “grit draien” yang berarti ”to do, to act”.

Mengapresiasi drama dalam sebagai sastra(terutama jika menggunakan pendekatan objektif)tidak dapat di lepaskan dari memahami elemen-elemen atau unsure-unsur drama, yakni: alur(plot), tokoh atau peran(karakter), aksi dan dialog(action and dialogue). Semua ini merupakan intrinsic fiksi, dan oleh Stephan minot di sebut sebagai alat pokok (standart devices).

a. Alur
Adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra yang memperlihatkan pautan (koherensi) tertentu). Pautan ini dapat manifestasikan oleh hubungan kaudal (sebab akibat).
b. Tokoh
Adalah orang atau pelaku yang memegang peran dalam fiksi. Dalam jalinan cerita, tokoh tersebut bias berubah atau tidak sifatnya, dan juga bisa bekembang.
c. Aksi
Adalah sederet peristiwa yang membangun karya sastra atau pembabaran peristiwa dalam drama atau cerita rekaan yang membentuk alur atau lajunya peristiwa dalam alur.
d. Dialog
Adalah percakapan di dalam karya sastra atau drama atau karangan yang dua tokoh atau lebih

Di samping drama, dalam kesusastraan d kenal juga bentuk puisi, dalam arti bahwa pembahasan puisi dalam pengajaran IBD tidak di arahkan pada tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasinya yang murni.puisi itu akan di pakai sebagai media sekaligus segai sumber belajar sesuai dengan teme-tema pokok bahasa yang terdapat dalam IBD

Di pandang dalam segi bentuk, pada umumnya puisi di anggap sebagai pemakaian atau penggunaan bahasa yang intensif. Bahasa puisi itu di katakana lebih padat, indah, cemerlang dan hidup dari paa prosa atau percakapan sehari-hari.

Penyajian puisi dalam rangka pendidikan dan pengajaran IBD di sebabkan oleh watak pembawaan puisi yang secara teoritis relevan bagi pengisian materi pokok bahasan guna mencaopai tujuan yang hendak di kembangkan.berdasarkan jumlah pandangan yang terpilih dari para ahli ahli dan politikus sastra dapatlah di katakana bahwa puisi bersifat koektensif dengan “hidup” (W.J.G. RESE, 1995;5). Yang berarti berdiri berdanpingan dalam kedududkan yang sama dengan “hidup” sebagai pencerminan dan kritik atau interpretasi terhadap ”hidup”.


2. konsepsi IBD dalam seni rupa
seni rupa sebagai karya seni yang tampak rupa seolah kita memasuki alam rasa yang kasat mata. Menurut UPJOHN, WINGERT dan MAHLES, tujuan seni rupa adalah menambah interpretasi dan dan melengkapi kehidupan. Ada kalanya pada suatu waktu seni di jadikan pembantu untuk tujuuan lainnya, seperti pengaguman agama, propaganda, simbolisme dan lain sebagainnya.

Manusia sebagai mahklukm tuhan yang di anugrahi fikiran, perasaan dan krmauan secara naluriyah memerlukan pranata budaya untuk menyatakan rasa seninya. Keutuhan manusia sebagai pribadi dapoat di mungkinkan melalui pemahaman, penghayatan dan merasakan nilai-nilaiyang terkandung dalam suatu karya seni rupa sbagai salah satu bagian dari lebudayaan. Memang, pada dasarnya manusia bersifat sukar memahami manusia lainnya, termasuk sukar menerima karya seni bentuk-bentuk asing seperti karya seni primitive atau karya seni rupa kuno, bahkan juga karya seni rupa moderen tidaklah mudah, tidk dapat di lakukan secara sepintas atau dasar pandang sekejap. Karya seni rupa agar dapat di pahami benar-benar harus di kaji berdasarkan pengamatan seksama.

Kesediaan kita mempelajari bermaca-macam karya seni rupa akan memberikan manfaat tambahan bagi kita. Kita dapat memahami berbagai kehidupan bangsa dan kebudayaan, karnakarya-karya seni rupa merupakan cermin dari aliran-aliran fikiran masyarakat yang hidup di zamannya. Jadi dengan memahami karya seni rupa kita dapat mengetahui konsep-konsep fikiran masyarakat dari mana karya-karya seni itu berasal, bagaimana mereka itu berfikir dan apa yang mereka rasakan oleh karna masing-masing zaman memiliki iliran fikiran yang berbeda maka lahir pula karya-karya seni rupa yang tiap-tiap zaman yang juga berbeda. Masing-masing zaman melahirka karya-karya seni rupa denga cirri-cirinya masing-masing.


3. konsep IBD dalam seni musik
seni musik ada dua jenis:
1) musik nasional, seperti: padamu negri, hallo-hallo bandung, gugur bunga dan syukur
2) musik daerah, seperti: gending sriwijaya, musik klontang, degung sunda dan seni karawitan.

Musik daerah atau musik nasional adalah salah satu karya musik yang menggambarka situasi perasaan dan kondsi kejiwaan maupun semangat yang berbeda-beda. Di dalamnya tercermin suatu perasaan yang beraneka ragam. Perasaan yang berupa kecintaan pada tanah air, kebanggaan terhadap hasil budaya, ungkapan keberanian, kegelisahan dan cita-cita luhur.
Ada pemusik asing yang berusaha mengangkat musik tradisional Indonesia, yaitu EBENHART, warga Negara jerman. Dia memanipulasa bunyi gong bali dengan alat musik moderen. Lagunya itu cukup mantap, aransemen musiknya boleh di katakana berbobot dan musiknya sendiri bias di nikmati oleh semua pencinta lagu. Tetapi menunjukkan bahwa tampaknya tidak terjangkau oleh karya musik ebenhart tersebut. Bunyi instrument bali bagaimanapun masih belum bisa di manipulasi oleh keahlian bermain dengan alat musik modern.

Musik-musik tradisional selalu berhubungan dengan komonitas sehari-hari. Pada umumnya musi-musik tradisional di gunakan untuk keperluan hidup komonitas masyarakat setempat, misalnya untuk keperluan upacara yang bersifat ritual, untuk kepentingan pekerjaan, mengiringi tarian-tarian tradisional atau juga sebagai sarana menyebarkan nilai-nilai budya ataupun sejarah komonitas setempat.













BAB III
KESIMPULAN
Ilmu budaya dasar(IBD) erat sekali hubungannya dengan kesusastraan, seni rupa dan seni musik. Sastra berasal dari bahasa sansekerta, castra yang berarti harus dipelajari.

1. konsep IBD dalam kesastraan
diantara bentuk sastra itu adalah drama dan puisi. Drama berasal dari kata greet draien yang berarti to do, to act (melakukan, beraksi). Mengapresiasi drama dalam sastra tidak dapat dilepaskan dari memahami unsure-undur drama, yaitu: plot, karakter, aksi dan dialog. Puisi, pada umumnya di anggap sebagai penggunaan bahasa secara intensif. Bahasa puisi di katakana lebih padat, indah, cemerlang dan lebih hidup dari pada bahasa prosa percakapan sehari-hari.
2. konsep IBD dalam seni rupa
seni rupa sebagai karya seni yang tampak rupa, seolah-olah kita memasuki alam rasa yang kasat mata. Seni rupa adalah untuk menambah interpretasi dan melenhkapi kehidupan. Maka dengan mempelajari bermacam-macam karya seni rupa akan memberi manfaat tambahan bagi kita untuk dapat memahami berbagai kehidupan dan kebudayaan bangsa.
3. konsep IBD dalam seni musik
seni musik ada dua jenis:
1) musik daerah, seperti: gending sriwijaya, musik klontang, degung sunda dan seni karawitan.
2) Musik nasional, seoerti: padamunegri, hallo-hallo bandung, gugur bunga dan syukur

Musik daerah maupan musik nasional adalah salah satu karya seni musik yang menggambarkan situasi perasaan dan kondisi kejiwaan maupan semangat yang berbeda-beda. Di dalamnya tercermin suatu perasaan yang beraneka ragam.















DAFTAR PUSTAKA

 ILMU BUDAYA DASAR,Drs.H. ahmat musthafa
 MANUSIA DAN BUDAYA KUMPULAN ESSAY ILMU BUDAYA DASAR, M. habib musthofa
 ALISAHBANA, TAKDIR, st 1961, puisi lama.PT pustaka rakyat Jakarta.
 RENDRA, WS, 1978, empat kumpulan sanjak.pustaka jaya Jakarta.






MAKALAH TENTANG
KEDUDUKAN DAN MULTIPEL MAHAR

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedudukan dan Multiple mahar merupakan suatu hal yang harus kita katahui dan kita pelajari, karena kita merupakan mahluk yang bersosial, yang mana dalam memberi sesuatu haruslah dibarengi dengan keikhlasan oleh karena itu sangat enting bagi kita untuk selalu mempelajari sekaligus memahami hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan utamanya pada kedudukan dan Multiple mahar. Yang kita lakukan sesuai dengan tuntutan syari'at agama.
B. Rumusan Masalah
Dari paparan diatas kami dapat mengambil sebuah keimpual untuk dijadikan sumber pembahasan dalam maklah kami ini yakni :
1. kedudukan mahar
2. macam-macam mahar
C. Tujuan Pembahasan
Makalah ini disusun bertujuan agar kita mengetahui , memahami dan mengerti tentang hal-hal yang berhubungan dengan kaidah-kaidah fiqihmulai dari definisi pembagian dan sistimatika kaidah khususnya yang berkaitan dengan mahar dalam pernikahan





.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kedudukan Mahar
A. Pengertian
Mahar secara etimologi adalah mas kawin sedangkan secara termologi adalah pemberian yang wajib dari calon suami, kepad calon istri sebagai ketulusan hati bagi seorang istri kapada calon suaminya. Islam sangat memperhatikan dan menghargai kedudukan seorang wanita dengan memberi hak kepadanya, diantaranya adalah untuk menerima mahar. Mahar hanya diberikan kepada calon istri, bukan kepad wanita lain atau siapapun yang sangat dekat dengannya, orang lain tidak boleh menggunakannya termasuk suami sndiri kecuali dengan idzin sang istri sebagai mana firman Allah SWT. SQ Annisa'



Artiny : berikanlah maskawain kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh ikhlas kemudian jika mereka menyerahkan kepadamu senagai maskawin itu dengan senang hati maka terimalah pemberian dengan baiki.
B. Syarat-syarat Mahar.
Mahar yang diberikan kepada calon istri harus memenuhi syarat sebagai berikut
1) berharga
2) suci dan bermanfaat
3) bukan barang ghasab
4) harus jelas keadaannya.
Jadi tidak sah mahar seseorang calon suami apabila tidak memenuhi kreteria diatas
C. Dimensi Atau Kadar Mahar
Islam tidak menetapkan dimensi mahar atau ukuran mahar yang diberikan kepada calon istri hal ini disebabkan adany perbedaan antara sesame wanita ada orang yang kaya dan ada juga orang yang miskinada yang lapang dan ada juga yang sempit riskqinya. Disamping itu setiap masyarakatmempuyai adat dan kebiasaan yang berbeda-beda, oleh karena itu masalah mahar disarankan berdasarkan kemampuan masing-masing orang.sesuai denga adapt dan tradisi yang berlaku di masyarakat. Bahkan, islam membolehkan memberi mahar dengan apa saja, aslkan bermamfaat misalnya cincin, segantang kurma atau mengajarkan Al-Qur'an tersebut atas kesempatan Hadits Nabi




Artinya :
" Dari Amir bin Rabi'ah bahwa seorang perempuan dari bani Fazarah dinikahkan dengan mahar sepasang sandal, lalu Rasulullah SAW. Bersabda, Apakah engkau relakan dirimu dan milikmu dengan sepasang sandal ? " jawabnya, " Iya " lalu Nabi membolehkannya. ( HR. Ahmad Ibnu Majah, Tirmidzi ).

Mengenai besarnya populasi. Mahar Fuqhbia' sepakat bahwa mahar itu tidak berlimit atau tidak ada batasannya namun mereka kontroversi tentang batasan paling sedikit.
Imam Syafi'I, Ahmad, Ishak, Abu Saur dan Fuqhoha' Madinahdari kalangan tabi'inmengatakan bahwa mahar itu tidak terbatasan rendahnya segala sesuatu yang menjadi harga bagi sesuatu yang lain dapat dijadikan mahar.
Sebian fuqoha' yang lain berpendapat bahwa mahar itu ada batasan rendahnya imam malik beserta pengikutnya mengatakan bahwa mahar itu paling sedikitnya adalah 1/4 mas murni.
D. Memberi Mahar Dengan Kontan dan Hutang
Pelaksanaan membyar mahar bisa di lakukan sesuai dengan kemampuan atau keadaan adapt istiadat masyarakat yang berlakumahar boleh dilaksanakan dan di berikan secara kontan atau hutang, apakah mau dibayar kontan sebagian dan hutang sebagiannya. Kalau memang dimikian maka disunnahkan membayar kontan sebagian. Sebagai mana hadihst Nabi swa, yang menyebutkan artinya sebagai berikut.
" dari abu abbas ra. Bahwa nabi swa melarang Ali mengumpuli Fatimah sampai ia memberikan sesuatu kepadanya. Lalu jawabnya "saya tidak memiliki apa-apa" maka sabdanya, dimanakah baju besi hut hamiyah mu ? " lalu diberikan barang itu kepada Fatimah.
( H.R abu daut, nasa'I dan hakim.)
Nabi juga bersabda



Artinya :
Dari aisyah, ia berkata "Rosulullah menyuruh saya memasukan perempuan kedalam tanggungan suaminya sebelum membayar sesuatu"
2. Macam-macam Mahar
Masalh jenis barang yang bisa digunakan untuk mahar bisa berupa sesuatu yang dimiliki dan bermanfaat. Adapun mengenai macam-macam nya ulama fiqih sepakat bahwa mahar itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. mahar musamma.
Yaitu mahar yang sudah di sebut kadar dan besarnya ketika akad nikah ulama fiqih sepakat bahan dalam pelaksanaan mahr musammah harus diberikan secara penuh apabila :
1. telah bercampur ( bersegama )
2. apabila salah satunya meninggal demikian menurut ijma'
b. Mahar misil ( sepadan)
Yaitu mahar yang tidak di sebut besar kadarnya, pada saat sebelumnya, ataupun ketika terjadi pernikahan bila terjadi demikian mahar itu mengikuti maharnya saudara perempuan pengantin wanita, apabila tidak ada maka misil itu beralih dengan ukuran wanita lain yang sederajat dengannya
Mahar misil akan terjadi apabila dalam keadaan sebagai berikut :
1. bila tidak disebutkan besar dan kadarnya ketika berlangsung akad nikah kemudian suami telah menggauli istrinya atau mininggal sebelum bercampur.
2. kkkalau mahar musannah belum dibayar sedangkan suami sudah bercampur dengan istrinya dan teryata nikahnya tidak sah.


BAB III
KESIMPULAN

A. Kedudukan mahar
a. pengertian
mahar adalah pemberian yang wajib dari calom suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami kepad calon istri.
b. syarat-syarat dari mahar tersebut :
1 Berharga
2 Suci dan bermanfaat
3 Bukan barang ghasab
4 Harus jelas keadaannya.
C. Jumlah mahar
Pemberian mahar dengan kontan da utang
B Macam-macam mahar
1. mahar musannah
2. mahar misl ( sepadan )








DAFTAR PUSTAKA

 Syah Muhammad Qosim AL-Ghazali, Fadhul Qorib
 Sayyid sabiq, fiqhus sunnah, darul fakir 1968
 Abdus salam bin umar, bagyatul mustarsyidin, mahtabah AL- mashad husainiyah, kairo
 Drs. Salamet abiding, Drs. H. Aminuddin ( bandung: CV pustaka setia,









MAKALAH
KRITERIA PEMILIHAN ISI PELAJARAN AL-QURAN DAN TADSIR



Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
MPDP Al-Quran dan Tafsir

Dosen Pembina:
Lutfi M.Pd.i









Di susun oleh:
Ach. Sa’idi Tamin
Syafi’ie
Mahfud



UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN MADURA
2009/2010

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam penguasa semua makhluk, Shalawat dan salamnya semoga mengalir deras kepada revolusioner islam Muhammad SAW. karena dengan rahmat dan ma’unahnya makalah ini yang berjudul “Kriteria Pemilihan Isi Pelajaran Al-Quran Dan Tafsir” dapat diselesaikan dengan baik.

Dengan terselesainya makalah ini diharapkan pada teman-teman mahasiswa di PAI khususnya dapat mengetahui, mengenal, dan menghayati hal-hal yang berkaitan dengan tema yang diangkat dalam makalah ini dan kemudian diimplementasikan dalam dunia pendidikan dengan sebenar-benarnya untuk mencetak generasi agamis-al-qurany.

Selanjutnya, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, dan diharapkan pula pada teman-teman dan dosen pembimbing khususnya utuk memberikan kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen Pembina dan teman-teman yang telah berpartisipasi menyelesaikan makalah ini. Hati selalu berharap, fikiran telah menggarap dan mulut selalu berucap Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Amin…!!!





Pamekasan 05 Desember 2009


Penulis



DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
BAB II 4
PEMBAHASAN 4
KRITERIA PEMILIHAN ISI PELAJARAN AL-QURAN DAN TAFSIR 4
Kriteria Efektif Pelajaran Al-Quran 4
A. Membca Ayt-Ayat Al-Quran 4
B. Menghafal Sebagaian Ayat-Ayat Al-Quran 5
C. Menulis Ayat-Ayat Al-Quran Yang Dibutuhkan 5
Kriteria Efektif Pelajaran Tafsir 6
A. Tafsir bi Al-Ma’tsur 6
B. Tafsir Bi Al-Ra’yi 7
BAB III 8
PENUTUP 8
DAFTAR ISI 9












BAB I
PENDAHULUAN

Tidak susah ternyata mempelajari Alquran. “Allah sendiri yang menjanjikan. Seperti dalam surat Al Qomar ayat 22 yang artinya “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran (li dzikri), maka adakah orang yang mengambil pelajaran ”. ayat diatas cukup jelas sebagai rujukan bahwa mempelajari Al-Quran sangatlah mudah, gampang dan sangat menyenangkan. Lafal Li dzikri dalam tafsir artinya dibaca, dihapalkan, dikaji, diamalkan, jadi mudah, mengapa jadi berkesan susah?.

Dengan asumsi sederhana di atas, maka jelas sudah bahwa eksistensi A-Qur’an begitu urgen dalam dunia pedidikan. Namun sebelum lebih jauh melangkah, terlebih dahulu kita harus memahami tentang konsep-konsep itu sendiri, dengan kata lain kita di tuntut mengetahui esensi serta peranan dari sebuah metode, karena dengan pemahaman tentang persoalan ini, nantinya akan memudahkan kita dalam membuat sebuah metode sebagai pedoman dalam pembelajaran. Oleh karenanya dalam persoalan ini penulis paparkan sedemikian rupa dengan tujuan agar makalah ini bisa dijadikan referensi dasar sebelum melangkah lebih jauh belajar tentang MPDP Al-Qur’an dan tafsir.

Al-Qur’an merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam system pendidikan, sebab dalam MPDP Al-Qur’an dan Tafsir bukan hanya di rumuskan tujuan yang harus di capai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tetang pengalaman belajar yang harus di miliki setiap siswa.








BAB II
PEMBAHASAN

KRITERIA PEMILIHAN ISI PELAJARAN AL-QURAN DAN TAFSIR

Belajar adalah proses mendapatkan ilmu menuju suatu bentuk perubahan dan pertumbuhan dalam diri seseorang yang sedang belajar. Dalam proses belajar mengajar melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang berhubungan erat dengan ilmu. Pembelajaran dikatakan optimal jika mengalami pembelajaran bermakna yang disertai dengan tingkat pencapaian pemahaman ilmu yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Materi al-Qur`an diharapkan lebih kontekstual, strategis dan fungsional dalam kerangkan membangun martabat bangsa yang Islami dalam perubahan sosial. Selama ini, materi al-Qur`an hanya dihapal, tidak kontekstual. Lebih jauh dari itu harus berfungsi dalam kehidupan seseorang.

Surve membuktikan bahwa 75% Muslim di Kota Bogor tidak bisa membaca Alquran, 70% mahasiswa di Jawa Barat tidak bisa membaca Alquran. Saya lalu bertanya-tanya mengapa ini bisa terjadi? Apakah pengajaran Alquran selama ini identik dengan susah lalu membosankan juga gurunya galak! Saya rasa tidak apalagi dalam surat Al Qomar ayat 22 disebutkan, “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran (li dzikri), maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”.

KRITERIA EFEKTIF PELAJARAN AL-QURAN;
A. Membaca Ayat-Ayat Al-Quran
Sebagaimana yang telah dianjurkan dalam Al-Quran surat Al-‘Alaq, bahwa membaca (iqra’) adalah awal dari segala sesuatu termasuk juga dalam pengetahuan (pendidikan). Ada lima cara efektif membaca Al-Quran:
1 Menguasai huruf hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf berikut makharijul hurufnya. Hal ini dikarenakan untuk bisa membaca Al-Qur'an, 90 % ditentukan oleh penguasaan huruf hijaiyyah dan selebihnya 10 % lagi sisanya seperti tanda baca, hukum dan lain–lain.
2 Menguasai tanda baca (A, I, U atau disebut fathah, kasrah, dan dhommah)
3 Menguasai isyarat baca seperti panjang, pendek, dobel (tasydid), dan seterusnya
4 Menguasai hukum-hukum tajwid seperti cara baca dengung, samar, jelas dan sebagainya

B. Menghafal Sebagian Ayat-Ayat Al-Quran
Menghafal surat-surat pendek dan sebagian ayat-ayat Al-Quran yang lebih mudah dipahami dan lebih urgen untuk diimplementsikan dalam kehidupan sehari-hari. Di bawah ini adalah cara mudah menghafal Al-Quran:
1. Menghafal al-quran dengan secara tadarruj (bertahap)
2. Muraja’ah (mengulang-ulang hafalan)
3. Memanfaatkan waktu yang baik
4. Memilih tempat yang baik
5. Menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat (maksiat)

C. Menulis ayat-ayat Al-Quran yang dibutuhkan
Imam Al-Gazali mengatakan “Otak (pikiran) manusia terletak di ujung pena mereka”. Menulis juga termasuk salah satu kunci sukses mengasah ketajaman intelektualitas seseorang, bisa dibilang memory kedua manusia dari otak, maka dengan menulis seseorang bisa mengakses kembali ingatan-ingatan yang terlupakan dan bisa mengingat segala sesuatu yang terhapus dari ingatan. Membaca dan menghafal ayat-ayat Al-Quran akan lebih efektif apabila disertai dengan menulisnya.

Al-Qur`an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril baik lafal maupun maknanya yang mengandung mukjizat serta dapat menjadi pedoman dalam berperilaku sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala berdasarkan penukilan secara mutawatir. Al-Qur`an mengandung kebenaran yang mutlak sehingga tidak ada sedikitpun keraguan di dalamnya. Oleh karena itu, isi al-Qur`an tidak mungkin dapat dirubah-rubah sekehendak manusia. Ayat-ayat al-Qur`an sudah baku, tidak mengalami perubahan sedikitpun. Sesuatu yang berubah dalam hal ini bukan ayat-ayat al-Qur`an, melainkan cara pemahaman dan perlakuan terhdapnya yang bisa berubah. Atas dasar ini, banyak bermuncullan tafsir-tafsir al-Qur`an yang berbeda antara satu dengan lainnya. Al-Qur`annya sama, tetapi cara menafsirkannya berbeda. Hal ini adalah sutu kenyataan yang tidak mungkin diingkari.

Tafsir berasal dari “al-fusru” yang mempunyai arti “al-ibanah wa al-kasyf” (menjelaskan dan menyingkap sesuatu. Makna ini sesuai dengan surat Al Furqan ayat 33.
ولا يأتونك بمثل إلاّ جئناك بالحق واحسن تفسيراًَََ .
“Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang baik”.
Dalam arti termenologi ialah ilmu untuk memahami kitab Allah SWT. Yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-hukumnya.
KRITERIA EFEKTIF PELAJARAN TAFSIR
Ada berbagai bentuk cara (pelajaran) tafsir Al-Qur’an, namun bentuk yang paling penting untuk dikenal ada dua, yaitu:
A. Tafsir bi Al-Ma’tsur
Dinamakan Al-Ma’tsur ini berasal (dari kata “atsar” yang berarti sunnah, hadits, jejak, peninggalan) karena dalam melakukan penafsiran, seorang mufassir menelusuri jejak atau peninggalan masa lalu dari generasi sebelumnya, hingga kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Tafsir bi Al-Ma’tsur adalah tafsir berdasar pada kutipan-kutipan yang shahih, yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an; Al Qur’an dengan sunnah, karena ia berfungsi sebagai penjelas Kitabullah; dengan perkataan sahabat, karena merekalah yang dianggap paling mengetahui Kitabullah; dengan perkataan tokoh-tokoh besar tabi’in, karena mereka pada umumnya menerimanya dari sahabat.
Contoh tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an seperti;
وكلوا واشربوا حتّلى يتبيّن لكم الخيط الابيض من الخيط الاسود من الفجر . . . (البقره : ۱۸۷)
Kata “من الفجر” adalah tafsir bagi apa yang dikehendaki dari kalimat “الخيط الابيض”.
Contoh tafsir Al-Qur’an dengan sunnah seperti:
الذين امنوا ولم يلبسوا ايمانهم بظلمٍ . . . . (الانعام : ۸۲ )
Rasulullah SAW. menafsirkannya dengan mengacu pada ayat, “انّ الشرك لظلم عظيم” (QS. Luqman: 13).
Dengan itu, beliau menafsirkan makna “zhalim” dengan syirik. Tafsir bi Al-Ma’tsur yang terkenal antara lain: tafsir Ibnu Jarir, tafsir Abu Laits As Samarkandy, tafsir Ad Durul Mantsur fit Tafsir bil Ma’tsur (karya Jalaluddin As Suyuthi), tafsir Ibnu Katsir, tafsir Al Baghawy, dan tafsir Baqy bin Makhlad.

B. Tafsir Bi Al-Ra’yi
Perkembangan zaman menuntut pengembangan metode tafsir yang disebabkan tumbuhnya ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah, maka ilmu tafsir membutuhkan peran ijtihad yang lebih besar dibandingkan dengan tafsir bi Al-Matsur. Dengan bantuan ilmu bahasa Arab, ilmu qira’ah, ilmu Al-Qur’an, ilmu hadits, ushul fiqh, dan ilmu-ilmu lain, seorang mufassir akan menggunakan kemampuan ijtihadnya untuk menjelaskan dan mengembangkan maksud ayat dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada. Namun, tidak semua hasil tafsir yang mereka tulis bisa diterima karena merupakan hasil ijtihad yang berpeluang untuk benar dan salah. Beberapa tafsir bi Ra’yi yang terkenal antara lain: tafsir Al Fakhrur Razy, tafsir Abu Suud dan tafsir Al-Khazin.










BAB III
PENUTUP

Belajar Al-Quran sebenarnya tidak sulit, misalnya seperti hukum tajwid itu sama sejak dulu sampai sekarang jadi hemat saya tidak ada yang sulit dalam mempelajari Al-Quran cuma sekarang tinggal seberapa besar keinginan ita untuk mengetahui dan memperdalam pengetahuan tentang Al-Quran.

Berbeda dengan Tafsir, untuk mengetahui tafsir apalagi sebagai mufassir itu tidak mudah akan tetapi membutuhkan kesungguhan, semangat tinggi dan ilmu yang mumpuni karena untuk menjadi mufassir itu butuh beberapa syarat yang harus ditempuh.

Pembahasan diatas bukanlah mengajak kita menjadi seorang mufassir akan tetapai pembahasan tersebut adalah beberapa tipe atau cara mudah untuk mempelajari dan memahami Al-Quran dan Tafsir. Semoga makalah ini bermanfaat. Amin…!!!
















DAFTAR PUSTAKA

o Buletin An-Naba’ Edisi 11 Tahun ke-2
o At-Uhfatul Mardhiyyah, Syekh Abdul majid, AL-Adawi.
o Al-Qur’an dan Terjemahan, diponegoro, bandung







makalah
KONSEP ISLAM MENGENAI KELUARGA DAN PENDIDIKAN




Untuk Memenuhi Tugas Filsafat Pendidikan Islam
Smester III Fakultas Agama Islam (FAI)










Disusun oleh:
Ach saeidi tammin
Isti’anah


UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN MADURA
2009
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji ke hadirat allah swt. Yang telah memberikan taufik dan inayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Islam Mengenai Keluarga Dan Pendidikan” walaupun hanya sesederhana mungkin.

Shalawat dan salamnya semoga tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad saw. Sebagai penerang dunia yang telah mampu menciptakan revolusi total dalam sejarah peradaban dunia pada saat ini. Dan kami banyak ucapkan banyak terima kasih kepada semua teman-teman yang telah ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat pada teman-teman, pembaca dan utamanya pada penulis.





Penulis







DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
Pendahuluan 3
BAB II 4
PENBAHAHASAN 4
KONSEP ISLAM MENGENAI KELUARGA DAN PENDIDIKAN 4
1. Konsep Islam Mengenai Kelurga 4
a. Pembinaan jiwa orang tua. 4
b. Pembinaan tauhid kepada anak. 4
c. Pembinaan akidah anak 5
d. Pembinaan jiwa sosial anak 5
2. Konsep Islam Mengenai Pendidikan 5
BAB III 7
KESIMPULAN 7
DAFTAR PUSTAKA 8







BAB I
PENDAHULUAN
“jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”
Begitulah firman allah dalam kitab sucinya sebagai tanda ghirah dan kepedulian ajaran islam terhadap ummat manusia. Dan semua itu butuh proses yang menyangkut beberapa hal terutama masalah pendidikan.
“… niscaya allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat”. Begitu juga firmanNYA dalam menghormati dan menghargai terhadap orang-orang yang berilmu pendidikan.
Dengan terselainya makalah ini, kami harapkan kepada teman-teman mahasiswa dan bapak dosen khususnya untuk memberikan kritik dan saran konstruktif demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semuakhususnya dan masyarakat pada umumnya. Amin..!!!








BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP ISLAM MENGENAI KELUARGA DAN PENDIDIKAN
1. Konsep Islam Mengenai Keluarga
Keluarga didefinisikan sebagai unit masyarakat terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Setiap komponen dalam keluarga memiliki peranan penting. Dalam ajaran agama Islam, anak adalah amanat Allah. Amanat wajib dipertanggungjawabkan. Jelas, tanggung jawab orang tua terhadap anak tidaklah kecil. Secara umum inti tanggung jawab itu adalah menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga. Allah memerintahkan :
“Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan neraka”. [Al Ayah]
Agama Islam secara jelas mengingatkan para orang tua untuk berhati hati dalam memberikan pola asuh dan memberikan pembinaan keluarga sakinah, seperti yang termaktub dalam QS Lukman ayat 12 sampai 19. Dan apabila kita kemudian kaji isi ayat diatas, maka kita akan menemukan beberapa point-point penting diantaranya adalah :
a. Pembinaan Jiwa Orang Tua.
Pembinan jiwa orang tua di jelaskan dalam Surah Luqman ayat 12 :
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
b. Pembinaan Tauhid Kepada Anak.
Makna tentang pembinaan tauhid,
Luqman Ayat 13 :
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah kezhaliman yang besar”.
Luqman Ayat 16 :
(Lukman berkata) : Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Yang dimaksud dengan “Allah Maha Halus” ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu begamana kecilnya.
c. Pembinaan Akidah Anak
Mengenai pembinaan akidah ini, Surah Luqman memberikan gambaran yang begitu jelas. Dalam surat tersebut pembinaan akidah pada anak terdapat dalam empat buah ayat yaitu ayat 14, 15, 18 dan ayat ke 19.
d. Pembinaan Jiwa Sosial Anak
Pembinaan sosial pada anak dalam keluarga, dijelaskan dalam surat Luqman ini melalui ayat ke 16 dan ayat ke 17. Untuk ayat ke 16 telah disebutkan pada point ke dua. Sedangkan ayat ke 17 dari surat Luqman berbunyi :
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang patut diutamakan.
2. Konsep Islam Mengenai Pendidikan
Dalam pendidikan islam, pendidik memiliki arti dan peranan sangat penting. Hal ini di sebabkan karna ia memiliki tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan. Itulah sebabnya ialam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik. Islam mengangkat derajat dan memuliakan mereka melebihi orang islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan pendidik. Allah berfirman dalam surah al-mujadalah, yang artinya:
“… niscaya allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Bahkan orang-orang yang berilmu pengetahuan yang mengajarkan ilmunya kepada mereka yang membuthkan di sukai oleh allah dan di doakan oleh penghuni langit, penghuni bumi, seperti semut dan ikan di dalam laut agar dia mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan.
Demikianlah keberuntungan yang di miliki oleh orang yang berilmu pengetahuan yang mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Sehubungan dengan itu maka islam menghimbau kepada orang berilmu untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain.
Agar pendidik berhasil melaksanakan tugasnya. Al-gazali menyarankan pendidik memiliki adap yang baik. Hal ini di sebabkan karna anak didik itu selalu melihat kepadanya sebagai contoh yang harus selalu di ikutinya. Al-gazali berkata:
“mata anak didik selalu tertuju kepadanya, telinganya selalu menganggap baik berarti baik pula di sisi mereka dan apabila ia menganggap jelek berarti jelek pula di sisi mereka”.







BAB III
KESIMPULAN
KONSEP ISLAM MENGENAI KELUARGA DAN PENDIDIKAN
1. Konsep Islam Mengenai Keluarga
a. Pembinaan jiwa orang tua
b. Pembinaan tauhid kepada anak
c. Pembinaan aqidah anak
d. Pembinaan jiwa social anak

2. Konsep Islam Mengenai Pendidkan
Dalam pendidikan islam, pendidik memiliki arti dan peranan sangat penting. Hal ini di sebabkan karna ia memiliki tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan. Itulah sebabnya ialam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik. Islam mengangkat derajat dan memuliakan mereka melebihi orang islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan pendidik. Allah berfirman dalam surah al-mujadalah, yang artinya:
“… niscaya allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat”.





DAFTAR PUSTAKA


o filsafat pendidikan islam. Drs. H. hamdani ihsan dan Drs. H. a. faud ihsan. Pustak setia, bandung
o ahmad, saat mursa,. Dr. tathawwur al-fikry al-tarbawy, matabi’ sabjal al-arabi, kairo, 1975
o ahwani, ahamad fuad, al-tarbiyah fil islam, dar al-maarif, kairo
zakiyah darajhat, Prof, Dr, pendidikan islam. PT bumi aksara, Jakarta, 199






MAKALAH
KURIKULUM DAN BELAJAR




Makalah ini di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengembangan kurikulum

Dosen Pembina:
KHOLISOL MUKHLIS M.Pd.









Di susun oleh:
ACH SA’IDI TAMIN
HOLIFUR RAHMAN
MAHFUD


UNIVERSITAS ISLAM MADURA (UIM)
BETTET PAMEKASAN MADURA
2009/2010
KATA PENGANTAR

Alhamdulilla segala puji bagi allah, tuhan semesta alam penguasa semua makhluk, Shalawat dan salamnya semoga mengalir deras kepada revolusioner islam Muhammad SAW. karena dengan rahmat dan ma’unahnya makalah ini yang berjudul Kurikulum Dan Belajar dapat diselesaikan dengan baik.

Dengan terselesainya makalah ini diharapkan pada teman-teman mahasiswa di FAI khususnya dapat mengetahui, mengenal, dan menghayati hal-hal yang berkaitan dengan tema yang diangkat dalam makalah ini dan kemudian diimplementasikan dalam dunia pendidikan dengan sebenar-benarnya untuk mencetak generasi handal dan profesional sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Selanjutnya, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, dan diharapkan pula pada teman-teman dan dosen pembimbing khususnya utuk memberikan kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosn Pembina dan teman-teman yang telah berpartisipasi menyelesaikan makalah ini. Hati selalu berharap, fikiran telah menggarap dan mulut selalu berucap Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Amin…!!!





Pamekasan, 01 November, 2009


Penulis


DAFTAR ISI

Kata pengantar 1
Daftar isi 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
BAB II 4
Pemabahasan 4
Kurikulum dan belajar 4
1. Kurikulum 4
2. Belajar 6
BAB III 9
Kesimpulan 9
Daftar Pustaka 10

















BAB I
PENDAHULUAN

Berkenbangnya sebuah pembangunan tergantung sepenuhnya pada seberapa besar kualitas output dan outcome yang dihasilkan oleh pendidikan, karena aktivitas kehidupan sehari-hari tidak lepas dari proses pendidikan. Banyak bias-bias dan dispersepsi publik terhadap pendidikan sehingga tidak sedikit masyarakat salah kaprah dalam menanggapi dunia pendidikan yang seolah dibatasi oleh jarak dan waktu dan hanya berkerucut pada kepentingan kognisi dan kepentingan pribadi semata. Yang sebenarnya lebih dari itu. Seperti yang telah disinggung dalam hadist nabi “Tuntutlah ilmu mulai dari keluar dari rahim ibu sampai ke liang lahat”. Hadist tersebut cukup jelas bahwa tuntutan mencari ilmu tidak terbatasi oleh ruang dan waktu.

Di makalah ini penulis menyinggung sedikit-banyak tentang kurikulum dan belajar yang kaitannya erat dengan proses pendidikan. Dimana pendidikan adalah sebuah wadah untuk mangasah otak dan menggali pengetahuan serta pematangan kepribadian.















BAB II
PEMBAHASAN

KURIKULUM DAN BELAJAR

A. Kurikulum
Bagi setiap orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan istilah kurikulum bukan lagi istilah yang asing, sebab kurikulum brfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Namun demikian, mungkin diantara kita masih belum ada yang paham makna yang sesungguhnya dengan istilah tersebut, banya orang yang menganggap kurikulum hanya berkaitan dengan bahan ajar atau buku-buku pelajaran yang harus dimiliki anak didik sehingga perubahan kurikulum identik dengan perubahan buku pelajaran. Sebenarnya persoalan kurikulum bukan hanya persoalan buku ajar akan tetapi banyak persoalan lainnya termasuk persoalan arah dan tujuan pendidikan, materi pelajaran, sarta persoalan-persoalan lainnya yang terkait dengan hal itu.
Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olah raga pada zaman yunani kuno yang berasal dari kata Curir dan Curere, yang pada waktu itu kurikulum diartikulasikan sebagai jarak yang ditempuh oleh seorang pelari. Orang yang mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari mulai dari strat dan finish.
Selanjutnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan. Para ahli pendidikan memiliki interpretasi yang berbeda tntang kurikulum, namun dalm perbedaan interpretasi tersebut masih memiliki persamaan, bahwa kurikulum berhubungan erat dengan usaha mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga konsep tersebut diuraikan dibawah ini:

1. Kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran
Kurikulum sebagai mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktek pendidikan. Dalam konsep kurikulum sebagai mata pelajaran biasanya erat kaitannya dengan dengan usaha untuk memperoleh ijazah. Ijazah sendiri pada dasarnya menggambarkan kemampuan. Artinya apabila siswa telah mendapatkan ijaah berarti ia telah menguasai semua pelajaran yang sesuai dengan dengan kurikulum yang berlaku, dan kemampuan tersebut akan tercermin dalam nilai yang tercantum pada ijazah tersebut.
2. Kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sangat cepat membawa dampak dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk terjadinya reduksitas fungsi sekolah sebagai institusi pendidikan. Banyak tuntutan-tuntutan baru yang dibebankan masyarakat terhadap sekolah sehingga mengakibatkan pula reduksitas (pergeseran) makna kurikulum.
Kurikulum bukan hanya mata pelajaran akan tetapi danggap juga sebagai pengalaman belajar. Kurikulum adalah seluruh aktifitas yang dilakukan siswa baik di dalam maupun di luar sekolah asal kegiatan tersebut berada di bawah tanggung jawab guru (sekolah). Misalnya kegiatan siswa dalam mengejakan PR, tugas kelompok, mengadakan observasi, wawancara dan lain sebagainya, itu merupakan bagian dari kurikulum karena kegiatan-kegiatan itu adalah tugas-tugas guru yang diberikan dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan seperti yang telah diprogramkan oleh sekolah.
3. Kurikulum sebagai rencana atau program belajar
Pendapat ini dikemukakan oleh Hilda Taba (1962) yang menyatakan kurikulumsebagai perencanaan belajar. Taba mengatakan: “A curriculum is a plan for learning therefore, what is known about the learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum”.

Sebagai suatu rencana kurikulum bukan hanya sekedar berisi tentang program akan tetapi juga berisi tentang tujuam yang harus ditempuh beserta alat evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian tujuan, disamping itu tentu saja juga berisi tentang alat atau media yang diharapkan dapat menunjang trhadap pencapaian tujuan.
Pendapat tersebut nampaknya juga sejalan dengan rumusan kurikulum menurut Undang-Undang Pendidikan yang dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan system pendidikan. Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Perlu kita pahami, bahwa sekolah didirikan untuk menbimbing peserta didik agar berkembang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ini berarti titik kulminasi kurikulum adalah anaj didik itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Skilbeek dan Harris (1976) bahwa kurikulum bukanlah materi pelajaran yang terpisah yang harus disampaikan dan dipelajari meliankan bentuk pengalaman dan kebudayaan individu yang harus di pelihara dan di modifikasi. Dengan demikian dalam kurikulum harus mencakup dua sisi yang sama penting, yaitu perencanaan pembelajaran serta bagaimana perencanaan itu diinplementasikan menjadi pengalaman belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan

B. Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada anak didik, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan anak didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh anak didik (respon) harus dapat diamati dan diukur.

Langkah-langkah belajar efektif adalah mengetahui:
1. Diri sendiri
2. Kemampuan belajar anda
3. Proses yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan
4. Minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran yang anda inginkan

Ada juga tipe dalam mengembangkan sistem belajar yang efektif dan efisien.
Sistem belajar ini dikenal dengan "Aspire" yang terdiri dari
1. Suasana Hati
Ciptakan selalu mood yang positif untuk belajar. Ini bisa dilakukan dengan menentukan waktu, lingkungan dan sikap belajar yang sesuai dengan pribadimu.
2. Pemahaman
Tandai informasi bahan pelajaran yang tidak kamu mengerti dalam satu unit. Fokuskan pada unit tersebut atau melakukan beberapa kelompok latihan untuk unit itu.
3. Ulang
Setelah belajar satu unit, berhentilah dan ulang bahan dari unit tersebut dengan kata-kata yang kamu buat sendiri.
4. Telaah
Kembalilah pada unit yang tidak kamu mengerti dan pelajari kembali keterangan yang ada. Lihatlah informasi yang terkait pada artikel, buku teks atau sumber lainnya, atau diskusikan dengan teman atau guru/dosen.
5. Kembangkan
Pada langkah ini, tanyakan tiga persoalan berikut terhadap materi yang telah kamu pelajari:
a. Andaikan saya bertemu dengan penulis materi tersebut, pertanyaan atau kritik apa yang hendak saya ajukan?
b. Bagaimana saya bisa mengaplikasikan materi tersebut ke dalam hal yang saya sukai?
c. Bagaimana saya bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa/mahasiswa lainnya?
6. Pelajari Kembali
Pelajari kembali materi pelajaran yang sudah dipelajari. Ingatlah strategi yang telah membantu kamu mengerti dan/atau mengingat informasi. Jadi, terapkan strategi tersebut untuk cara belajarmu berikutnya.


























BAB III
KESIMPULAN

KURIKULUM DAN BELAJAR

Kurikulum yang selama ini dikenal dengan mata plajaran, sebenarnya tidak hanya berkutat pada pelajaran saja, akan tetapi lebih dari itu. Kurikulum juga difungsikan sebagai rencana/perencanaan belajar dan semua aktifitas siswa serta mediasi dalam manifestasi berhasilnya tujuan pendidikan uantuk mencrdaskan bangsa.

Ketika berbicara tentang kurikulum tidak lepas dari pembelajaran yang didalamnya berkaitan erat dengan belajar. Banyak persepsi tentang belajar yang pada dasarnya tetap bermuara pada perubahan peserta didik. Disini penulis tidak banyak menyinggung defininsi belajar karea pada ending-nya sama. Hemat penulis belajar adalah sebuah ektifitas/proses pendewasaan diri. Ada beberapa kiat untuk belajar efektif, yaitu diantaranya mengetahui:
1. Diri sendiri
2. Kemampuan belajar anda
3. Proses yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan
4. Minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran yang anda inginkan











DAFTAR PUSTKA

Wina Anjaya Dr. M.Pd, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung, 2007

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Pernada Media, 2006.

Prof. Wina Sanjaya, Dr. M.Pd, Kajiyan Kurikulum Dan Pembelajaran, Sekolah Pasca Serjana Universitas Pendidikan Indonisia 2007.